Chereads / Monárch / Chapter 1 - Chapter 1 - Another World?

Monárch

🇮🇩ILLUYAE
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 101.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 - Another World?

Day 1.

Lt.1

"Huh?"

Dia berkedip Beberapa kali untuk memastikan bahwa apa yang dia lihat adalah sebuah kenyataan. Namun apa yang dia lihat tetap sama, Vainz tidak yakin dimana dia berada sekarang, namun-

"Apakah ini sebuah gua?"

Tempat itu berbentuk semacam lorong panjang dengan ukuran yang cukup besar. Di belakangnya adalah dinding, dengan kata lain jalan buntu. Jika bukan karena kristal-kristal yang bercahaya di dinding-dinding gua itu, dia pasti tidak akan bisa melihat apapun.

Benar, kristal yang bercahaya… bukankah itu indah? Dia tidak pernah melihat sesuatu seperti itu dalam hidupnya, namun dia tahu benda itu pasti mahal, mungkin sangat mahal. Dia mendekati salah satu kristal dengan ukuran yang besar dan menyentuhnya- eh?!

"Tunggu-ini????? Tanganku?!"

Okayyyyyy. Calm down. Pertama amati dulu tangan ini. Tangan itu putih dan kurus, selain itu jari-jarinya terlalu ramping dan agak panjang. Dia sudah berolahraga cukup teratur dan karena itu tangannya tampak seperti seorang pria, namun lengan yang dia gerakkan dan rasakan saat ini--"Ini aku?!" Seolah tidak cukup terkejut dengan tangannya, dia semakin shock saat melihat bayangannya di genangan air kotor di bawahnya.

Apa yang dia lihat adalah seorang pria dengan rambut pirang yang panjang dan kulit putih. Wajah pria itu adalah wajahnya, jadi tidak salah lagi jika itu adalah dirinya. Namun telinga dan rambut serta bentuk tubuhnya bukanlah miliknya.

"Elves?!"

Tunggu.. apakah ini?!

B-bukankah ini?! Sesuatu yang sama seperti novel yang selalu kubaca?! Reinkarnasi atau semacamnya?! Tidak-tidak tunggu … bukankah berarti aku sudah mati?! Mati ..aku?!

Dia duduk dan memijat kepalanya.

Apa yang terjadi?

Saat ini, pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya.

Kemungkinan terbesar adalah aku mati dan bereinkarnasi. Atau ingatanku di copy dan di taruh di tubuh ini. Atau aku memang terlahir sebagai elves dan karena suatu alasan aku amnesia dan dibuang ke tempat ini? ..atau-

Setelah beberapa saat berpikir dan berpikir, dia membuat satu kesimpulan.

"Yep, kemungkinan besar aku sudah mati."

Namun bagaimana caranya?!

Hal terakhir yang dia ingat dia dalam perjalanan pulang dari kantornya-lalu kereta api-lalu rasa sakit yang sangat dan sesosok gadis-mungkin malaikat-dengan 4-sayap hitam di bahunya.

Hmm... Dia memang sudah menerima fakta bahwa dia sudah mati. Namun bagaimana prosesnya?!Apakah aku tertabrak kereta?! Urghhh...

Memikirkannya membuatku merinding.

Dan-

"Aku? ..aku siapa?"

Hrmhhhh.…

Dia tidak tahu. Dia sangat tidak tahu. Dia siapa? Siapa namanya? Dimana dia?-ribuan pertanyaan yang hampir sama terus menghujani kepalanya, namun hanya ada satu jawaban-Aku tidak tahu. Dia mulai panik. Rasa takut dan puluhan emosi lain menyebar dalam dirinya--sebuah kenangan-mungkin ingatan entah darimana muncul begitu saja di kepalanya-seolah seseorang menyiram api dengan air- *Panic breeds failure. One must always have a composed, rational state of mind. Calm your heart and broaden your outlook. Don't let your thoughts take you prisoner. Keep your mind quick.* -dia secara perlahan, mendapatkan ketenangannya kembali.

"Fuhhh!!! Baiklah!!"

Dia menghapus air mata di pipinya dan berdiri. Dia mengamati seluruh tubuhnya dengan teliti. Tentunya dia telanjang bulat saat ini.

Tubuh itu tidak memiliki otot sama sekali, jika dibandingkan dengan tubuh yang ada dalam ingatannya, mungkin akan seperti anak-anak dan pria dewasa. Mungkin agak aneh untuk menghawatirkan hal ini tapi, … bukankah 'itu' ku benar-benar sangat kecil jika dibandingkan dengan yang ada dalam ingatanku?

