Chereads / Monárch / Chapter 61 - Chapter 60 - Black

Chapter 61 - Chapter 60 - Black

Day.11

Kina, ribuan Fairy dan monster dengan berbagai bentuk dan ukuran, tetap menundukkan kepala mereka bahkan setelah 20 menit sejak rombongan Satanya dan para Skeletal pergi dari desa itu.

Mereka sangat lelah dan mengantuk setelah bekerja semalaman penuh dengan mengerahkan seluruh kemampuan mereka.

Namun mereka masih sangat takut dan waspada dengan berbagai kemungkinan yang terus terlintas di kepala mereka.

Kurasa.. sudah?

Kina sedikit mengangkat kepalanya dan melihat sekelilingnya.

Wajah pucat dan lelah rekannya adalah satu-satunya yang menyambutnya.

Aku berharap semua ini sudah berakhir!

Kina mengangkat kepalanya dan berbalik ke arah ribuan Fairy dan monster di belakangnya.

"Semuanya sudah selesai!"

Suara kecilnya menggema di tempat itu.

Itu adalah suara yang penuh dengan keyakinan dan kebahagiaan, namun tidak ada satupun dari fairy dan monster yang mengangkat kepala mereka.

Mereka melirik ke kanan dan kiri, melihat rekan dan musuh mereka yang mungkin akan membuat pergerakan.

Seorang monster dengan kepala tikus mengangkat kepalanya, bahkan setelah beberapa saat monster itu masih baik-baik saja.

Mereka yang melihat hal itu perlahan mulai mengangkat kepalanya, dengan sangat lambat dan hati-hati sebelum akhirnya mata mereka tatapan kina.

Saat mereka menyadari bahwa semuanya benar-benar sudah selesai, mereka menghela nafas yang sangat panjang dan mulai meneteskan air mata.

Mereka memeluk rekan dan keluarga mereka, bahkan musuh pun saling menyemangati satu sama lain, berusaha mengusir ketakutan besar yang sejak kemarin telah memeluk erat hati dan jiwa mereka.

Kedua mata kecil kina perlahan mulai basah saat dia melihat pemandangan itu, namun dua tidak membiarkan air matanya menetes.

"Aku tahu kalian semua kelelahan! Namun ada satu hal yang harus kita selesaikan!"

Kerumunan itu melirik kina dengan mata mereka yang basah.

"Kita harus mengeksekusi Bell!!!"

Kerumunan di depannya membeku sesaat, mereka terkejut mengapa mereka harus membunuh sesama mereka saat mereka baru saja terbebas ketakutan.

Namun lebih dari itu semua, ada hal serupa yang terlintas di benak mereka. Kenapa?

Kina yang melihat ekspresi kebingungan dari kerumunan di depannya perlahan menghirup nafas dalam-dalam.

Aku harus mengatakan hal ini, aku tidak mau peristiwa seperti ini terjadi lagi!

Kina membuka mulutnya dan memulai penjelasannya.

"Bahkan hingga saat ini, pecundang itu masih tidak mau menemui Nona Satanya! Apa kalian sadar apa yang mungkin terjadi jika Nona Satanya tadi merasa tidak senang?!"

Ekspresi bingung dan kesedihan lenyap dari seluruh wajah di kerumunan itu, satu-satunya yang tersisa hanyalah kemarahan.

Kina membuka mulutnya sebelum kerumunan itu menyampaikan isi hati mereka.

"Kita penggal kepala si pecundang itu dan ibunya, lalu kita letakkan di gerbang utama! Semua orang! Semua makhluk yang ada harus terus mengutuk dan membenci si pecundang yang hampir membawa kehancuran pada kita semua!"

______

Suasana saat ini masih sangat dingin, dengan cahaya yang masih minim dan dedaunan yang lebat, membuat hutan itu menjadi semakin gelap.

Namun Satanya tidak mengalami kesulitan untuk berjalan dengan lincah, menghindari beberapa akar yang menjuntai karena night vision.

Satanya bisa merasakan hawa dingin yang terus menerus menusuk kulitnya, namun semuanya menjadi agak mendingan setelah suara itu mengatakan bahwa Cold resistance terus naik level.

"Aku tidak sabar untuk segera memberikan pakaian ini untuk tuan Vainz!"

Satanya memeluk erat lipatan kain hitam di dadanya.

Itu adalah satu set pakaian yang sudah dia buat dengan mengerahkan seluruh tenaga dan hatinya selama semalaman penuh, jika suasana hutan itu tidak benar-benar gelap, seseorang bisa dengan mudah melihat garis-garis hitam di sekitar mata gadis itu.

