Lt.21
Di depannya saat ini adalah sebuah desa yang cukup besar, penghuni desa itu adalah makhluk besar dengan kulit hijau dan taring yang besar.
High Orc.
Vainz tidak tahu alasannya, tapi High Orc tidak memiliki kepala babi, sebaliknya mereka memiliki wujud yang lebih menyerupai manusia dengan dua taring besar yang menonjol dari mulutnya.
Aku benar-benar penasaran dengan hal itu, tapi terserahlah.. lagipula mereka akan segera mati.
Dengan stat seperti itu, aku yakin core mereka akan sangat bagus.. mungkin mantra ini tidak akan bertahan lama huh.
Baiklah.. sudah saatnya.
"[Maximize Magic: Avatar of Fire]!"
Api kecil itu melompat dari tangannya.
Api itu perlahan terlihat di mata para High Orc karena api itu lepas diri dari efek 3 skill milik Vainz.
Beberapa High Orc mulai merapal mantra dan menembakkan peluru air ke arah api kecil itu.
Namun api itu menghindari mereka dengan sangat mudah dan akhirnya mendarat di salah satu atap rumah High Orc.
Kecepatannya tidak normal, siapapun yang melihatnya akan berpikir begitu, seperti sebuah lubang kecil di tanggul sungai yang tiba-tiba membesar dan memuntahkan seluruh air yang ada.
Seperti itulah bagaimana api kecil itu tiba-tiba membesar dan dalam sekejap mata, api kecil itu berhasil membakar sebuah rumah.
Para High Orc terlihat semakin panik, mereka terus-menerus menembakkan mantra elemen air namun api itu tidak padam.
-Mulai.
Lightning Lord melompat dari belakang Vainz dan mendarat di lokasi yang cukup jauh dari api itu, dia menggunakan skill nya, menyebarkan petir putih ke segala arah.
Namun High Orc benar-benar berbeda dengan para Lizardman, mereka kuat dan yang terpenting mereka memiliki banyak skill resistance.
Seorang High Orc maju, mengabaikan petir yang terus mengalir di tubuhnya dan menebas Lightning Lord.
Kepala yang hanya berisi gumpalan petir itu terjatuh dan di saat yang bersamaan senyum cerah bisa terlihat di wajah High Orc.
"Astaga.."
Vainz menepuk keningnya.
".. bisakah dia itu berhenti bermain-main?"
Api yang membakar rumah itu meledak, membuat High Orc di sekitarnya menutup telinga mereka.
Sesosok wanita bangkit, perlahan terbentuk dari dalam api yang menyala-nyala.
Para High Orc yang melihat hal itu hanya bisa menganga, tidak bisa mempercayai kejadian yang ada di depan mata mereka.
Namun beberapa Orc yang mengetahui makhluk apa itu mulai merapal mantra mereka, menembakkan puluhan mantra elemen air.
Hal itu tentunya membuat si gadis api tidak senang, dia berteriak sangat keras hingga membuat Vainz harus menutup telinganya.
Berikutnya gadis itu meraih api di bawahnya dan melemparkannya ke rumah-rumah di sekitarnya.
Di saat yang bersamaan, gumpalan petir yang memakai topeng itu melayang dan menempel kembali di tubuhnya.
"Maju."
Merespon perintahnya, 17 Skeletal Warrior maju dan berlari ke arah para Orc yang masih kebingungan karena dua peristiwa itu.
Sementara 10 Skeletal mage mulai merapal mantra mereka dan bergerak dengan lambat, menjaga jarak mereka dengan Skeletal Warrior.
Vainz menatap Satanya yang berlari bersama para Skeletal Warrior dengan tombak dan pedang di tangannya.
Vainz mengerutkan keningnya.
"Ini.. salah.."
Vainz tidak benar-benar serius saat dia mengatakan bahwa dia ingin Satanya bertarung di garis depan.
Saat itu dia hanya panik, dia bingung dengan apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dia lakukan di hadapan Satanya.
Karena itu dia mencari alasan, sebuah jalan yang bisa dia gunakan untuk segera pergi dari hadapan Satanya.
Dan hal terburuk adalah Vainz mengucapkan kalimat yang salah.
"Ngrhhh!."
Dia ingin berlari, dia ingin melindunginya dari para High Orc.
Dia ingin mengucapkan berbagai hal pada Satanya agar gadis itu tetap diam di dalam Earth Bunker.
