Mengingat lokasi desa itu yang berada di tengah-tengah danau, Vainz harus berjalan dengan ekstra hati-hati agar pakaiannya tidak terkena lumpur.
Disekelilingnya ratusan Lizardman terus kehilangan nyawa mereka di tangan para Skeletal setiap detiknya.
Mengingat stat para Lizardman itu, seharusnya para Skeletal mengalami kesulitan, namun terimakasih pada Lightning Lord yang membuat para Lizardman itu tidak bisa bergerak, semuanya menjadi lebih mudah.
Ada beberapa Lizardman yang memperoleh lightning resistance, namun para Skeletal mage tidak membiarkan mereka.
Skeletal Warrior maju, memengal lengan dan kaki Lizardman yang mencoba bergerak, berikutnya Skeletal Warrior yang baru Vainz summon mengayunkan pedangnya dan membunuh lizardman itu untuk menaikkan levelnya.
Jika aku membawa W1 dan W2.. mereka pasti sudah menginjak level 80 sekarang..
"..Such a shame."
Vainz mengalihkan perhatiannya pada Skeletal Warrior dengan simbol W7 di depannya.
Karena menerima Chain Dragon Lightning si Gatekeeper meledak, dengan kata lain tubuhnya terpencar ke segala arah.
Mengingat lokasinya saat ini Vainz tidak punya pilihan lain kecuali menyuruh skeletal Warrior yang seharusnya bertarung untuk mencari benda yang Vainz cari.
Walaupun begitu.. sepertinya akan lama huh.
Vainz memgalihkan matanya dari W7 dan menatap tongkat kayu di tangannya.
Rarity : Rare Type : Staff Effect : +15 Magical Atk Boost Ice Attributes. Description : A staff made using the frozen wood.> …..Rare item. Ada hal yang belum pernah Vainz lihat sebelumnya. Type, aku tidak yakin kenapa yang satu ini berbeda dengan tombak Aegia dan pedang Kobold King, selain itu deskripnya juga terlalu singkat. Apa-apaan dengan frozen Wood itu? Lalu boost ice Attributes, dengan kata lain tongkat ini memiliki efek yang mirip dengan maximize Magic, namun terbatas pada ice magic. Vainz melirik dinding es yang perlahan meleleh di sekitarnya. Pantas saja si Gatekeeper itu bisa membekukan mantra milikku, aku akan mencobanya nanti. Skeletal Warrior berbalik dan mengulurkan tangannya, Vainz merapal Shadow Magic dan menyimpan tongkat itu ke dalam bayangannya. Sekarang, mari kita lihat benda ini. Rarity: Superior-Tier.> …Mengingat stat nya, kurasa itu wajar. Vainz memasukkan core putih itu ke dalam bayangannya. Sekarang… apa yang akan kulakukan? Karena jumlah lizardman ini.. mungkin akan memakan sedikit waktu, dan karena petir si lightning lord, aku juga tidak bisa mencari parallel gate. Vainz menyentuh dagunya, dia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri. ..….Aku rasa.. tidak ada apapun yang bisa kulakukan sekarang. Karena si Gatekeeper sudah mati, berarti tujuan utamaku di lantai ini sudah selesai. "….Satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menunggu." Setelah beberapa menit, seluruh Lizardman di desa itu akhirnya benar-benar binasa. Vainz menggunakan para Skeletal dan lightning Lord untuk mengumpulkan core sementara dia berkeliling desa itu untuk mencari parallel gate. Ah.. ini dia! Vainz mengamati sebuah pintu besi yang terletak di dalam sebuah rumah kayu tua. …Aku bisa segera pergi ke lantai selanjutnya kan? Saat ini mungkin masih jam 9 atau 10, itu berarti belum lama sejak Satanya tidur.. dia tidak tidur semalaman penuh, dan membangunkannya… Tapi aku juga tidak bisa menunggunya hingga bangun tidur, itu mungkin memakan waktu seharian. Membawanya saat masih tertidur pulas juga tidak aman, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika di lantai selanjutnya dipenuhi monster kuat seperti dragon. Rasanya.. Bukankah aku hanya membawa beban? "…Apa yang harus-!?" Vainz tidak menggunakan skill apapun, dia juga tidak sedang bersiap merapal mantra. Para Skeletal hanya melakukan tugas sederhana disekitarnya, namun MP nya dikonsumsi. Tidak menggunakan skill maupun mantra, namun MP nya dikonsumsi. Jantungnya berdetak kencang, berbagai kemungkinan melewati kepalanya dan saat ini Vainz sedang memikirkan kemungkinan yang paling buruk. "-[Shadow Exchange]!" Pemandangan didepannya berubah dalam