Namun dia tidak merasakan sesuatu seperti kelelahan ataupun mengantuk, saat dia memikirkan bagaimana pria yang sangat dia hormati itu mungkin akan tersenyum dan memujinya, dia hanya merasa semakin semangat dan termotivasi.

Ahh ... kenapa jauh sekali?

Satanya menatap bekas langkahnya kemarin dan mengerucutkan bibirnya.

Hmm... aku yakin monster itu..

Sebelum Satanya bisa memastikan monster apa yang sekarang sedang bersembunyi di balik semak-semak di depannya, Skeletal Warrior dengan tombak hitam di punggungnya tiba-tiba bergerak maju dan memenggal kepala di dalam semak itu.

….. Terserahlah.

Satanya menghentikan langkahnya dan melihat 21 Skeletal dibelakangnya, tiga dari Skeletal Warrior membawa gumpalan kain di punggungnya.

"Apakah kalian kelelahan?"

Mereka adalah undead.

Tidak membutuhkan makanan dan istirahat.

Sebuah mesin dan budak yang sempurna, namun Satanya tidak benar-benar mengetahui hal itu.

Saat dia melihat para Skeletal yang tetap diam bahkan setelah dia meminta bantuan mereka untuk melakukan berbagai hal yang cukup sulit, Satanya merasa tidak nyaman.

Apakah mereka benar-benar tidak keberatan?

Apakah mereka tidak kelelahan?

Apakah mereka tidak marah?

Apakah mereka tidak lapar?

Apakah mereka tidak mengantuk?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus terlintas di kepalanya, jika para Skeletal itu hanyalah orang asing, Satanya tidak akan memperdulikan mereka.

Namun para Skeletal itu bukanlah orang asing, mereka adalah milik pria yang sangat dia hormati, Vainz Michaelist.

Meminta bantuan mereka tanpa sepengetahuan Vainz sudah memberikan beban yang cukup berat di kepalanya, dia akan merasa semakin tidak nyaman kalau dia telah benar-benar menyusahkan undead-undead milik pria itu.

Aku harap mereka tidak-

Para Skeletal tanpa ekspresi itu menggelengkan kepalanya, Skeletal Warrior yang sebelumnya maju dan memengal kepala serigala itu juga menggelengkan kepalanya.

-Kalian benar-benar baik-baik saja?

"…. Kita harus bergerak lebih cepat!"

Satanya menghapus pemikiran-pemikiran di kepalanya dan mempercepat langkahnya.

Jika ternyata aku benar-benar menyusahkan mereka, aku akan meminta maaf secara langsung pada tuan Vainz.

Setelah beberapa menit berjalan, dia akhirnya bisa melihat sebuah bangunan batu di dekat sebuah pohon besar.

Mengingat tujuan akhirnya sudah terlihat, seharusnya Satanya senang, namun ada sesuatu yang sekarang mengganggunya.

Bukankah seharusnya ada dua?

Di tempat itu tidak ada dua bangunan yang disebut Earth Bunker, melainkan hanya ada satu Earth Bunker yang sedikit terbakar.

Terbakar.. api?!!

"….Tuan Vainz?!"

Satanya memeluk erat lipatan kain di dadanya dan berlari saat beberapa kemungkinan buruk melintas di kepalanya.

Dia menginjak pohon kecil yang terasa tidak asing di samping sebuah pohon yang cukup besar, namun dia tidak peduli.

Para Skeletal mulai panik saat mereka melihat Satanya yang tiba-tiba berlari.

Jaraknya dengan Earth Bunker itu semakin dekat, hanya beberapa langkah lagi sebelum Satanya bisa menyentuh pintu kayu itu.

Namun, seorang undead dengan pedang berkarat di tangannya tiba-tiba muncul dari kegelapan menghentikannya.

"Apa yang kaul-"

Satanya mengigit lidahnya.

Dia merasa sangat tidak asing dengan situasi itu, gambaran tentang peristiwa kemarin melintas di kepalanya.

.....Ngrhhh...

Satanya menelan darah yang keluar dari lidahnya dan bergerak mundur.

Aku hampir melakukan hal yang sama!

Satanya menundukkan kepalanya ke arah Skeletal Warrior itu dan mengamati earth Bunker di depannya.

Itu adalah Earth Bunker milikku, aku yakin itu!

Lalu tumpukan abu itu pasti milik Tuan Vainz, …tapi apa yang terjadi?

Selain itu dimana Skeletal Warrior yang satunya?

"Tuan Vainz tidur di tempat tidurku…?"

Semua pertanyaan-pertanyaan dan kebingungan yang menyelimuti kepala Satanya menghilang setelah dia menyadari fakta itu.