Bell adalah seorang pekerja biasa dengan bayaran rendah di desa itu, dia sudah hidup selama hampir 235 tahun dan dia sudah melihat berbagai hal yang menakjubkan.
Walaupun begitu dia sangat faham bahwa ada berbagai hal yang masih tetap menjadi rahasia di dunia yang dia tinggali.
Tapi dia tidak terlalu memikirkan hal itu, yang perlu dia lakukan hanyalah bekerja, mengumpulkan uang untuk biaya hidupnya dan ibunya yang sakit dan itu cukup.
Namun akhir-akhir ini banyak peristiwa-peristiwa besar yang seolah ingin menghina ketidaktahuannya.
Salah satunya adalah bagaimana orang tua di desa itu, Lanes, menantang sang monster perkasa yang telah berkuasa di dunianya, Aegia si Lamia dan menang.
Sebagai buktinya dia kembali dengan tombak monster perkasa itu.
Para fairy dan monster di sekitar desa itu mengaguminya, mereka mengidolakan Lanes, dan puncaknya mereka menjadikan Lanes raja.
Bell sendiri hanya ikut bersama arus, ada banyak pertanyaan tentang bagaimana cara Seorang fairy kecil dan tua bisa mengalahkan sang monster perkasa dan sebagainya.
Namun dia mengabaikan keingintahuannya dan melanjutkan hidupnya seperti biasa.
Lalu, apakah dia akan menghina ketidaktahuanku juga?
Bell menatap seorang Elves yang tiba-tiba muncul di depan Gadis yang beberapa menit lalu menyelamatkannya.
Elves itu membunuh satu dari dua petarung terbaik di desa itu dengan hanya tangannya.
Berikutnya Elves itu tersenyum jahat dan sebuah lingkaran magic besar berwarna merah cerah tiba-tiba muncul dan mengelilinginya.
Ada banyak hal yang tidak dia ketahui di dunia ini, ada banyak hal, namun bell saat ini yakin dengan satu hal.
Dia sangat yakin bahwa itu bukanlah hal yang baik.
Beberapa monster dan Fairy mulai mendapatkan kesadaran mereka kembali.
Mereka takut, bukan pada Elves yang tiba-tiba muncul itu, namun pada apa yang sedang dilakukan Elves itu.
Lingkaran magic sebesar itu bukanlah sesuatu yang biasa, mereka tidak pernah melihatnya secara langsung, namun legenda yang mereka ketahui, mengatakan bahwa lingkaran magic sebesar itu hanya bisa dirapal oleh mereka yang mencoba menyentuh dewa.
Ada banyak mantra dengan kekuatan luar biasa yang akan menghasilkan lingkaran magic sebesar itu saat dirapal, dan mereka tidak tahu apa kekuatan dan efek tiap mantra, namun mereka tahu bahwa apapun hasilnya pastilah bukan sesuatu yang baik.
Seekor Fairy kecil mencoba mengepakkan sayapnya, namun tidak hanya fairy itu, seluruh Monster dan fairy yang ada sedang bersiap-siap untuk berlari sekuat dan secepat mungkin dari tempat itu.
Namun semua persiapan dan kekuatan yang telah mereka kumpulkan langsung sirna saat sebuah suara menggema di telinga mereka.
"… Jika kalian berani mengangkat kaki-kaki kecil yang tidak berguna itu sekali lagi, maka aku bersumpah aku akan menguliti kalian hidup-hidup."
Wajah semua orang memucat, mereka sudah kehilangan kekuatan dan keinginan mereka untuk melarikan diri.
Satu-satunya hal yang bisa kami lakukan hanyalah menundukkan kepala.
Itu adalah pilihan yang terbaik, jika itu adalah peristiwa biasa dimana yang kuat menindas yang lemah, bell juga akan melakukan hal yang sama.
Namun kali ini berbeda, ini bukanlah peristiwa dimana yang kuat menindas yang lemah, ini adalah dimana sang kuat mengirim yang lemah ke neraka.
Bell belum bisa mati, dia masih harus mengurus seseorang yang telah merawatnya saat kecil, ibunya yang sekarang mungkin sedang berlutut di tempat itu.
Aku harus melindungi ibuku!
Walaupun nyawaku taruhannya, aku harus melindunginya!
Tapi aku tidak memiliki sedikitpun kesempatan untuk mendekati Elves itu, satu-satunya yang bisa kumintai pertolongan..
Bell memutar kepalanya dan menatap Satanya yang membeku dengan wajah pucat di belakang Elves itu.
"N-NONA! T-TOLONG KAMI!!!"
