Bagas tak perlu sibuk menghitung seberapa banyak gadis yang pernah di tiduri olehnya.
Geraman tertahan bersahutan dengan suara desahan erotis yang keluar dari bibir Kiara membuat Bagas semakin menggila! Oh.. betapa nikmatnya milik Kiara. Tentu saja Kiara masih sempit, karena sepupunya itu hanya melakukan hubungan dengannya saja.
Itu juga sudah beberapa tahun lalu.
Tubuh Bagas ambruk disamping Kiara, nafasnya masih memburu akibat sisa percintaan mereka tadi. "Sorry tadi gua kelepasan Ki.." ucapnya dengan raut bersalah.
"Gimana kalo aku nanti hamil kak? Aku belum pms bulan ini." Ada getar dari balik suara Kiara. Ga-wanita yang kini menatap Bagas penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Takut Bagas tidak menepati janjinya, bagaimana pun Kiara tau tabiat Bagas seperti apa. Meskipun dirinya tinggal di China, tetapi Kiara tau sifat Bagas yang playboy brengsek sejagat raya.
"Gua udah janji kan sama lo, tenang aja. Gua akan tanggung jawab kalopun emang lo hamil anak gua nantinya." Ucap Bagas enteng.
Sungguh.. Bagas benar-benar lupa dengan keberadaan Sasya.
Fakta ini membuat hati Sasya seperti tersayat oleh ribuan pisau, tanpa suara. Sasya meninggalkan pintu kamar Kiara yang menjadi saksi bisu hubungan terlarang antar saudara.
.
.
Keputusannya sudah bulat, Sasya sudah mengepak barang-barangnya. Sudah memastikan tidak ada yang tertinggal barang sedikitpun, Sasya langsung keluar dari kamarnya.
"Sya, lo mau kemana?" Tanya Dimas bingung. Ia melihat Sasya keluar dari kamarnya terburu-buru dengan membawa barang-barangnya.
"Aku mau pulang kak." Jawab Sasya pelan, sebisa mungkin Sasya menahan tangis dan mengeluarkan suara yang biasa.
Mereka tidak boleh tau masalahnya, atau nanti akan menjadi semakin rumit.
"Lho, kok tiba-tiba. Apa Bagas udah tau?" Tanya Dimas lagi.
Mendengar nama Bagas membuat hatinya terasa pedih.
"Aku udah bilang kok, kak Dimas tenang aja. Aku juga udah nyuruh supir aku buat jemput, paling sebentar lagi dateng." Jelas Sasya.
Jawaban dari Sasya membuat Dimas terdiam, ia tak tahu harus menanyakan apa lagi.
Sasya pun berlalu dari hadapan Dimas. Sasya sudah memantapkan hatinya. Walaupun dirinya yang meminta tolong pada Bagas, bagaimana juga Sasya masih memiliki perasaan.
Melihat mobil jemputannya sudah tiba, Sasya segera masuk kedalam mobil untuk meninggalkan Vila.
Sungguh, liburan kali ini sangat hancur berantakan!
.
.
Nara melihat Dimas gelisah sedari tadi, dahinya mengerut samar.
Apa kekasihnya ini punya masalah? Atau apa? Mengapa Dimas gelisah sedari tadi?
Banyak pertanyaan muncul di pikiran Nara, ingin bertanya pun Nara tak berani.
Oh.. lihat, dimana dirinya yang dulu? Yang selalu bicara tanpa di saring terlebih dahulu sekarang malah memikirkan perasaan orang lain terhadap kata-katanya.
Padahal dulu Nara selalu bicara tanpa banyak berpikir. Sekarang Nara seperti bukan dirinya yabg sesungguhnya. Ia merasa menjadi orang lain sejak Dimas meminta dirinya untuk menjadi pacarnya.
Dimas memang tidak menuntut apapun darinya, tapi Nara ingin membuat dirinya terlihat baik di mata Dimas, salahkah? Bukankah hal itu wajar saja?
Dengan berani, Nara pun menatap Dimas yang masih gelisah. "Kak Dimas kenapa? Ada masalah?" Nara mencoba bertanya dengan hati-hati.
"Emm.. gak ada masalah sih. Harusnya." Jawab Dimas sedikit ragu.
"M-maksudnya?" Nara bertanya lagi, karena jujur ia penasaran apa yang membuat Dimas menjadi seperti ini.
"Sasya tadi mutusin buat balik, gua cuma bingung aja. Kenapa tiba-tiba dia mau balik, udah gitu kenapa dia gak bilang sama lo. Dia cuma pamitan sama gua, udah gua tanya dia pamit belum sama si Bagas. Tapi responnya aneh, kek dia lagi hindarin sesuatu gitu." Ujar Dimas panjang lebar.
Nara mengangguk, tunggu.. jangan-jangan ini ada hubungannya dengan kedatangan Kiara ke vila!
"Gimana ini? Gimana kalo Sasya liat kak Bagas sama Kiara lagi nganu?" Batin Nara gelisah.
"K-kita susul Sasya kak!" Ucap Nara hampir teriak.
"Eh? Ya yaudah aku siap-siap dulu. 5 menit aku tunggu di bawah!" Setelah mengatakan kalimat tadi, mereka berdua pergi untuk bersiap.
"Semoga Sasya belum jauh." Batin mereka di saat bersamaan.
.
.
Deru mobil yang terburu membuat Bagas beranjak dari ranjangnya.
Ia membuka jendela, matanya menyipit saat melihat mobil Dimas meninggalkan Vila.
"Mau kemana si Dimas? Kok kayak buru-buru banget." Gumam Bagas pada dirinya sendiri.
Sepasang lengan mungil melingkar di tubuhnya membuat Bagas berbalik.
"Kenapa hm? Masih kurang?" Tanya Bagas dengan nada menggoda.
"Bukannya aku yang harusnya bertanya begitu." Jawab Kiara dengan senyum mengejek.
Tanpa babibu, Bagas melempar tubuh Kiara ke ranjang. Bersiap menyetubuhi gadis itu.
"Ingat Kia, jangan salahin gua kalo lo ga bisa jalan." Ucap Bagas dengan suara serak.
*****
halo-halo... cerita ini hanya 10 chap saja. Jika kalian berminat membaca cerita kelanjutannya. silahkan baca "Menara Cinta" terimakasih ^^