Dua Skeletal Warrior dan dua Skeletal mage terus menerus menggunakan koneksi mental mereka.
Hai W2 Hai M1.. Hai M2..
Hal-hal kecil seperti itu adalah apa yang terus-menerus mereka ulangi di dalam koneksi mentalnya.
Seperti seorang gelandangan yang tiba-tiba mendapatkan hadiah lotre bernilai tinggi, kebahagiaan karena baru saja menerima sebuah nama terus membanjiri hati mereka.
Jika tidak ada perintah dari Vainz untuk tetap waspada dengan kemungkinan apapun, mereka mungkin sudah menari dan menyanyi sekarang.
Ahhh.… sebuah nama! Bukankah itu hebat!!?
Tentu saja W1!
W2 memberikan penekanan pada kata terakhirnya.
Benar sekali W2!!!!
Bahkan untuk undead kelas atas pun, sebuah nama adalah hal yang sangat langka.
Dan sekarang, mereka para Skeletal, makhluk undead dengan kasta paling rendah justru memiliki nama?
Bukankah itu sangat-sangat luar biasa!
Mereka tidak peduli dengan fakta bahwa nama mereka terdengar sangat menyedihkan dan sederhana untuk kebanyakan orang, bagi para Skeletal itu nama yang diberikan oleh tuan mereka adalah hal yang sangat berharga.
Ahhhh.… Ini hebat!
Benar sekali M2, jika kita terus melayaninya, kita pasti bisa berdiri di puncak dunia ini!
Tiga Skeletal lain mulai menggertakkan rahang tulang mereka karena kebahagiaan saat mendengar gagasan W2.
Sementara itu...
Di dalam Earth Bunker yang mereka sedang lindungi, Satanya yang masih terjaga, sedang menatap kristal hijau diatasnya dengan malas.
"Aku tidak mengantuk."
Itu adalah kebohongan yang besar.
Sejujurnya aku sangat mengantuk..
Tapi aku tidak bisa tidur.
Di dalam kepalanya, kalimat-kalimat Vainz dari beberapa saat lalu terus berputar.
"Kau harus tidur.. kau bisa sakit, kau harus memperhatikan keadaan tubuhmu... kau bisa demam, kepalamu bisa sakit..."
Satanya mengulangi beberapa potongan kalimat Vainz yang bisa dia ingat.
"….aku sudah berkali-kali mengatakannya, aku bukan anak kecil. Tapi... Vainz Michaelist.. bahkan dengan tubuh seperti ini, kau tidak pernah benar-benar melihatku sebagai seorang wanita dewasa huh.."
Satanya tidak bisa memahami pria itu.
Setelah evolusinya, dia akhirnya mendapatkan tubuh dewasa yang dia tunggu-tunggu.
Saat itu Vainz menatapnya dengan mata seorang pria yang sedang melihat seorang wanita.
Itu membuatnya senang, dan di saat yang bersamaan membuatnya takut.
Setelahnya, Vainz terus menatapnya dengan mata itu, tidak pernah menggunakan tatapan yang sama seperti saat Satanya masih Imp kecil.
Hal itu membuat Satanya cukup senang, dia akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan.
Tapi, Satanya terlalu bahagia karena hal itu sampai-sampai dia tidak menyadari bahwa perilaku Vainz yang justru berubah drastis.
Vainz menjadi lebih protektif dan berlebihan dalam berbagai hal, Satanya pikir itu adalah bagaimana seorang pria berusaha melindungi seorang wanita.
"….aku pernah mengalami perlakuan seperti ini sebelumnya.."
Benar, apa yang dilakukan oleh Vainz, pria yang sangat Satanya hormati, bukanlah tingkah seorang pria yang berusaha melindungi seorang wanita.
Namun seorang ayah yang mencoba untuk selalu memastikan bahwa putri kecilnya baik-baik saja.
Satanya tahu bagaimana rasanya punya seorang ayah, dia sangat menyayangi ayahnya dan satanya yakin bahwa ayahnya juga begitu.
Satanya akan sangat senang jika bisa mendapatkan momen-momen seperti itu lagi, dia bahkan akan memberikan segalanya untuk bisa bertemu dengan ayahnya lagi.
Namun dia tidak pernah berharap sedikitpun untuk menerima perlakuan seperti itu dari orang lain, terutama pria yang dia hormati.
"Vainz Michaelist… kau mengangkapku sebagai apa?"
Satanya mempertanyakan statusnya untuk pria itu, namun dia juga masih tidak yakin dia ingin dianggap seperti apa oleh Vainz.
Dia tidak ingin dianggap sebagai anak-anak.
Dia ingin dianggap sebagai wanita dewasa.
Namun apakah dia bisa menahan dirinya agar tidak jatuh ke dalam jurang yang terkadang menghantuinya jika tiba-tiba Vainz melompat kearahnya dengan mata yang menjijikan?
"…..aku tidak akan…"
Dia tidak bisa.
Satanya masih berpikir bahwa semua pria itu sama, mereka selalu menginginkan hal itu dari seorang wanita, setelah mendapatkannya, mereka akan pergi dan tidak akan kembali.
Dia berusaha sekeras mungkin, dia selalu mengatakan pada dirinya bahwa Vainz Michaelist itu berbeda.
Tuan Vainz itu baik.
Tuan Vainz itu berbeda.
Namun hatinya masih terus meragukan hal itu.
"Bahkan setelah aku memberitahu bagaimana caranya agar aku bisa berevolusi menjadi succubus…"
Vainz tidak melakukan apapun.
Pria itu tidak mencoba mendekatinya walau hanya sejengkal.
Dia berbeda.
Fakta itu seharusnya cukup untuk membuat hatinya yakin bahwa Vainz Michaelist itu berbeda.
Namun Satanya masih ragu.
Bagaimana jika Vainz Michaelist hanya menunggu waktu yang tepat?
Bagaimana jika Vainz Michaelist ternyata sudah mendekatinya namun Satanya tidak menyadari hal itu?
Bagaimana jika Vainz Michaelist sudah menyentuhnya tanpa sepengetahuannya?
Itu bukanlah hal yang mustahil, Satanya masih sangat yakin bahwa dia pure Virgin, tapi fakta bahwa Vainz Michaelist bisa menggunakan healing magic…
Bagaimana jika Vainz Michaelist ….
Bagaimana jika Vainz Michaelist ….
Bagaimana jika Vainz Michaelist ….
Bagaimana jika Vainz Michaelist ….
Bagaimana jika Vainz Michaelist ….
"..… Aaaarggghh!!!!!!"
Satanya bangkit dan menghela nafas panjang.
Aku butuh sebuah kegiatan yang akan menghilangkan stresssssss!
Satanya melirik tombak hitam yang diletakkan di samping pedang Kobold King.
"Aku tidak pernah bertarung dengan undead milik Vainz Michaelist kan?"