Namun setiap kali dia memikirkan hal itu, bayangan bagaimana Satanya mengatakan bahwa dia bukan putrinya akan selalu membuat Vainz mengurungkan niatnya.
-Jangan biarkan Satanya-Aku tidak peduli apapun keadaannya, jangan biarkan Satanya mati.
Satanya bukan putrinya, Vainz tahu itu.
Dia juga bukan anak-anak lagi, Vainz juga tahu itu.
Namun Vainz tidak tahu siapa itu Satanya.
Hewan peliharaan, adalah arti awal gadis itu.
Perisai daging, identitas yang coba Vainz gunakan, namun tidak berhasil.
"Apakah ini karena efek nama?"
Vainz tidak yakin.
Dia tidak mempunyai perasaan apapun seperti cinta dan kasih sayang untuk Satanya.
Kadang Vainz melihat tubuh Satanya dengan hasrat di hatinya, namun hal itu menjadi semakin dan semakin lemah akhir-akhir ini.
Vainz hanya ingin melihat gadis itu tertawa, bertambah kuat dan selalu ingin melindunginya.
Lalu perasaan apa itu?
"…. Seorang ayah…"
Vainz sangat yakin bahwa dia belum pernah mempunyai seorang anak, dia juga sangat yakin bahwa dia tidak punya kekasih atau semacamnya.
Karena itu perasaan yang berbelit-belit seperti ini terasa sangat asing baginya.
Perasaan apa?
Seorang ayah?
Dia adalah putriku?
Aku tidak ingat pernah menganggapnya begitu!
Lalu, dia kekasihku?
Aku tidak pernah melihatnya dengan cara itu!
Lalu... ???
Vainz mengacak-acak rambutnya.
"FUCK!"
Saat dia terus memikirkan hal itu, pertarungan sudah di mulai di desa itu.
Beberapa High Orc mulai melompat dan menggunakan pedangnya untuk menebas si gadis api, namun luka tebasan pada tubuh api itu segera pulih.
Gadis api mengalihkan perhatiannya dari rumah separuh hancur di depannya dan meninju High Orc itu.
Gadis api mengepalkan tangannya, dia mendaratkan pukulan mematikan pada High Orc di bawahnya.
Namun High Orc itu memiliki resistansi api yang tinggi, dia menggunakan pedangnya untuk menahan pukulan api itu sementara rekannya bergerak maju dan menembakkan bola air raksasa pada gadis api.
Teriakan kemarahan segera mengisi telinga tiap makhluk di tempat itu.
Gadis api mundur, dihadapannya sekarang adalah dua High Orc Warrior dan tiga High Orc yang bisa menggunakan water magic tingkat tinggi.
Gadis itu membuat seringai jahat, namun tidak ada seorangpun yang melihat hal itu.
Berikutnya, gadis itu menghirup udara sebanyak mungkin hingga tubuhnya mengembang seperti balon.
Para High Orc yang menyadari apa yang akan terjadi mulai berlari ke segala arah.
Namun si gadis api tidak membiarkan hal itu, dia membuka mulutnya dan mengembuskan badai api yang menyala-nyala.
"Wow.. kurasa aku harus mempelajari kemampuan gadis ini kapan-kapan."
Namun gadis itu tidak berhenti, dia menghirup udara yang lebih banyak sebelum akhirnya membakar hampir separuh desa itu.
Vainz membuat seringai lebar.
"Sekarang, kurasa aku harus segera menyelesaikan bagianku [fly]."
_____
"Fuuhh...!"
Satanya menghembuskan nafas panjang, berusaha menghilangkan kegugupannya.
Saat ini dia sedang berlari bersama 17 Skeletal Warrior menuju kumpulan High Orc.
Para High Orc itu kuat, Satanya sangat yakin akan hal itu, namun dia tidak melakukan sesuatu seperti memohon pada Vainz untuk melindunginya atau semacamnya.
Karena aku bukan anak-anak lagi.
Vainz Michaelist juga bukan ayahku.
Dia tidak harus selalu melindungiku.
Aku yakin aku bisa bertahan hidup, karena aku sudah dewasa.
Satanya mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia bisa, bahwa dia akan selamat dari Medan pertempuran di depannya.
Tapi dia tetap tidak bisa menghentikan aliran ketakutan dalam dirinya.
Skeletal Warrior dengan simbol W9 di dahinya maju mendahului Satanya dan menebas dada High Orc.