Selain itu kulit nya terlalu putih, dan rambut pirang yang panjang berlawanan dengan rambut hitam pendeknya.

Dia menyisir gua itu dan melihat selembar kain coklat yang lusuh. Dia mengambil kain itu dan melingkarkan nya di pinggulnya.

Baiklah ini cukup, …Lalu apa? …

Dia melihat lorong panjang di depannya. Dia tidak yakin apa yang terjadi dan dia juga tidak punya petunjuk sama sekali dimana dia berada.

Dengan kata lain bertindak gegabah itu sama saja bunuh diri. Namun dia juga tidak bisa berdiam diri di tempat itu selamanya.

" 'Teruslah melangkah' huh, Aku yakin pernah mendengar seseorang mengatakan hal itu, tapi siapa?"

Dengan pertanyaan itu di otaknya, dia berjalan dengan sangat hati-hati menyusuri lorong itu. Tidak lama setelah dia berjalan dia melihat segerombolan makhluk bulat transparan yang berkerumun di bawah sebuah kristal besar.

"Slime?"

Jadi ini benar-benar dunia fantasi?! .. tunggu .. apakah berarti aku berada di semacam dungeon?!

Aku cukup yakin bahwa di bumi tidak ada tempat atau makhluk seperti ini, maka fantasi adalah satu-satunya jawaban. Namun apakah aku bereinkarnasi ke dunia lain? Dimensi lain? Game? Novel? Dunia paralel?

Maksudku,.. genre 'Reincarnation' sangat populer akhir-akhir ini-setidaknya berdasarkan ingatanku-berdasarkan web novel dan puluhan novel yang kubaca, kemungkinannya sangat banyak.

Dia tenggelam dalam pemikirannya sendiri untuk yang kesekian kalinya. Mungkin karena insting-mengingat dia tidak yakin apakah slime punya mata atau hidung-Seekor slime berputar dan melompat ke arahnya.

"Eh..?"

Dia tidak yakin dengan apa yang baru saja terjadi, namun sesuatu yang lengket dan menjijikan sekarang berada di wajahnya. "Uarghh!" Dia berteriak saat membenturkan wajahnya ke dinding.

"Itu menjijikan. Dalam arti yang paling sebenarnya!"

Dia melihat jelly-slime yang remuk-hancur di dinding. Sudut matanya menangkap puluhan slime lain yang juga bergerak ke arahnya dan dia mengepalkan tangannya.

"Kalian adalah makhluk terlemah di dunia!! .. berdasarkan ingatanku.."

Dengan kalimat itu sebagai sebuah tanda. Dia memukul-menendang-meninju-melemparkan batu ke arah slime di depannya. Dalam beberapa menit, satu-satunya makhluk hidup di tempat itu hanyalah dia.

"Urghhh!"

Ini tidak nyaman. Tubuhnya sangat menyebalkan. Terlalu kecil, terlalu lemah, dan terlalu lambat. Sangat berlawanan dengan tubuh yang ada dalam memori nya.

Benar-benar reinkarnasi huh.

Dia membersihkan sisa-sisa jelly menjijikan di seluruh tubuhnya. Ayolah, apakah tidak ada semacam kran atau danau disini?!

Dia mengibaskan tangannya untuk yang kesekian kalinya. Menggunakan kain ini akan sangat membantu, tapi bagaimana cara mengeringkannya?!

"Sial!-"

"Eh?! Apa itu? Apa itu barusan?!"

Game?!! Ya, Aku yakin yang barusan adalah suara yang sama seperti dalam game! Sesuatu yang sama seperti novel-novel itu!!! Level UP System!!

Maksudku, siapa yang tidak ingin hidup dengan system?! Bukankah ini akan menyenangkan?! Berarti ada Skill?!!

Untuk beberapa alasan, sesuatu yang manis menyebar di hatinya-dan dia menyeringai.

"Ahhhhh!! Seperti yang diharapkan dari dunia fant-?!"

Kebahagiaan yang baru saja dia rasakan menghilang. Dan sedikit rasa lega-penasaran mungkin juga takut berputar di benaknya karena apa yang barusan terjadi.

"...Baiklah, …fuuh... Calm down."

Pertahankan ketenangamu diriku!

