Lamia.
Ras yang hanya berisi wanita yang menggunakan pejantan dari ras lain untuk berkembang biak.
Di dalam ras ini tidak pernah ada laki-laki, tidak peduli bagaimanapun para Lamia berusaha, mereka tidak pernah menghasilkan keturunan laki-laki.
Namun, pada suatu hari.
Seekor Lamia sepesial, satu-satunya dari ras itu yang berhasil memperoleh kekuatan yang cukup hingga dia berhasil mendapatkan Miracle Magic LV 10.
Gadis kecil itu menggunakan mantra level 9, dan membuat permohonan pada bintang yang jatuh.
Aku ingin melahirkan seorang bayi laki-laki.
Permintaan yang melawan hukum alam itu terkabul, sembilan bulan berlalu dan gadis itu melahirkan bayi laki-laki yang sehat.
Namun tubuh kecilnya tidak bisa menahan proses melahirkan seorang bayi dan gadis itu mati, meninggalkan seorang keturunan pria, sosok unik yang dianggap sebagai dewa oleh para Lamia.
Anak yang lahir dari keajaiban.
Saat ini Vainz sedang menghadapi buah keajaiban itu.
Seorang Lamia, dengan tubuh atas seorang pria gagah berambut cokelat dan tubuh bawah ular hitam saat ini sedang berdiri di depan Vainz dengan sebuah tombak di tangan kanannya.
Aegia menatap rendah Vainz, itu wajar mengingat perbedaan kekuatan mereka.
Namun Aegia tidak menyerangnya, dia tidak membuat gerakan pertama, Aegia hanya menunggu agar si lemah di depannya menyerang.
Vainz mengengam erat pedang di kedua tangannya, dia sudah bersiap untuk maju kapanpun.
Monster yang pengertian, walaupun begitu ini tidak akan mudah.
Name : Aegia Level : 15 HP : 770/770 Race : Lamia MP : 234/234 Class : Lancer LV 4 SP : 687/687 687/687 + 54 Resistance : 250 Physical Atk : 636 Physical Def : 623 Magic Atk : 268 Magic Def : 222 Intelligence : 184 Agility : 452 Title : • Unique Species • Great Warrior • poison Maker Active Skills : • Hit LV 10 • Slash LV 10 • Dash LV 7 • Fear Evil Eye LV 6 • Detection LV 1 • Pierce LV 10 Passive Skills : Night Vision LV 8 • Pain Resistance LV 7 • Pain Mitigation LV 2 • Water resistance LV 4 • SP fast Recovery LV 4 • Cold Resistance LV 6 • SP lessened consumption LV 8 • HP fast recovery LV 6 • Fear Resistance LV 7 • Life LV 2 • Strength LV 8 • Anger LV 7 • five Sense Enhancement LV 6 • Concentration LV 6 • Evasion LV 8 • Steel body LV 7 • Fire resistance LV 9 • five Sense Enhancement LV 9 • MP fast recovery LV 8 • MP lessened consumption LV 2 • poison fang LV 10 • poison synthetics LV 10 Magic Skills : • Fire Magic LV 6 • Black Magic LV 2 • Water Magic LV 5 • Poison magic LV 3.> "Yup, ini akan sangat sulit." Tidak peduli darimanapun kau melihatnya, perbedaan diantara stat kami berdua terlalu besar. Mungkin seharusnya aku membawa para Skeletal. Tidak, lupakan itu. Ayo fokus pada makhluk ini, jika kita melihat stat nya.. perbedaannya memang besar, tapi jumlah skill ku lebih banyak, selain itu aku bisa menyerangnya dengan berbagai Magic. Fuuh.… Aku akan menang. Vainz menatap lurus monster yang hanya berjarak beberapa meter darinya itu, dia sudah bersiap untuk menggunakan Dash dan menutup jarak diantara mereka secepat mungkin. Seolah hutan di sekitarnya tidak hanya ingin menjadi penonton, pohon diantara mereka berdua menjatuhkan sebuah daun kering. Namun Vainz tidak punya waktu untuk melihat peristiwa itu. Daun kering kecoklatan itu jatuh dengan kecepatan konstan, dan dalam beberapa detik daun itu akhirnya menyentuh tanah, Skill five Sense Enhancement miliknya menangkap tanda itu. Vainz mengaktifkan Dash dan berlari secepat mungkin ke arah Lamia di depannya, namun Lamia itu tidak bergeming sedikitpun. Jarak mereka semakin dekat, Vainz mengayunkan pedang di tangan kirinya ke kepala Lamia didepannya dan secara bersamaan menggunakan tangan kanannya untuk merapal earth magic. Pedang batu yang hanya berjarak beberapa inch dari leher Aegia itu hancur saat membentur sebuah tombak hitam. Tombak itu bergerak ke arah matanya, Vainz menggunakan tubuh Aegia sebagai pijakan dan melompat mundur dan pada saat