Namun High Orc yang seolah tidak terpengaruh oleh luka di dadanya itu segera mengangkat pedangnya dan menghancurkan W9.
High Orc itu bersiap untuk melancarkan serangan lain, namun dia berhenti dan menutup telinganya saat suara teriakan wanita memenuhi tempat itu.
Satanya tidak mengabaikan kesempatan itu, dia melompat dan menusuk bagian belakang kepala High Orc itu dengan tombak hitamnya.
Beberapa Skeletal Warrior dan para Skeletal Mage terus maju untuk menyusul Lightning Lord, namun dua Skeletal Warrior dan Satanya tetap berada di tempat itu.
Tuan Vainz bilang aku tidak boleh mendekati Lightning Lord itu, apakah dia sangat berbahaya?
Berbeda dengan tempat lain, di sekitarnya hanya ada beberapa High Orc, sisa-sisa para Skeletal sebelumnya.
Hei W1, Perintah Tuan kita adalah:
Jangan biarkan Satanya-Aku tidak peduli apapun keadaannya, jangan biarkan Satanya mati.
Bukankah itu artinya kita tidak perlu terlalu melindungi Nona Satanya?
Skeletal Warrior, W2 menggunakan koneksi mentalnya untuk berbicara pada rekannya yang sekarang ada di sampingnya.
…aku tidak yakin W2, tapi.. bukankah kau juga merasakannya? Ada sesuatu yang tidak benar dengan perintah ini.
Apa maksudmu W1?
Maksudku.. bukankah Tuan Vainz itu sangat menyayangi nona Satanya? Sesuatu seperti "Jangan biarkan ada satupun luka gores.." adalah perintah yang selalu kita terima kan?
W2 memiringkan kepalanya.
Aku juga merasa begitu W1, mungkin ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.
Apapun itu, kita tidak memiliki hak untuk ikut campur W2.
Aku tahu.
Dua Skeletal itu melihat High Orc di depan mereka.
Bagaimana dengan nona Satanya?
Aku tidak yakin nona Satanya bisa bertahan melawan satu dari mereka W2.
Dua Skeletal itu mulai memacu otak mereka yang tidak ada.
Perintah tuan mereka sudah jelas, jangan biarkan Satanya mati, itu berarti para Skeletal harus melindungi Satanya apapun bayarannya.
Namun di dalam perintah itu tidak ada detail yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh membiarkannya terluka.
Perintah Tuan Vainz adalah absolute W1, kau tau maksudku kan?
Aku mengerti W2.
Satanya tidak bisa menahan dirinya agar tidak membelalak saat dua Skeletal Warrior di depannya tiba-tiba maju dan melawan beberapa High Orc.
Mereka meninggalkanku.
Satanya menggertakkan rahangnya beberapa kali.
Beberapa hal yang Satanya tahu soal Skeletal adalah bahwa mereka tidak pernah mencoba menjauhkan dirinya dari Satanya.
Mereka selalu protektif, mereka akan membunuh apapun yang mencoba membahayakannya dalam sekejap mata dan kembali melindunginya.
Namun kali ini mereka tidak begitu, Skeletal Warrior yang sudah selesai membunuh High Orc tidak kembali untuk melindunginya, mereka hanya fokus membunuh lebih banyak High Orc.
Skeletal adalah budak yang hanya memenuhi perintah tuan mereka, dengan kata lain Vainz Michaelist tidak memerintahkan mereka untuk melindunginya.
"I-Itu wajar, lagipula aku sudah D-Dewasa!"
Satanya menghapus keringat yang mengucur dari pelipisnya saat mengucapkan kalimat itu.
Fakta bahwa 'Tuan Vainz' nya tidak mencoba melindunginya lagi menusuk hatinya lebih keras dari apapun, namun dia berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya.
"Aku orang dewasa yang kuat!"
Satanya mengengam erat tombak dan pedangnya, dia berlari ke arah High Orc.
High Orc itu menyadari keberadaan Satanya, dia mengayunkan pedangnya secara horizontal.
Satanya melompat mundur untuk menghindari serangan itu, berikutnya dia bergerak ke samping dan dengan cepat bergerak ke belakang High Orc didepannya.
Dia mengayunkan pedangnya dan disaat yang bersamaan menusuk bagian belakang kepala High Orc.
Hmmmm?
Suara itu lagi?
…..aku belum sempat bertanya pada tuan Vainz tentang suara-suara ini.…
Satanya menatap High Orc di bawahnya.