Tepat setelah suara itu, sesuatu yang dia butuhkan-informasi-ingatan atau mungkin data-muncul atau mungkin di selipkan ke otaknya.

Dia menelan ludahnya.

"Status."

Name : Vainz Michaelist

Level : 2 HP : 95/95

Race : Elves MP : 70/70

Class : - SP : 84/84

5/84

Resistance : 10

Physical Atk : 28 Physical Def : 28

Magic Atk : 9 Magic Def : 4

Intelligence : 121 Agility : 91

Tittle : -

Skill Point : 100

Active Skills : -

Passive Skills :

• Peserta LV 2 • Magic Power Operation LV 3

Magic Skills :

• Healing Magic LV 2

Dia menatap lempengan kaca biru pucat di depannya dengan ekspresi bodoh. Setelah beberapa saat, membiarkan otaknya memproses informasi yang baru saja masuk-dia tersenyum lebar.

"Vainz Michaelist. …namaku adalah Vainz Michaelist… Ya!!"

Hohoho.. aku Vainz Michaelist!! Aku Vainz Michaelist!!!

Setelah suara beberapa saat lalu, ada 2 informasi yang masuk ke kepalanya. Pertama namanya, yang kedua bahwa dia harus terus bergerak. Untuk sekarang, dia tidak tahu apa maksud 'terus bergerak' selain itu dia juga tidak benar-benar yakin apakah dia adalah Vainz Michaelist. Namun siapa yang peduli? Setidaknya untuk saat ini dia bisa membuat dirinya tenang dengan nama itu.

"Baiklah, jika ini benar-benar dunia game-atau semacamnya. Berarti stat akan sangat penting."

Bukankah stat ku cukup bagus? Mungkin agak terlalu dini menyimpulkan hal ini, mengingat Vainz belum bertemu siapapun. Namun berdasarkan ingatannya--stat nya cukup bagus.

HP adalah nyawa. MP adalah mana-magic!!! Ahh.… Aku tidak bisa berhenti berkhayal!

Maksudku, sesuatu seperti 'THE STRONGEST MAGIC CASTER VAINZ MICHAELIST.' mungkin terjadi kan? Lagipula ini dunia fantasi!! -dan yang terakhir SP berarti Stamina kurasa..

Dan sekarang skill. Peserta .. setelah yang satu ini naik level, informasi barusan masuk ke kepalaku. Apakah berarti ini semacam kunci? Segel? Atau … kita simpan untuk lain waktu. Magic Power Operation. Cukup jelas, skill yang membuatku bisa menggunakan magic. Hrmm.. dan yang terakhir

Healing Magic.

LV 1 Light Heal.

LV 2 Heal.

Jika engkau ingin mengetahui sesuatu, maka cobalah. Untuk siapapun yang menciptakan kalimat ini. Aku ucapkan terimakasih!

Dia menyentuh luka kecil di keningnya.

"[Heal]!!"

Telapak tangannya mengeluarkan cahaya hijau magis dan rasa perih di dahinya perlahan menghilang. Bersamaan dengan itu MP nya perlahan berkurang.

Ooohhhhh!!!

Hoho! Bersiaplah dunia. Ini adalah awal dari kisah GREAT MAGIC CASTER VAINZ MICHAELIST!!!

Suaranya bergema di tempat itu dan dia tertawa kecil.

Lalu … Skill Point. Dia menyentuh tulisan di papan itu dan tampilan stat nya berganti-dengan semacam daftar.

Shop?

Ini benar-benar game huh.

Dia menggeser daftar itu ke atas dan kebawah. Puluhan, mungkin ribuan skill di kategorikan berdasarkan alfabet.

Baiklah …untuk menjadi GREAT MAGIC CASTER aku harus membeli magic skill.. namun apakah itu benar-benar bagus? Lagipula seluruh Magic skill harganya 100poin dan MP juga akan sangat berpengaruh.

MP : 70/70

Hrmm...

Vainz mengelus dagunya.

Yang paling penting.

Apa yang paling penting?

Vainz ingin tahu tempat apa ini …sebuah informasi.

Dia menggeser daftar itu ke bagian paling atas.

"Yes."

<[Appraisal LV 1] acquired. Remaining skill points: 0.>

Appraisal, adalah skill yang sangat …standard di cerita-cerita fantasy.

Mari berharap… ini sepadan dengan magic skill.

Dia menyentuh kristal di sampingnya.

Fokus …[Appraisal]

Hmm...

Mungkin karena ini pertama kalinya aku menggunakan skill.