yang bersamaan merapal mantra lain. "[Spear of Darkness]" Spear of Darkness, mengingat ini hanyalah mantra level 4 seharusnya seseorang tidak perlu terlalu khawatir. Namun berbeda dengan Aegia, dia belum pernah melawan seseorang yang menggunakan Dark Magic sebelumnya jadi dia tidak tahu seberapa kuat spear of darkness itu. Aegia merapal fire magic dan menghasilkan tembok api setinggi dua meter didepannya. Spear of Darkness melesat, menembus tembok api itu dan menggores bahunya. Namun Vainz tidak sebaik itu hingga mau mengijinkan musuhnya untuk bernafas lega. Menanggapi perintahnya seekor Golem besar yang menyerupai Naga China melompat dari belakang Aegia dan melilitnya. "Fuuh.. mantra level 9 itu hampir menguras MP ku." Vainz yang sudah bersembunyi menggunakan Stealth mengawasi Golem Naga yang bertarung dengan naga didepannya sambil menunggu MP nya pulih. Dengan Physical stat sebesar itu, bertarung di garis depan sama saja bunuh diri. Vainz membuat senyum pahit dan merapal earth magic lagi. "Dasar sialan!" Aegia mendorong Golem yang melilitnya dengan tangan kirinya dan menusuk tubuh tanah itu dengan tombaknya. Namun seperti yang diharapkan dari sebuah Golem, bahkan setelah hampir separuh tubuhnya hancur dia masih bisa bertarung. "[Water Slash]!" Aegia mengibaskan tangannya, dia menciptakan pedang air yang membelah kepala Golem itu menjadi dua. Dia memutar kepalanya, mengabaikan Golem yang perlahan hancur didepannya untuk mencari Vainz. Namun satu-satunya yang menyambutnya hanyalah dua Golem yang berlari ke arahnya dengan gerakan yang sangat lambat. Aegia mengretakkan giginya. "Lemah!!" Aegia bergerak maju dan mengayunkan tombak ditangannya, menghancurkan dua Golem itu dalam sekejap. Dia merapal fire magic dan menembakkan fire arrow ke arah pohon di sampingnya. "Pengecut." Merespon suara dingin itu, seorang Elves dengan wajah datar perlahan menunjukkan dirinya dari balik pohon. "Bagaimana jika makhluk lemah dan pengecut sepertimu, mati saja?" Vainz mengerutkan keningnya saat mendengar pernyataan yang dipenuhi dengan kesombongan itu. Aegia merapal fire magic dan melemparkan sebuah tombak berapi kearahnya. "[Fly]" Vainz merapal wind Magic dan terbang ke udara, berikutnya dia merapal wind magic lagi untuk menyerang. "[Cyclone]!" Lingkaran angin perlahan terbentuk di sekitar Aegia, angin itu terus berputar dengan kecepatan tinggi, dalam beberapa detik Aegia sudah terperangkap dalam pusaran angin yang hampir mustahil untuk dilawan. "Sialan! Makhluk lemah! Berani membuatku berada dalam keadaan seperti ini?! Sialan!!" Vainz menatap ular besar yang terperangkap dalam pusaran angin itu dari ketinggian beberapa ratus meter di atas tanah. "Aku masih belum terbiasa dengan mantra ini..." Vainz menatap hutan luas di sekitarnya. Ini malam hari kan? Seharusnya aku memakai salah satu pakaian Lamia itu. Vainz menatap celananya, satu-satunya pakaian yang dia gunakan saat ini. Dengan hawa dingin dan cahaya yang agak minim... Mungkin jam 3, atau.. entahlah. Selain itu, rasanya sangat aneh... Terbang adalah mimpi manusia.. tapi begitu aku mencobanya sendiri, rasanya cukup menakutkan. Bagaimana jika mantra ini tiba-tiba kehilangan efeknya? Atau MP ku habis? Bertemu dengan awan badai? Atau yang lebih buruk, bertemu dengan makhluk seperti harpy itu? Bahu Vainz bergidik saat membayangkan kemungkinan-kemungkinan itu. Selain itu aku juga tidak bisa bergerak dengan leluasa… aku harus lebih sering menggunakan mantra ini.. hm? Satanya punya sayap kan? Aku tidak pernah melihatnya terbang sebelumnya.. aku akan memintanya untuk melatihku nanti. Sekarang, waktu mantra Cyclone itu akan segera selesai. Selain itu.. Vainz menggunakan appraisal pada Aegia. "HP nya tidak berkurang sedikitpun, dan apa-apaan?!" Ada skill baru yang seharusnya tidak ada di status Aegia, Anger LV 2. ….dia benar-benar marah huh? Dengan skill itu... Maka kemungkinan ku untuk menang dalam pertarungan