Liburan Terselubung.
Part 4
BagasxSasya
____________________________________
'Sial!' Umpat dimas dalam hati.
Dimas tak percaya Nara berani mengancamnya seperti tadi. Dimas pikir, Nara tidak akan berani. Tapi ternyata ia salah, Dimas mulai muak dengan cara main Nara yang curang.
'Persetan!' Batin Dimas kesal.
Dimas pun memilih keluar dari vila, mungkin jalan-jalan di sekitar akan membuatnya lebih baik pikir Dimas.
...
Posisi mereka belum juga berganti, Sasya yang berada dalam pangkuan Bagas. Menikmati pemandangan indah yang tersaji didepan mereka.
Bagas sendiri hanya memakai kaos dengan lengan pendek, karena jaketnya ia pakaikan pada Sasya.
"Indah kan sayang? Lain kali kita coba jalan-jalan di air terjun." Bisik Bagas mesra. Bibirnya sibuk bersenandung pelan, sesekali Bagas mencium puncak kepala Sasya.
Ia sangat menyukai boneka barunya.
Mata Sasya menangkap sosok Dimas di kejauhan, ia heran kenapa Dimas sendiri?
"Apa mereka bertengkar?" Tebak Sasya.
Menggeleng pelan, Sasya kembali menatap Bagas.
"Lo kenapa? Mau jalan bareng sama gua lagi hn?" Tanya Bagas diiringi senyum.
Bohong, Bagas hanya berniat menggoda kekasihnya.
Kekasihnya itu tampak tenang bagai air danau. Tapi Bagas yakin, banyak hal yang di sembunyikan Sasya darinya.
"Nnggak! Aku capek kak." Bisik Sasya.
Mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing, sekarang Sasya malah menikmati pelukan Bagas. Awalnya ia malu jika dilihat orang lain tapi entah kenapa Sasya seolah tak perduli lagi jika orang-orang melihat mereka. Bahkan Sasya ingin mereka tau kalau Bagas miliknya.
Walaupun Bagas mendapatkannya dengan cara yang tidak benar. Walaupun Bagas bersekongkol dengan adiknya untuk menyingkirkan dirinya dari Dimas. Sasya tahu, dimata Bagas hanya ada dirinya.
"Ehmmn.. masuk yuk kak, disini dingin." Sasya memeluk erat tubuh kekasihnya. Berusaha senyaman mungkin bersandar disana.
"Jangan gerak-gerak, nanti adik kecil gua bangun sayang."
"Ya tinggal tidurin aja lagi." Sungguh, Bagas ini mesum sekali.
Inginnya begitu, namun Bagas mengerti. Sasya pasti lelah jika terus menuruti nafsu bejatnya.
Dengan berat hati, Bagas menuruti kemauan Sasya. Udara disini juga lebih dingin dibanding saat mereka baru sampai.
"Masuk yuk?" Ajak Bagas setelah beranjak bangun.
"Gendong ya?"
"Hm.."
Sasya memeluk leher Bagas, kemudian mereka masuk kedalam Vila.
"Manja banget si, pake gendong segala." Ujar Nara sinis.
Sasya tak memperdulikan ucapan Nara, ia malah mengeratkan pelukannya di leher Bagas.
"Udah lah Nar, bilang aja lo iri mau di gendong juga." Celetuk Erick.
Gio hanya menahan tawa di sebelah kakaknya.
"Kak.." panggil Sasya.
Bagas tau, Sasya kurang nyaman dengan para adik sepupunya. Dengan tenang Bagas membawa Sasya ke kamarnya.
Sedangkan Dimas yang baru pulang hanya menatap datar mereka.
Nara yang menyadari kedatangan Dimas segera berlari dan menyambut kedatangan Dimas dengan pelukan mautnya.
Erick dan Gio memutar bola matanya malas.
"Kak Dimas kemana aja?" Tanya Nara dengan nada manis yang di buat-buat. Membuat tiga pemuda yang berada disana ingin memuntahkan sarapan mereka tadi pagi.
"Gua nyari angin di luar, disini gerah." Ujar Dimas cuek. Setelahnya Dimas melengos pergi ke kamar. Mengistirahatkan tubuhnya juga pikirannya.
Jika liburannya menjadi kacau seperti ini, ia tak mau mengikuti ajakan Bagas. Sahabatnya.
Menempatkan pantatnya di ranjang, Dimas mengingat tentang malam itu. Ketika mereka baru sampai di Vila.
Flashback
Setelah memarkirkan mobilnya juga mengambil barang-barang Dimas segera menuju kamar sambil membawa barang-barangnya.
Ceklek!
Karena lelah Dimas asal masuk dan merebahkan dirinya setelah mengunci pintu.
Yang Dimas tahu, kamar anak perempuan berada diatas semua. Kecuali kamar Bagas yang juga berada di lantai dua.
Hampir saja Dimas terlelap jika saja ia tak mencium aroma mawar dari kamar mandi.
Tanpa pikir panjang Dimas membuka pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya Dimas saat melihat pemandangan disana.
Nara yang menyadari ada seseorang yang masuk ke kamar mandinya segera berbalik.
Nara juga nampak terkejut, ia tak mengira jika Dimas lah pelakunya!