Sekali lagi!

Appraissssal!

"…"

…. hanya itu?

Maksudku aku faham mengingat ini hanya skill LV 1.

Tapi-Hanya itu?! Tidak ada yang lainnya? Magic Crystal atau semacamnya?

Bukankah akan lebih baik membeli magic skill?!

Dia berpindah ke dinding.

"FUCK!!"

____

.....

"Haha!"

Akhirnya pohon ini berbuah.

Dia mengelap keringat di dahinya. 3 jam, setidaknya Vainz cukup yakin dia telah menghabiskan waktu sebanyak itu dengan skill appraisal.

Aku bersyukur skill ini tidak membutuhkan MP atau SP.

sekarang …kita sambut Appraisal LV 2!!

Ta-Da!!!

"Hahaha.. haah.…"

Vainz tersenyum kecil.

Aku tidak yakin apa yang akan terjadi di masa depan, namun aku punya perasaan yang baik sekarang.

*Kruugggg!!!

Dia menyentuh perutnya.

Ugh, 'Terus Bergerak' aku butuh makanan.

SP : 67/84

0/84

Tidak ada pohon atau apapun huh.

Vainz sudah berjalan selama beberapa menit dan satu-satunya hal yang dia temui hanyalah slime.

Selain itu SP ku terus berkurang,… mungkin aku terlalu optimis barusan.

..Punch.

Slime lagi huh, .. sebenarnya sepanjang apa lorong ini? Selain itu hanya slime. Bukan lesser.

Berarti ada great, arch, greater dan semacamnya kan? …Ini mungkin akan berbahaya.

Slime adalah monster lemah. Sejujurnya sangat lemah. Terutama dengan benda tumpul, mengingat lendir di tubuh mereka yang melindungi dari benda tajam. Jadi tinju dan tendangan akan cukup. Namun semuanya akan saat berbeda jika Vainz berhadapan dengan yang beracun atau yang berukuran raksasa.

Sampai saat ini dia belum bertemu dengan satupun yang seperti itu, namun mengingat gua itu benar-benar dunia fantasi.

Semuanya mungkin.

Setelah hampir 30 menit berjalan, SP dan perutnya sudah mencapai batas. Lambungnya terasa perih dan panas.

SP : 8/84

0/84

Haah.…

Dia bersandar dan duduk di dinding gua.

Di sekitarnya puluhan mayat lesser hingga greater slime yang baru saja dia bunuh. Dan dia masih bersyukur karena tidak bertemu dengan Giant atau poison slime.

"Aku lapar.…"

Apakah benda ini beracun?

Jangan! Jangan pernah berpikir untuk melakukannya VAINZ! JANGAN PERNAH!!!

"Makhluk menjijik-"

SP : 7/84

0/84

"Hhhh..."

Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan. Aku tidak tahu tempat berada sekarang. Aku tidak tahu apakah dalam beberapa detik kedepan aku masih bisa bernafas. Satu-satunya hal yang kutahu hanyalah bertahan. Terus Bergerak. Bertahan hidup. Terus Bergerak. Jangan mati. Terus BERGERAK!!

Dia mengambil mayat greater Slime dan dengan ekspresi jijik-mengigitnya.

Sensasi dingin dari mayat-slime yang lembek bergerak-entah kenapa-sangat lambat di kerongkongannya.

"Mhmhhhh..!?!?!!()(-))+$@-"+(("

Aku tidak punya kata yang tepat untuk menggambarkannya. Jangan rasakan. Jangan pikirkan. Cukup telan. Cukup telan. Cukup telan. Cukup telan. Cukup telan. Cukup telan.

SP : 17/84

0/84

"Hoekkkk!!!"

Itu menjijikan. Sangat menjijikam.

Namun rasanya tidak buruk-di perut maksudku.

Sensasi dingin dari tubuh slime mengurangi rasa perih dan panas di perutnya.

Tapi … SP ku ..

"Ugh!."

Dia meraih mayat slime lainnya.

_____

"Itu cukup!!"

Dia melemparkan sisa slime di tangannya dan bangkit.

SP : 84/84

83/84

Dia berjalan-mengingat lorong itu lurus-dan tidak lama setelah itu, dia melihat sebuah pintu yang terbuat dari besi.

Hooh.… Sebuah jalan keluar?

Hmm.. aku penasaran, apa yang akan kutemui disana … ya.. aku akan mengetahuinya.

Jika aku bisa bertahan hidup.

