Chereads / Menara Cinta / Chapter 24 - Penculik 2

Chapter 24 - Penculik 2

Perjalanan yang ditempuh Bagas cukup jauh, namun tak mematahkan keinginan pria itu untuk bisa bersama dengan Sasya.

Kini mereka telah sampai di salah satu rumah milik Bagas.

Setelah memarkirkan mobilnya, Bagas segera turun dan menggendong Sasya masuk kedalam rumahnya.

"Jangan dulu mati.. kamu harus kuat sayang." Bisik Bagas lirih.

Ia menatap seluruh bawahannya tajam, "Jangan biarkan seorang pun masuk kedalam! Kalau kalian melanggar. Akan tau sendiri akibatnya." Ujar Bagas dingin.

Semua bodyguard mengangguk patuh atas perintahnya. Kemudian mereka berpencar, melakukan tugasnya masing-masing.

Bagas melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Ia menatap Sasya khawatir, kondisi wanita itu kian menurun. Ia segera menuju lantai dua, dimana letak kamarnya berada.

Dengan penuh kehati-hatian, Bagas membaringkan Sasya diranjangnya.

Bagas merogoh ponsel.. dahinya mengernyit memikirkan sesuatu. "Jika aku menghubungi seseorang, maka mereka akan tahu kalau aku ada disini." Batin Bagas.

Ah.. mungkin ia akan membawa Sasya kerumah sakit terdekat besok.

Bagas menyelimuti tubuh Sasya, sebelum ia membaringkan tubuhnya disamping Sasya. Kedua lengannya memeluk pinggang Sasya dengan posesif.

Bagas menatap wajah Sasya sekali lagi, benar-benar cantik. Wajah yang membuatnya gila karena tak melihatnya beberapa bulan ini.

"Good night my princess.." bisik Bagas sebelum ia jatuh terlelap.

.

.

Bryan menatap horror remakan cctv di depannya. Hampir saja Bryan meremukan ponsel yang sedari tadi ia genggam.

Lian melirik sahabatnya lewat ekor mata, "Apa kau tau siapa pria itu?" Tanya Lian pelan. Tatapannya masih terpaku pada layar monitor yang menampakkan sosok pria berdiri didepan pintu ruang rawat Sasya.

Lian menyuruh petugas keamanan untuk memperbesar di bagian wajah.

"Apa kau mengenalnya?" Tanya Lian sekali lagi.

Bryan menganggukkan kepalanya kaku, aura kelam menguar dengan pekat diseluruh tubuhnya. "Dia mantan Sasya." Rahangnya mengeras, ia mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih.

"Bagaskara, kita lihat. Apa yang kamu lakukan terhadap istri saya sekarang. Kau akan menyesalinya nanti." Batin Bryan, kemudian Bryan keluar dari ruangan pengawas cctv dan Lian mengikutinya dari belakang.

Perasaannya mendadak tak enak saat melihat raut menyeramkan sahabatnya.

"Kau akan kesana sendiri atau.."

"Saya akan kesana sendiri, tapi saya minta kamu menyusul sama Azuna secepatnya. Saya khawatir kondisi Sasya akan memburuk." Ujar Bryan tanpa mengalihkan pandangan.

Ah.. Lian mengangguk paham, kindisi Sasya memang sudah membaik. Itu saat ia masih dirawat, karena Sasya belum diperbolehkan pulang.. namun kejadian seperti ini malah terjadi..

Lian menatap mobil sahabatnya yang meninggalkan area perkarangan rumah sakit.

Ia berbalik untuk kembali keruangannya, dan menyiapkan semuanya. Termasuk... memberi tahu Azuna.

Bryan melajukan mobilnya dengan cepat, tak perduli dengan sumpah serapah orang-orang yang memaki dirinya. Beruntung.. sebelum Bryan pergi, ia menaruh alat pelacak di baju Sasya. Hanya berjaga-jaga, awalnya.