Bell berteriak dengan seluruh kemampuannya, memaksa pita suaranya untuk mengeluarkan suara sekeras mungkin.
Namun baik elves itu maupun gadis di belakangnya tidak memberikan respon apapun.
Vainz melirik makhluk kecil yang berteriak itu.
Apakah ada seseorang yang kuat di tempat ini, nona?
Wanita huh..
"NONA! TOLONG KAMI!!!"
Bell mengulangi kalimat itu, dengan suara yang lebih keras, dia bisa merasakan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa sangat sakit, namun dia tidak peduli.
Pilihannya hanyalah aku atau ibuku!
Jika aku harus mati, maka aku akan mati setelah memastikan ibuku selamat!
"N-NO-"
Ah..
Sudah berakhir.
Bell tidak bisa mengeluarkan suara apapun, tenggorokannya sangat sakit, dia yakin bahwa pita suaranya sudah putus saat ini.
Jadi... Aku hanyalah pecundang-
"""""NONA! TOLONG KAMI!!!"""""
Ratusan Fairy di sekitarnya, fairy yang diselamatkan Satanya sebelumnya mulai berteriak.
Menggantikan suara kecil bell.
... bukankah mereka terlalu berisik?
Vainz memutar kepalanya dan menatap kerumunan yang terus berteriak.
Perapalan mantra ini akan selesai beberapa detik lagi, aku tidak sabar melihat makhluk-makhluk kecil yang sudah mengganggu tidurku ini terbakar.
Teriakan-teriakan kecil itu terus terulang, dan waktu perapalan mantra Vainz sudah selesai.
"[Avatar of-"
"-Tuan!"
Satanya tiba-tiba bergerak dan memegang lengannya.
Vainz melirik Satanya dan melihatnya dengan tatapan dingin.
"J-Jangan bunuh mereka!"
Sebuah tanda tanya besar muncul di atas kepala Vainz.
"…..hmmm? Kenapa? Bukankah mereka mencoba menyerangmu?"
Vainz memiringkan kepalanya saat mengajukan pertanyaan itu.
Sebagai responnya Satanya yang pucat hanya menggelengkan kepalanya.
"T-Tidak! Mereka tidak mencoba melukai saya, hanya dua Fairy dan fairy tua itu yang mencoba melukai saya.."
"Ohhh.…."
Vainz memutar kepalanya dan menatap fairy tua di atas kursi.
Fairy itu yang mendapat tekanan luar biasa dari Elves di depannya perlahan mulai kehilangan kesadaran.
"…apakah kalian tuli? Jangan bergerak [fire wall]."
Lingkaran magic besar yang mengelilingi Vainz perlahan menghilang.
Sebagai gantinya sebuah dinding api tiba-tiba muncul di sekitar desa itu, membuat mereka yang mencoba bergerak mengurungkan niat mereka.
Vainz menghela nafas panjang dan menghadap Satanya.
"Jadi, sebenarnya apa yang terjadi-!"
Vainz berputar dan menangkap fairy yang melompat ke arah kepalanya.
"Hmm, penampilanmu.. sama seperti kutu yang kuremas sebelumnya?"
"S-Sialan! Dia adalah saudara-"
"Ohh, aku yakin kau lebih suka mati dengan cara yang sama.. maaf, aku tidak sebaik itu [Create Fire]."
Api yang tiba-tiba muncul dari telapak tangannya membakar fairy kecil itu secara perlahan, menciptakan pemandangan yang akan membekas di kepala setiap mahluk yang ada di tempat itu.
Vainz melemparkan mayat yang sudah menjadi arang di tangannya dan menatap Satanya sekali lagi.
"Kau tahu, aku sangat mengantuk.."
Vainz menunjuk garis-garis hitam di sekitar matanya.
Satanya menatap titik yang ditunjuk Vainz dan menganggukkan kepalanya secepat mungkin.
Vainz merenggangkan tubuhnya sebelum duduk di depan Satanya.
"…jadi, Satanya Lilith, jelaskan apapun yang terjadi di tempat ini sedetail mungkin."
Mungkin karena itu adalah pertama kalinya Satanya dipanggil dengan nama lengkap oleh Vainz, atau karena nada yang Vainz gunakan sangat datar, Satanya yang mendengarnya mulai berkeringat dingin.
Berikutnya Satanya memulai penjelasannya, sejak dia bangun tidur hingga dia sampai di tempat itu, dengan detail yang membuat Vainz semakin mengantuk.
"Aku mengerti…. Jadi bajingan kecil ini mencoba menjadikanmu sebagai istrinya?"
Vainz memberikan respon itu dengan nada dan ekspresi yang tidak berubah dari sebelumnya.