Vainz mengamati 3 slime yang menghalanginya dengan pintu itu.

Giant Slime. Seperti namanya, Slime itu besar, setidaknya lebih tinggi dari Vainz. Sedangkan poison-mirip dengan lesser slime, kecuali warnanya yang murni ungu pucat.

Ini benar-benar tidak lucu sama sekali.

Maksudku, siapapun yang mengatur semua ini pastilah gamer akut.

Ayolah,… apakah mereka menjadi last boss atau semacamnya?!

Mengesampingkan Giant .. bagaimana caranya berurusan dengan si kecil itu?

Vainz tidak bisa hanya memukulnya. Karena jika dia melakukannya, kemungkinan besar racun akan membakar tangannya. Menggunakan kain di pinggulnya adalah pilihan yang paling masuk akal. Namun jika racun slime itu justru bersarang di satu-satunya pakaian yang dia punya-itu buruk. Sangat buruk. Selain itu Vainz tidak yakin racun seperti apa yang dimiliki slime itu-apakah healing nya bisa menetralisir nya?

Dia menyisir dinding di sekitarnya.

Itu cukup bagus.

Vainz berjalan ke arah kristal yang menonjol cukup panjang. Dia melingkarkan kain lusuh itu di tangannya dan-"sebuah pedang!"-dia meninju kristal di depannya. Seperti yang diduga.

Satu-satunya yang hancur hanyalah tulang Vainz.

"SHIT!!"

Dia mengibaskan tangannya beberapa kali dan menggunakan heal.

Seperti yang diharapkan dari kristal.

Dia menyisir gua itu sekali lagi.

*Punch *krtkkk!!!

Ini tidak buruk.

Mungkin bisa menembus pertahanan mereka.

Vainz mengamati kristal pendek di genggamannya.

Ini Dagger?

Tidak buruk …walaupun agak berbahaya.

Dia menggenggam kristal itu dengan tangan yang dibalut kain. Mengingat ketajamannya, tangan Vainz akan sobek jika dia memegangnya secara langsung.

"Baiklah!"

Dia berjalan ke arah Slime-slime itu. Karena dia menggunakan kain lusuh itu untuk melindungi tangannya, bagian bawahnya seluruhnya terekspos sekarang. Namun untuk beberapa alasan, Vainz tidak peduli.

Giant slime yang menyadari kehadirannya melompat ke arah Vainz. Di sisi lain Vainz menggenggam kristal di tangannya erat-erat dan menebas slime itu. Namun slime itu tidak tergores sedikitpun. Vainz melompat ke samping-menggunakan kristal di dinding sebagai pijakan-dia Bergerak cukup tinggi sebelum melompat dan menusuk slime di bawahnya.

"Fuuh.… Ini masih belum selesai."

Dia mengalihkan perhatiannya dari mayat slime di bawahnya ke dua ekor slime ungu yang melompat ke arahnya. Vainz berlari ke arah seekor slime-momen saat slime itu melompat-Vainz sudah berada di depannya. Sekuat mungkin-dia menusuk bagian bawah slime itu dan berlari ke arah pintu.

"Tch! Pada akhirnya kain ini terkena racun."

Vainz melempar kristal yang berlumuran cairan ungu. Dia melihat slime ungu yang sekarang Bergerak ke arahnya.

Semua pencegahan akhirnya sia-sia huh..

Tepat saat slime itu akan melompat ke wajahnya, Vainz meninju nya dengan tangan kosong.

Hmm... Gatekeeper? Gate?!

Dia melihat pintu di belakangnya.

Hrmm...

Racun slime itu tidak menyakitkan, Hanya rasa kebas dan agak mati rasa. Walaupun begitu, Vainz heran dengan HP nya yang berkurang dengan drastis.

"Ugh!"

Dari pertarungan ini ada beberapa hal yang mengganjal di benaknya.

Pertama, .. bagaimana dia bisa bertarung sebaik ini? Selain itu caranya bertarung seolah di tujukan untuk benar-benar membunuh. Selain itu fakta bahwa otaknya entah bagaimana bisa beradaptasi secepat ini dengan tubuhnya-dia tidak nyaman. Sedikit di dalam hatinya, dia mulai takut untuk benar-benar mengetahui siapa dirinya.

Kedua, LEVEL UP!! whooo!!

"Ayo cek!!! Status!!!!!"