jarak dekat dengan monster ini akan semakin rendah! Vainz tersenyum kecut dan bersiap merapal mantra saat sebuah tombak melesat kearahnya. Vainz sudah menghindar, namun karena dia yang masih tidak ahli menggunakan mantra fly, ada beberapa sendi di tubuhnya yang bergerak ke arah yang tidak seharusnya. "[Wind Claw]" Vainz membalas serangan itu dengan sebuah kibasan tangan. Angin yang melesat seperti cakram dari tangan Vainz lenyap di udara saat bertabrakan dengan Cyclone di sekeliling Aegia. Vainz melihat pusaran angin itu, matanya bertemu dengan tatapan penuh amarah Aegia. Dia semakin kuat... Hanya butuh sedikit usaha dan dia pasti bisa keluar dari Cyclone. Aku tidak bisa membuang-buang waktu! Fuuhhhhh… ini membuatku agak gugup. Karena kenaikan level Magic Stream tadi, Vainz sudah memperoleh MP yang cukup untuk merapal mantra level 10. Lightning Magic LV 10. Vainz melambaikan tangannya, sebagai responnya sebuah lingkaran magic berbentuk kubah dengan diameter sekitar 5 kaki tiba-tiba muncul dan mengelilinginya. "Waktu perapalan mantra level 10 itu benar-benar lama.. aku tahu itu!" Lingkaran magic itu berwarna biru cerah, dengan simbol-simbol yang berwarna putih. Simbol-simbol itu terus bergerak, berputar dalam lingkaran magic itu dengan kecepatan yang konstan. Ini buruk. Aegia tahu itu. Mantra yang Elves diatasnya sedang coba gunakan bukanlah mantra biasa, dia pernah mendengar kisah tentang proses perapalan mantra yang akan menghasilkan pemandangan seperti itu. Dari para orang tua, itu adalah mantra yang sama yang digunakan ibunya untuk melahirkannya. Mantra tingkat tinggi. Aku tidak tahu mantra seperti apa itu, tapi aku yakin itu sangat buruk. "Graaaaahhhhhhh!!!!!!" Aegia mengalirkan kekuatan ke seluruh tubuhnya. Dia merapal fire magic dan menebas angin di sekitarnya dengan Burn Lance. Setelah beberapa menit mencoba, terus menerus mengayunkan tangannya, Akhirnya Lamia itu bebas. Namun Aegia tidak merayakan hal itu, dia bahkan tidak tersenyum, sebaliknya wajahnya terlihat sangat pucat dan takut. "[Poison Shot]! [Fire Arrow]! [Fireball]! [Water Slash]! [Water Bullet]!!" Vainz menggunakan seluruh indranya untuk menghindari puluhan magic yang dilontarkan padanya dari bawah. Apakah dia ketakutan? Selain itu menghindari serangan seperti itu.… Aku tidak akan bisa menghindar jika dia melemparkan burn Lance dengan kekuatan seperti itu. Aku harus naik lebih tinggi!! Vainz menatap awan gelap yang tiba-tiba terbentuk diatasnya dan terbang lebih tinggi. Walaupun begitu Vainz mungkin telah meremehkan Aegia, sering dengan naiknya level skill Anger, kekuatan Aegia menjadi semakin besar. Dan Vainz harus bersusah payah untuk menghindari Burn Lance yang melesat seperti peluru ke arahnya. 10 menit telah berlalu saat Vainz terus mencoba menghindari serangan dari Lamia di bawahnya. Dan waktu perapalan mantra itu selesai. "[Call the Lightning Lord]!" Lingkaran magic di sekitarnya perlahan hancur berkeping-keping. Pecahan-pecahan lingkaran magic itu melayang di udara dan terserap ke dalam awan gelap di atas Vainz. Sebuah petir putih sebesar pohon melompat keluar dari awan itu, menyambar tanah di depan Aegia. Namun, bebeda dari kejadian normal, bukan warna hitam gosong ataupun sebuah lubang di tanah yang biasa tersisa setelah petir itu lenyap. Sosok dengan Armor itu tidak mempunyai kaki, sebaliknya ribuan petir putih keluar dari bagian bawah Armor itu, membuatnya terlihat seperti hantu yang melayang. Armor yang dia kenakan berwarna emas cerah, petir-petir mengelilingi armor itu seperti serangga. Dia juga tidak memiliki kepala, hanya gumpalan petir dengan topeng emas yang terlihat aneh. Dua petir besar yang berfungsi sebagai tangan, menonjol dari dua lubang di sisi Armor itu. Di ujung petir besar itu ada sebuah gauntlet emas yang digunakan untuk memegang rantai hitam dengan belati di ujungnya. The Lightning Lord. Gumpalan petir hidup adalah deskripsi yang