"..ini cukup mudah!"
Sebuah suara ledakan tiba-tiba terdengar, membuat Satanya mau tidak mau harus menutup telinganya.
Apa itu?
Tidak-tidak.. tetap fokus!
Satanya mencabut tombaknya, bersiap untuk menyerang High Orc lain.
Namun sebuah peluru air tiba-tiba melesat dan menembus bahunya, membuat Satanya tersungkur di tanah karena rasa sakit.
"Arghhh-nnngggg!!!"
Satanya ingin menangis, dia ingin berteriak dan menjerit sekeras mungkin karena rasa sakit yang sangat dari luka yang terus mengucurkan darah di bahunya.
Namun dia tidak bisa melakukannya, egonya sebagai seorang wanita dewasa tidak mengijinkan hal itu.
Satanya mengangkat kepalanya dan melihat dua High Orc mendekatinya dengan wajah yang menjijikan.
Satanya mengenali ekspresi itu, dia akan selalu mengenali ekspresi itu tidak peduli monster seperti apa yang membuatnya.
"Ngrhhhh!!"
Satanya mengengam tombaknya dengan tangan yang berlumuran darah, dia menggunakan tombak itu dan kaki kirinya sebagai tumpuan, Satanya memaksa tubuhnya untuk bangkit.
Salah satu High Orc mengulurkan tangannya dan menembakkan panah yang terbuat dari api ke arah kaki kiri Satanya.
"ARGGGHHHHHH-NGHHHH!!!"
TIDAK BOLEH!
TIDAK BOLEH MENANGIS!
HARUS KUAT!
KUAT! KUAT! KUAT!
AKU ADALAH SEORANG WANITA DEWASA!
Satanya menghapus air mata yang hampir menetes dan memutar kepalanya, dia menatap lokasi Vainz sebelumnya.
Tidak ada.
Tuan Vainz tidak ada di tempat itu.
Vainz akan selalu menolongnya, dia akan selalu melindungi Satanya.
Itu adalah sesuatu yang Satanya percayai, namun kali ini bukan hanya Skeletal yang meninggalkannya, tapi pria itu juga meninggalkannya.
"A.. AHHHHH!!!!"
Satanya merasakan hawa dingin yang merayap di punggungnya.
Dia takut.
Dia sangat takut.
Rasa sakit menyebar di seluruh tubuhnya.
Darah terus mengucur.
'Tuan Vainz' nya tidak ada disana untuk melindunginya.
Ayahnya tidak ada disana untuk menghiburnya.
Satu-satunya yang ada di hadapannya saat ini adalah dua High Orc yang terus mendekat dengan wajah menjijikkan.
"AH...AAAAAAHHHHH!!!!!"
Ketakutan sudah benar-benar menguasainya.
Satanya menggenggam bahunya.
Dia dengan sisa-sisa tenaganya melompat dengan satu kaki, mencoba menjauh dari dua High Orc yang semakin dekat.
Air mata mulai mengalir di ke pipinya, bercampur dengan keringat dan debu, membuat penampilannya sangat menyedihkan.
Satanya terus bergerak secepat yang dia bisa, sementara dua High Orc itu hanya tersenyum dan tertawa terbahak-bahak melihat makhluk menyedihkan di depan mereka.
"Menjauhlah! Menjauhlah! Menjauhlah! Menjauhlah!Menjauhlah! Menjauhlah! Menjauhlah! Menjauhlah!Menjauhlah! Menjauhlah! Menjauhlah!- Argnnhhh!"
Saatnya terjatuh.
Dia terjatuh di atas batu, membuat beberapa bagian tubuhnya lebam.
Namun tidak hanya itu, kaki kanannya sekarang terkilir.
Satu-satunya harapan yang ada sekarang sudah pupus.
Dua High Orc berdiri di depannya.
Ketakutan sudah benar-benar memeluk erat Satanya.
"T-Tuan Vainz!!!"
Dia berteriak, mengabaikan semua ego dan perasaannya.
Skeletal Warrior bergerak secepat mungkin dan memengal dua High Orc itu dalam sekejap.
"…..ahhhh.."
Setelah mengeluarkan suara kecil itu, Satanya perlahan kehilangan kesadarannya.
Skeletal Warrior, W1, yang panik mengangkat Satanya dengan hati-hati dan membawanya ke tempat dimana tuan mereka berdiri sebelumnya.