sekejap, Vainz menggunakan Shadow Magic untuk bertukar tempat dengan W1. Dia ingin segera memastikan apa yang terjadi, keadaan Satanya dan berbagai hal lainnya. Namun sebelum Vainz bisa melakukan hal hal itu-Sebuah ujung tombak bergerak secara horizontal dan menggores pipinya. Racun?!! Vainz melompat mundur dan mengaktifkan 3 skill favoritnya. Dia memikirkan berbagai kemungkinan dan strategi yang bisa dia gunakan untuk menyelamatkan Satanya jika musuh yang akan dia lawan kali ini jauh lebih kuat dari para Lizardman. Ada berbagai hal yang melintasi pikirannya saat ini, namun Vainz tidak benar-benar panik. Mungkin ini efek Forbearance huh. Lingkaran magic muncul di telapak tangannya, Vainz sudah bersiap untuk bertarung habis-habisan. Dia mengangkat kepalanya, bersiap untuk menghadapi makhluk apapun itu. "…eh" Bukan makhluk mengerikan ataupun monster yang kuat, satu-satunya hal yang dia lihat hanyalah seorang gadis berwajah pucat yang sedang menatap sekitarnya dengan ekspresi kebingungan. Vainz menghela nafas panjang sebelum menonaktifkan skillnya. "Tuan Vainz!-" Satanya berlari ke arahnya, gadis itu terlihat ingin mengatakan banyak hal, namun Vainz mengangkat tangannya untuk menghentikannya. "-tunggu." Vainz melihat sekelilingnya. Jadi.. tidak ada apapun yang terjadi kan? Tunggu-tunggu.. bukankah ada hal yang lebih penting dari itu?! Kenapa Satanya tidak tidur?! Vainz menciptakan dua Golem dan menggunakan mereka sebagai kursi. Vainz duduk dan menatap Satanya yang terlihat gugup didepannya selama beberapa saat. "Duduk." Bahu Satanya tersentak saat dia mendengar suaranya yang kasar, namun Vainz tidak memperdulikan hal itu. Gadis itu duduk dengan gerakan yang agak kaku, dia menempatkan tombak hitam itu di bawahnya. Keheningan menguasai tempat itu, Vainz tidak membuka mulutnya atau melakukan gerakan apapun. Dia hanya menatap Satanya dari sudut matanya. Keringat mengucur dari punggung dan pelipisnya, Satanya merasakan ketakutan yang sangat tidak menyenangkan dari tatapan pria di depannya. Dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti itu, namun dia juga tidak memiliki keberanian untuk melakukan apapun. Ngrhhhh.… Ini membuatku semakin gugup! Satanya mengumpulkan keberaniannya. "Tu-" "Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?!" Vainz secara spontan memotong kalimat yang sudah Satanya kumpulkan dengan susah payah, dia mengatakan kalimat itu dengan nada yang kasar dan di saat yang bersamaan menatap Satanya dengan tajam. Dia tidak berusaha sedikitpun untuk menyembunyikan rasa tidak senangnya pada gadis itu. "Ah...." Satanya membalas kalimat kasarnya dengan nada datar, semua kegugupan dan rasa takut sudah benar-benar menghilang dari wajah gadis itu. Vainz mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu 'Ah' ? Apakah kau tidak mendengarku? Aku bertanya! Kenapa kau tidak tidur?!" Satanya tidak menunjukkan respon apapun, bahkan wajahnya terlihat semakin datar. Vainz mengerutkan alisnya. Emosi yang sekarang dia rasakan mungkin adalah kemarahan, namun itu bukanlah kemarahan yang selalu dia rasakan. Jika forbearance akan menekan kemarahan, lalu kenapa yang satu ini tidak ditekan?! "Kau sudah terjaga semalaman penuh, seharusnya kau memperhatikan kesehatan-" Satanya melihatnya dengan tatapan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, membuat Vainz tidak punya pilihan lain kecuali berhenti dan bertanya-tanya apa arti tatapan itu. "Tuan Vainz saya bukan anak-anak. Dan yang terpenting saya bukanlah putri anda." Seorang remaja yang ingin menyatakan perasaannya pada gadis yang sudah disukai sejak kecil, namun dia harus melihat bagaimana gadis itu justru menerima perasaan teman terdekatnya. Mungkin keadaan seperti itu sangat cocok menggambarkan perasaan Vainz saat ini. "….B-Benar.." Vainz mengucapkan kata itu dengan nada yang sangat lirih, dia berusaha untuk tidak menatap Satanya secara langsung. Rasanya…. ini sangat tidak nyaman. Vainz memang merasakan berbagai emosi yang tidak menyenangkan saat ini, namun dia hanya membiarkan