Tapi Bryan tak menyangka sulung Eryudha berani mengambil istrinya.

Bryan melihat ponselnya, alat pelacak itu berkedip. Berhenti di satu titik, tanpa mengurangi fokusnya. Bryan mencari tahu di mana tempat itu berada.

"Sayang, tunggu aku. Bersabarlah." Gumam Bryan lirih.

Setelah kepergian Bryan, Farrel datang mencarinya dirumah sakit.

Ia melangkah cepat kearah koridor  dimana ruang rawat Sasya berada.

Lian yang tak sengaja melihat langsung mencegat asistan Bryan tersebut.

"Farrel?" Serunya pelan.

Farrel yang merasa ada yang memanggil namanya tiba-tiba berhenti.

"Ya?"

"Bryan tidak ada disini, dia sedang pergi." Ujar Lian memberi tahu.

Farrel mengerang frustasi, dirinya baru saja mendapat perintah sepuluh menit yang lalu untuk datang kemari. Lalu Boss nya tidak ada disini?

Menarik nafas, Farrel melirik Lian.

"Apa dokter tau dimana Boss berada?" Tanyanya.

Lian mengangguk.

"Dia sedang pergi mencari Sasya." Jawabnya pelan.

Dahi Farrel berkerut, tak paham dengan kata *mencari* bukankah Sasya di rawat disini? Atau nonanya sengaja sedang main petak umpet dengan Bossnya?

"Maksud anda?" Tanya Farrel akhirnya.

"Sasya di culik." Jawab Lian datar.

"A-apa? Nona diculik?" Pekik Farrel nyaring. Lian langsung menatapnya tajam.

"Ya. Aku sekarang akan kesana untuk menyusul." Ujar Lian, setelahnya ia berbalik meninggalkan Farrel.

Sekejap Farrel melupakan tujuannya datang kemari. Ia mengikuti Lian.

"Boleh saya ikut?" Tanyanya.

"Silahkan." Gumam Lian dengan suara pelan.

Lian tiba-tiba berhenti, ia menoleh kearah Farrel.

"Oh ya, kau yang menyetir. Karena saya belum lama di Indo, jadi belu-"

"Anda tenang saja dok, masalah itu mudah bagi saya." Potong Farrel cepat.

Lian mengangguk, mereka berdua menuju ruang kerja Lian.

.

.

"Sial! Kenapa tempatnya jauh sekali." Umpat Bryan.

Ia melirik kanan-kiri. Dimana sepanjang jalan hanya ada hutan.

Bryan merasa de javu , ia pernah menyelamatkan Sasya. Di tengah hutan, kali ini juga hutan lagi.

Saingannya ini sepertinya sangat menyukai daerah yang sepi penduduk. Bryan mendengus saat dirinya berhasil menemukan tempat persembunyian Bagas.

Rumah besar itu tampak sepi dan gelap, namun Bryan tak menurunkan pengawasannya. Ia harus tetap waspada, bahaya ada didepan matanya.

Bryan menepikan mobil di bawah pohon yang berjarak lima meter dari rumah Bagas. Setelah mematikan mobilnya. Bryan keluar,

ia menghela nafas tenang, Bryan mengambil double realgun. Salah satunya ia simpan dibalik jas, dan satunya lagi ia pegang untuk berjaga-jaga. Realgun yang Bryan bawa sudah dipasangkan alat pengedap suara.

Jika ia menembak seseorang pun, maka tak ada yang menyadarinya.

Ia melihat ke sekitar rumah Bagas, seringai meremehkan muncul di bibir tipisnya saat melihat beberapa penjaga. Bryan menatap dinding didepannya datar. Sebelum ia mengambil posisi untuk melompat.

Tap!

Bryan berhasil mendarat dengan mulus, Tapi...

Sialnya, Bryan malah membuat mereka menyadari keberadaannya.

Fuck!