Chereads / Liburan Terselubung / Chapter 6 - Tersesat Di Hutan

Chapter 6 - Tersesat Di Hutan

Ini hari ke empat mereka liburan di vila, dengan usul Dimas mereka akan berkeliling dihutan.

Menurut Bagas, di belakang Vila mereka ada air terjun.

Tentu Bagas sendiri masih belum melupakan tentang sex dialam bebas.

Sasya sedari tadi sudah berkeringat dingin, bagaimana kalau Bagas benar-benar melakukannya?!

Sasya tahu Bagas orang ternekat nomer satu di Indonesia, bahkan kewarasan kekasihnya itu patut di pertanyakan! Orang mana yang mau bercinta dialam bebas? Tanpa ada dinding penghalang? Bagaimana jika ada yang melihat mereka?

Mau di taruh dimana muka Sasya nanti.

'Mesum! Hentai! Sialan!' Gerutu Sasya dalam hati.

Mereka berangkat ke hutan dengan berjalan kaki, karena letaknya memang tak jauh.

Seharusnya begitu, Sasya sendiri berjalan agak jauh dari Bagas enggan memamerkan kemesraan di antara teman-temannya. Apalagi didepan Gio dan Erick, sedikit tahu kalau mereka gay Sasya tak habis pikir. Padahal mereka lelaki tampan, kenapa mereka menjadi belok?

"Seperti tidak ada perempuan lagi saja." Gumam Sasya tanpa sadar.

Erick samar-samar mendengarnya, namun memutuskan untuk tidak perduli.

Orientasi sexsualnya memang menyimpang. Dan Erick sama sekali tak menyangkalnya. Ia mengeratkan gandengan tangannya pada Gio, Erick tak perduli. Sungguh. Lagipula mereka sudah tau hubungannya dengan Gio.

"Sya, kalo ngomong hati-hati sayang." Peringati Bagas. Senyumnya memang manis, tapi bagi Sasya. Senyuman Bagas membawa petaka!

"Ah! M-maaf." Sasya menunduk, sedikit tak enak hati saat melirik adik sepupu Bagas.

Terlebih Gio yang menatapnya datar. Pemuda itu bahkan tak pernah bicara dengannya.

Nara dan Dimas sudah berjalan jauh didepan, karena mereka berdualah yang memimpin perjalanan mereka. Diikuti Vika dan Farsha lalu Gio dan Erick.

Bagas memilih berjalan di belakang, ia tak mau diganggu jika tiba'tiba dia sange dan memakan habis Sasya.

Deringan dari ponselnya membuat langkah kaki Bagas terhenti, dan melanjutkan perjalanan kembali setelah membaca isi e-mailnya.

From : Kiara

Aku sudah tiba di Jakarta, apa kau mau menjemputku sepupu?

9.00am.

Begitulah isinya, Bagas bimbang. Disatu sisi, ia tak ingin pergi meninggalkan Sasya.

Dengan berat hati, setelah menghela nafasnya berkali'kali akhirnya Bagas menjawab.

To : Kiara

9:30am.

Maaf, aku tak bisa. Tapi aku sudah menyuruh orang kepercayaanku untuk menjemputmu disana.

Sasya tak suka melihat Bagas sibuk dengan ponselnya, akhirnya Sasya berjalan lebih dulu kedepan menyusul teman-temannya.

Selesai mengirim e-mail balasan untuk Kiara, Bagas menyusul adik-adiknya.

Tak habis pikir, kenapa Sasya tega meninggalkan dia seorang diri.

Menyeringai kecil, Bagas berpikir untuk menghukum gadisnya nanti.

.

.

.

Bagas berhasil menyusul adik juga sepupunya, ia melirik ke segala arah. Farsha sedang mengobrol bersama Gio,  sedang Erick sibuk dengan rubiknya. Vika sendiri tengah bersandar di batu besar, Dimas dan Nara sudah menikmati air terjun duluan.

Lalu dimana gadisnya?

"Dimana Sasya?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja.

Farsha, Gio, Erick juga Vika terkejut.

Bukannya Sasya bersama Bagas tadi?

"Gua kira, dia sama lo kak." Jawab Gio sedikit ragu.

Vika dan Farsha menganggukkan kepala, Erick berpikir keras. Sedari tadi tak ada satu orangpun di belakang mereka!

'Sial!' Umpat Bagas.

Pasti ini gara-gara ia menghiraukan Sasya saat ia membalas e-mail dari sepupu dari ibunya itu.

Ia jadi kehilangan keberadaan Sasya.

"Kalian kalo mau balik, duluan aja. Gak usah mikirin gua. Gua mau nyari my wife dulu." Setelah mengatakan hal itu, Bagas berlari meninggalkan adik sepupu juga temannya.

'Dimana lo sya?' Batin Bagas.

.

.

.

"Ddimas.. ahh.." tubuh Nara bergetar karena nikmat. Ia memejamkan mata saat kejantanan Dimas membelah miliknya.

"Lo.. milik lo sempit Nar." Berbisik rendah sebelum Dimas memaju mundurkan pinggulnya.

Dimas menggeram, berusaha menikmati persetubuhan mereka.

Benar apa kata Bagas, bercinta dialam bebas membuat sensasi sensual tersendiri.

"Aahhh.. nnnghhh. Terus!"

Desahan Nara terus mengalun di balik batu besar.

Mereka sengaja memilih tempat yang tersembunyi. Takut seseorang mengetahui aktivitas mereka.

.

.

.

Sasya berhenti, ia sudah beberapa kali dirinya melewati jalan yang sama.

Sungguh, Sasya menyesal sudah meninggalkan Bagas tadi!

"Sekarang gimana? Ini aku sendirian lagi..." hampir saja Sasya menangis jika saja dirinya tak mendengar suara yang memanggil namanya.

"SASYA!!!!"

Suara itu kembali terdengar, Sasya mengulas senyum. Ia tak boleh putus asa begitu saja! Ya! Bagas pasti mencarinya!

"KAK BAGAS AKU DISINIIII." Teriaknya lantang. Suara Sasya bergema.

"Kak cepat kesini, aku takut." Gumam Sasya berkali-kali.