emosinya keluar untuk sesaat sebelum akhirnya memasang tingkah dan wajah datarnya yang biasa. "Hmm... Kurasa kau benar." Vainz bangkit, dia melihat Satanya sekilas dari sudut matanya sebelum beralih ke tombak hitam dibawahnya. "Lalu, bagaimana dengan tombak itu?" Mungkin karena nada suaranya yang terlalu biasa, Satanya tersentak dan mulai terlihat tidak nyaman. "S-Sangat bagus.." "Hmmm... kalau begitu, nanti kau harus bertarung bersama para Skeletal Warrior di garis depan. Sekarang aku akan berkemas, kita akan pergi ke lantai selanjutnya." Satanya terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun Vainz tidak berniat menerima respon apapun dari gadis itu sejak awal. Setelah memerintahkan 3 Skeletal di depannya agar segera pergi ke desa Lizardman lebih dulu, Vainz berjalan masuk ke dalam Earth Bunker. "…aku mengacaukannya.…" Satanya mengengam erat pakaiannya, dia hanya bisa melihat pemandangan itu dalam diam. "Lebih dari itu... Vainz Michaelist, kau benar-benar berpikir bahwa kau adalah ayahku?" Kedua mata merah Satanya mulai basah. Ribuan kilas balik, kenangan-kenangan bersama ayahnya mulai bertumpuk dengan kenangan kecil yang dia buat bersama Vainz. "Aku… " Satanya menghapus air mata yang hampir jatuh dan bangkit. Dia berjalan mendekati Earth Bunker itu, namun pergerakan kakinya terhenti saat dia melihat Vainz yang keluar dengan wajah yang gelap. Vainz mengepalkan tangannya dan meninju Earth Bunker di depannya. Dia harus mengirimkan beberapa pukulan sampai bangunan berbentuk igloo itu benar-benar hancur. Vainz menatap beberapa luka kecil di tangannya. Walaupun dengan Physical Def sebesar itu.. aku masih menerima luka gores. "What a Shame..." Vainz tertawa kecil dan berbalik, dia berjalan ke arah Satanya yang menatapnya dengan wajah kaku. Tanpa mengatakan apapun, Vainz meraih tombak hitam itu dan menyimpannya dalam bayangannya, berikutnya dia mengulurkan tangan ke arah Satanya. Butuh waktu beberapa saat untuk Satanya bisa memahami apa yang terjadi dan meraih tangannya. Tangannya dingin.. Tangan Vainz tidak benar-benar dingin, itu masih hangat seperti biasanya, namun untuk beberapa alasan, Satanya tidak merasakan kehangatan apapun dari tangan besar itu. "Kyaaa!" Berbeda dengan yang selalu mereka lakukan, kali ini mereka tidak bergandengan tangan, Vainz justru mengangkat Satanya dan menggendongnya seperti tuan putri. Kejadian itu terlalu singkat dan tiba-tiba, membuat Satanya berteriak kecil. Beberapa pemikiran seperti 'Akhirnya dia menganggapku sebagai wanita' dan semacamnya mulai melintasi kepala Satanya. Namun semua itu lenyap saat dia melihat Vainz yang tidak menunjukkan reaksi apapun. "[Fly]" Satanya hampir berteriak untuk yang kedua kalinya saat menyadari bahwa dia sedang melayang di udara. Namun dia tidak bisa melakukannya, Satanya hanya terlalu fokus pada ekspresi serius dan senyum kecil yang Vainz buat. Aku semakin mahir menggunakan mantra ini~ Vainz bersenandung dalam hatinya. Karena para Skeletal sudah berada di desa Lizardman, Vainz tidak punya pilihan selain menggunakan fly. Dia tidak mau bertukar tempat dengan Skeletal dan nanti harus menunggu Skeletal itu untuk menyebrangi danau lagi. Hmmm? Aku yakin aku memerintahkan untuk segera pergi ke desa itu, tapi bagaimana caranya mereka menyebrangi danau ini? Saat Vainz masih memikirkan hal itu, tujuan akhirnya mulai terlihat. Mengingat dia sudah cukup ahli menggunakan mantra itu, Vainz tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melewati jarak yang hanya beberapa ratus meter. Vainz perlahan turun dan menginjakkan ke tanah yang basah, dia maju beberapa langkah dan menurunkan Satanya di dekat Parallel Gate. "Tunggu disini." Vainz tidak memperdulikan anggukan kecil Satanya dan segera berbalik untuk melihat para Skeletal dan Lihtning Lord. Hmm... Lightning Lord, masih ada waktu 50 menit lebih, kurasa aku bisa menggunakannya untuk menyelesaikan lantai berikutnya. Vainz memikirkan hal itu saat dia memasukkan tumpukan core dengan berbagai warna ke dalam bayangannya.