cocok untuk makhluk itu. "Whoooo!" Vainz turun kebawah dan berdiri di jarak yang cukup aman untuk mengamati mereka. Walaupun dengan Depth of occultism, memulihkan lebih dari 2000mp tetap akan memakan waktu. Karena itu dia tidak bisa melakukan apapun saat ini kecuali mengamati. -Errr... Serang Lamia itu, tapi jangan bunuh dia. Menanggapi perintah mental dari pemanggilnya, Lightning Lord maju dan meninju dada Lamia yang menatapnya dengan wajah bodoh. Aegia terpental beberapa meter kebelakang. Setelah mendapatkan kesadarannya Aegia merapal fire magic dan menghasilkan dua tombak api. Aegia menggerakkan tubuh ularnya secepat mungkin, menutup jarak diantara mereka. Satu tebasan tombak mengenai leher Lightning Lord, kekuatan Burn Lance itu sangat rendah, selain itu api tidak bisa menang melawan petir. Dengan kata lain serangan Aegia sia-sia, namun berbeda dengan Vainz yang baik hati, Lightning Lord itu kejam, dia tidak suka membunuh, Lightning Lord itu seperti iblis, dia lebih suka mempermainkan yang lemah. Gumpalan petir dengan topeng yang berfungsi sebagai kepala Lightning Lord terlepas dari lehernya dan jatuh ketanah. Hah? Apakah makhluk ini benar-benar lemah? Tapi bagaimana dengan lingkaran Magic itu? Bukankah itu adalah magic tingkat tinggi?! Saat pertanyaan-pertanyaan itu terus terlintas di kepalanya, Aegia Akhirnya membuat kesimpulan. …. Begitu ya... Pasti begitu. Makhluk lemah akan memanggil makhluk yang lemah pula. Aegia menyeringai, dia mengabaikan petir-petir kecil itu dan meninju armor emas di depannya hingga terpental beberapa meter ke belakang. "Aku tidak akan cocok dengan si Lightning Lord ini.." Vainz melihat Aegia yang menyeringai lebar dengan tatapan dingin. "Elves pengecut! Makhluk lemah ini-! ..eh?" Gumpalan petir dengan topeng aneh di tanah itu perlahan naik ke udara, bergerak dengan sangat lambat dan menempatkan dirinya di atas leher petir yang keluar dari armor emas di depan Aegia. Setelah kepala itu menempel kembali di tubuhnya, Lightning Lord bangkit dan memutar rantai hitam itu di tangannya. Lightning Lord mendekati Aegia dengan kecepatan yang sangat lambat, seolah ingin menunjukkan perbedaan kekuatan di antara mereka. Aegia tidak bisa membaca ekspresi wajah monster didepannya, mengingat monster itu hanyalah gumpalan petir yang memakai topeng. Namun instingnya, kelima Indra miliknya, mereka semua berteriak padanya. Lari sejauh mungkin dari petir yang tersenyum itu! Lightning Lord melemparkan rantai di tangannya, ujung tajam rantai itu mengarah tepat ke dada Aegia. Aegia dengan panik mengayunkan Burn Lance untuk menghalau ujung rantai itu. Aegia mengerahkan seluruh kekuatannya pada tubuh ular bawahnya untuk berlari menjauh. Bertahan hidup! Aku harus bertahan hidup!! Aku adalah yang unik! Aku adalah anak ajaib! Aku tidak boleh mati!!!! Namun, petir itu lebih cepat. Lightning Lord menarik rantainya, memutarnya beberapa kali dan melemparkannya ke arah Aegia yang perlahan semakin jauh. Ujung rantai itu melesat dan menusuk ujung ekor Aegia. "Grahhhh!!" Aegia menjerit kesakitan namun dia tidak berhenti, dia terus memaksa tubuhnya untuk bergerak Walaupun ekornya harus menjadi tumbal. Lightning Lord menarik rantainya, memperlihatkan sebuah daging ular di ujungnya. "Jangan biarkan makhluk itu pergi terlalu jauh. Dan yang paling penting jangan bunuh dia." Petir-petir di seluruh tubuh Lightning Lord bergetar saat dia mendengar kalimat dingin pemanggilnya. Lightning Lord bergerak dengan skill favoritnya dan menutup jaraknya dengan Aegia dalam sekejap mata. Aegia hanya bisa mengatakan 'eh' saat Lightning Lord yang seharusnya berada jauh di belakangnya tiba-tiba muncul didepannya. Lightning Lord melemparkan ujung rantai itu ke dadaa Aegia, membuat petir mengalir di seluruh tubuh Lamia itu. Berikutnya dia menarik Aegia kembali ke tempat sebelumnya dan pemandangan yang hanya bisa disebut sebagai permainan orang yang kuat dimulai.