Namun mereka yang ada di tempat itu, baik para Skeletal, fairy maupun Satanya tahu bahwa ada sesuatu yang sangat buruk sedang bersembunyi di balik ekspresi datar Elves itu.
Vainz sangat khawatir, dia mungkin cemburu dan marah dengan fairy tua itu.
Seharusnya Satanya senang, seharusnya begitu, namun satu-satunya emosi yang dia rasakan saat ini hanyalah ketakutan.
Dia tahu bahwa Vainz adalah orang yang dingin, kejam, kadang tidak berperasaan dan semacamnya.
Namun pria yang saat ini duduk diam di depannya bukanlah Vainz yang dia tahu, itu seperti sesuatu yang gelap dan dingin sedang memeluk pria itu dengan erat.
Satanya tidak bisa melihat ekspresi seperti apa yang dibuat Vainz saat ini mengingat pria itu duduk dan menundukkan kepalanya, namun dia tidak ingin tahu, dia berharap kalau dia tidak akan pernah tahu.
Setelah beberapa saat keheningan menguasai tempat itu, Vainz menepuk lututnya dan bangkit.
"Baiklah..."
Vainz mengucapkan kata itu dengan nada yang tinggi, seperti seseorang yang mencoba menyemangati diri mereka setelah bangun tidur, atau seseorang yang bahagia karena baru saja mengalami hal yang baik.
Perubahan dalam nada suara Vainz yang sangat tiba-tiba itu membuat semua yang hadir semakin waspada.
"Hei, jangan gunakan ekspresi seperti itu.."
Vainz menepuk kepala Satanya dan mengelus rambutnya.
"Aku tidak marah padamu kau tahu.."
Kalimat itu membuat seluruh emosi dan perasaan gelap menghilang secara sempurna dari Satanya.
Dia mengangkat wajahnya dan menatap Vainz dengan senyum lebar, di sisi lain Vainz hanya tersenyum kecil.
Perubahan itu terlalu aneh.
Seorang pria yang berusaha sangat keras untuk menyembunyikan kemarahannya, dan seorang gadis yang jelas-jelas jatuh ke dalam lubang ketakutan.
Dua individu itu tiba-tiba berubah ceria dan membuat adegan romansa.
Mereka tidak normal.
Kalimat itu terukir dengan jelas di otak setiap orang yang hadir di tempat itu.
Mereka adalah pasangan yang tidak normal.
"Selain itu…. Aku merasa pernah melihat benda ini sebelumnya..?"
Pertanyaan sederhana yang dia keluarkan dari mulutnya membuat wajah seluruh Fairy dan monster yang ada di tempat itu menjadi semakin pucat.
"… Bisakah seseorang memberitahuku benda apa ini?"
Seekor Fairy-Wanita tua maju dan berlutut di hadapan Vainz.
"I-Itu adalah tombak milik Monster Aegia"
"Hmmm... Ohhh, Aegia ya.. aku ingat dia melemparkan tombak ini kearahku sebelumnya.."
"A-Anda mengenal monster A-Aegia?"
Hmm, apakah Lamia itu cukup populer di sekitar sini?
"Jika yang kau maksud adalah pria setengah ular itu, maka ya.. aku mengenalnya. Memangnya kenapa?"
Tidak ada perubahan pada suaranya, namun kalimat terakhir Vainz membuat tubuh kecil di depannya bergetar.
"T-Tidak.. makhluk yang lemah ini hanya ingin tahu, apakah anda rekan monster itu?"
Vainz memiringkan kepalanya.
"Rekan... Karena aku sudah membunuhnya, kurasa kau tidak bisa menyebutku rekannya kan?
Tidak hanya wanita tua itu, namun seluruh Fairy dan monster yang hadir mulai gemetar.
"A-Anda Y-Yang M-M-Menghabisi monster itu?"
"..ya."
Seluruh monster dan Fairy yang ada di tempat itu menahan nafas mereka saat mendengar jawaban datar Vainz.
Tidak ada satupun yang meragukan perkataan Vainz, mereka tidak punya bukti namun fakta bahwa dia membuat lingkaran magic sebesar itu sudah menunjukkan seberapa besar kekuatannya.
Elves di depan mereka saat ini adalah pahlawan sejati yang telah membunuh monster kejam yang telah menindas mereka selama bertahun-tahun.
Ribuan Fairy itu ingin mengucapkan rasa syukur mereka, namun Vainz merebut kesempatan itu.
"Diam."
Suara dingin Vainz membuat mereka tidak bisa mengeluarkan satupun kata dari mulut mereka.
Pada akhirnya mereka memilih untuk mematuhi perintah itu, diam.