Namun karena Nara sudah menyukai Dimas sejak lama, bukannya menutupi tubuhnya yang telanjang. Nara malah sengaja menggoda kakak kelasnya tersebut.
Dengan senyuman menggoda, Nara mendekati Dimas dan menyentuh dada pemuda itu.
"Kenapa kak? Kak Dimas mau pegang?" Goda Nara. Tangannya mengambil tangan Dimas dan meletakannya di dada sendiri, kemudian Nara meremas payudaranya menggunakan tangan Dimas.
Dimas yang lelaki normal pun tergoda, ia meremas payudara montok Nara gemas.
Bukan hanya itu, Dimas juga mencium Nara dengan penuh gairah.
Nara menyeringai, sangat mudah menggoda Dimas. Ia pikir akan kesulitan untuk mendapatkan pemuda tersebut.
Sebelum mandi, Nara menyuruh Bagas memasang cctv di kamarnya. Di kamar Nara.
Dan mereka melakukannya. Sampai sekarang, Dimas menyesal. Kenapa dirinya salah masuk kamar.
Flashback off
Mengusap kasar wajahnya Dimas menatap foto Sasya sendu.
"Gua gak punya kesempatan lagi buat dapetin lo." Batinnya lirih.
Nara hanya menatap datar Dimas, ia tahu betul Dimas menyukai Sasya. Namun ia tak mau Dimas menjalin hubungan dengan Sasya.
"Kak Dimas hanya milik gue, gak ada satupun cewek yang bakal dapetin dia selain gue." Batin Nara.
Kemudian Nara meninggalkan kamar Dimas dengan kesal.
.
.
.
"Seharusnya lo gak perlu berbuat kayak gitu lah Nar, kan kasian Dimas sama Sasya." Celetuk Erick saat Nara melampiaskan kekesalannya tadi.
Nara mendelik kesal pada adik sepupunya itu. Kenapa mereka membela Sasya?
"Ck! Dasar homo, incest. Tau apa lo tentang kesalahan huh? Lo juga salah udah suka sama Gio! Inget. Dia adik lo." Sindir Nara.
Erick tak menyangkal, karena memang dirinya menyukai Gio. Adik kandungnya. Tapi Erick tidak mendapatkan Gio dengan cara licik! Karena Gio juga menyukai dirinya.
"Dasar homo!" Maki Nara sebelum kembali ke kamarnya.
Erick hanya menatap datar kepergian sepupunya.
"Udah bang, sabar aja." Hibur Gio, ia memeluk lengan kakaknya. Berharap kekesalan Erick mereda, dan benar saja. Gio berhasil meredakan kekesalan Erick.
'Thanks." Gumam Erick sambil mengusap puncak kepala Gio.
.
.
.
Sasya terbangun dari tidurnya, ia mengucek matanya untuk menghilangkan rasa kantuk nya.
"Akhirnya lo bangun juga Sya."
Sasya meringkuk kedalam pelukan Bagas. "Kapan kita pulang kak?" Gumam Sasya.
"Besok kita pulang. Kenapa si? Lo bosen sama gua disini huh?"
Dengan cepat Sasya menggeleng. "Aku seneng sama kak Bagas." Terdiam sebentar sebelum Sasya mencium singkat bibir Bagas.
"Sasya suka sama kak Bagas." Ucap Sasya sambil tersenyum manis.
Bagas gemas sendiri melihatnya.
"Gua janji bakal bahagiain lo sya." Batin Bagas.
Kemudian Bagas memeluk erat gadisnya. Seolah Bagas tidak mau kehilangan Sasya.
.
.
Dimas mengetuk pintu Nara pelan, ia berniat berbicara pada gadisnya? Kekasihnya? Entahlah. Nara menganggap dirinya seperti itu miliknya.
Padahal Dimas tak pernah mengklaim Nara sebagai miliknya.
Ceklek!
Pintu kamar Nara terbuka, Dimas tebak. Wanita didepannya habis menangis.
"Gua mau ngomong bentar." Ucapnya datar.
Nara mengangguk dan mempersilahkan Dimas masuk.
Bayangan dirinya bercinta dengan panas dikamar ini membuat kepala Dimas pening.
"Gua mau minta maaf selama ini gua udah kasar sama lo. Tapi Nar, gua mohon sama lo. Lupain tentang Sasya yang suka sama gua." Ucap Dimas tanpa beban.
Nara mendelik kesal padanya,baru saja ia ingin membalas namun pelukan Dimas membuatnya urung. Nara tau, Dimas ingin mengatakan sesuatu.
"Kita bangun lagi dari awal, gua emang salah udah nyentuh lo tanpa hubungan apapun diantara kita. Tapi Nar, biarin gua milikin lo sebagai gadis gua. Sebagai kekasih gua." Bisik Dimas tepat di telinga Nara.
Nara terkejut, ia masih terdiam sebelum matanya bersitatap dengan milik Dimas.
"Lo mau kan?"
Anggukan kaku Nara berikan, entah harus berekspresi apa sekarang. Tapi percayalah. Nara sangat bahagia! Dimas mau memilikinya!
"Gue gak akan lepasin lo kak." Ucap Nara.