Name : Vainz Michaelist

Level : 3 HP : 74/98

Race : Elves MP : 72/74

Class : - SP : 85/88

77/88

Resistance : 16

Physical Atk : 34 Physical Def : 35

Magic Atk : 10 Magic Def : 5

Intelligence : 125 Agility : 98

Tittle : -

Skill Point : 20

Active Skills :

• Appraisal LV 2

Passive Skills :

• Peserta LV 2 • Magic Power Operation LV 4

Magic Skills :

• Healing Magic LV 3

"Woahhh!!! ….tidak buruk!!"

Physical Atk dan Physical Def naik drastis. Disisi lain .. Magical. Kurasa itu wajar mengingat aku tidak pernah menggunakan attack-type spell.

Healing skill naik level, ayo cek!

Cure wound huh. Dia melepaskan kain basah di tangannya dan melingkarkan nya di pinggangnya.

Vainz mendekatkan kedua tangannya.

"[Cure Wound]"

Lambat, atau lebih tepatnya tidak berguna. Rasa kebas di tangannya tidak berkurang sedikitpun.

Mungkin memang hanya berguna untuk wound?

Akhirnya, dia menggunakan heal dan berpindah ke bagian shop.

20 poin …sesuatu yang berguna.

Setelah beberapa saat menggeser keatas dan kebawah-

"Yes."

<[Precaution LV 1] acquired. Remaining skill points: 0.>

Vainz tidak tahu apa yang mungkin menunggunya di balik pintu itu. Jadi, sebuah persiapan sangat diperlukan.

"Yes."

<[Night Vision LV 1] acquired. Remaining skill points: 0.>

Ada kemungkinan bahwa tempat di balik pintu itu adalah gua. Namun tidak ada jaminan bahwa akan ada cahaya yang sama seperti yang membantunya berjalan seperti di gua ini.

Gate huh, .. apakah berarti pintu ini terhubung dengan dunia lain atau semacamnya? Selain itu slime sebagai gatekeeper huh.

Mungkin di balik pintu ini ada sesuatu yang menarik, atau menakutkan? Mungkin bahaya..

Tapi, aku tidak akan tahu sebelum melewatinya.

"Baiklah... Fuuhh!"

Dia mendekati pintu di depannya. Secara hati-hati, dia menyentuh pintu itu. Seolah telah menunggunya, pintu itu terbuka dengan sangat halus dan anggun. Membiarkan cahaya matahari yang terik membasuh wajahnya secara perlahan.

Apa yang Vainz temui di balik pintu itu adalah sebuah perkampungan. Gubuk-gubuk kecil yang terbuat dari kayu. Penghuninya adalah makhluk kecil, mungkin hanya setinggi pinggul Vainz, atau mungkin lebih rendah. Dengan kulit hijau, telinga runcing dan perut buncit.

_____

Lt.2

Sesuatu seperti insting, atau mungkin dorongan yang baru pertama kali dia rasakan menyuruhnya untuk berlari dari bahaya. Vainz tidak butuh seorang guru untuk memberitahunya bahwa itu adalah efek dari skill yang baru dia beli.

Skill Precaution benar-benar berguna.

Itulah kalimat yang terlintas di kepalanya beberapa saat lalu.

"FUCK THIS SHIT!!!"

Vainz berlari, dengan sehelai kain basah di pinggulnya. Yang mengejarnya, 25 makhluk hijau kerdil-goblin dengan kayu di tangan mereka.

Dia punya gambaran seberapa kuat goblin itu. Selain dari ketangkasan mereka, tidak ada yang perlu ditakuti-mengingat mereka hanya membawa kayu.

Namun, jumlah mereka sangat tidak seimbang.

Jika Vainz berhenti, dan berhadapan dengan mereka secara langsung dengan tubuh menyedihkan yang dia gunakan-hanya satu kata-Mati. Karena itu selama hampir 10 menit dia terus berlari di tanah lapang. Mengingat goblin akan sangat menyebalkan di dalam hutan.

Ini buruk... SP ku terus berkurang.

Dalam beberapa menit aku cukup yakin mereka akan bisa menyamai kecepatanku.

Vainz menambah kecepatannya. Dia meraih sebuah kayu dan berhenti-sebelum berlari ke arah goblin-goblin di belakangnya.

Sekuat mungkin!

Dia menggenggam kayu di tangannya dan-ujung kayu nya mendarat di kening goblin di sisi kiri.

Bersamaan dengan suara yang membuat seringai kecil di wajahnya, Vainz berlari dengan kecepatan penuh ke dalam hutan.