Chereads / Liburan Terselubung / Chapter 3 - Pahit dan Manis

Chapter 3 - Pahit dan Manis

Part 3

Bagas x Sasya

.

.

.

Pagi itu mereka sarapan dengan khidmat, meski ada keanehan pada Sasya namun mereka tetap diam. Enggan membahas.

Sasya sendiri memakan dengan lahap sarapannya, ia ingin cepat-cepat meninggalkan meja makan tersebut.

"Sya, makannya pelan-pelan jangan buru-buru gitu. Nanti tersedak." Peringati Dimas.

Semua menatap Sasya, namun Sasya hanya diam kemudian meminum jusnya.

"Aku selesai.. terimakasih atas makanannya." Ucap Sasya, sebelum meninggalkan meja makan.

"Itu anak kenapa si?" Tanya Farsha. Vika mengendikkan bahu cuek, ia tak tahu masalah Sasya. Dan dirinya tidak terlalu dekat dengan Sasya.

Gio dan Erick melirik kakak kelasnya yang juga berstatus sepupu mereka.

Pasti Bagas dan Nara tau, apa yang menyebabkan Sasya bersikap seperti tadi. Namun Bagas dan Nara memilih bungkam, tetap melanjutkan acara sarapan mereka.

Sedangkan Dimas memandang heran Sasya, tak biasanya Sasya mengabaikan dirinya.

'Ini aneh.' Batinnya.

.

.

.

Langkah kaki Sasya berhenti, ia menghirup udara sebanyak mungkin agar bisa menenangkan dirinya.

"Kenapa mereka melakukan ini padaku? Apa salahku?!" Batin Sasya.

Air matanya mengalir membasahi pipi, tubuhnya lunglai dan terjatuh ke tanah.

"Lo ngapain disini sya?" Tanya Bagas tiba-tiba.

Sebenarnya, tak berselang lama Sasya meninggalkan meja. Bagas segera mengikuti Sasya.

"Lo nangis?" Cukup terkejut bahwa gadis yang di sukainya akhir-akhir ini menangis didepannya.

Tangan Bagas terulur, mengangkat tubuh Sasya yang terbaring di tanah akibat tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya tadi.

Bagas menaruh Sasya di pangkuannya. Dagunya bertumpu pada kepala Sasya.

"Kalo lo mau tidur, jangan disini." Ucap Bagas lirih. Namun masih terdengar.

Kesal karena merasa terabaikan oleh gadisnya sendiri. Bagas meraih pipi Sasya sebelum melumat bibir manisnya.

Sasya terkejut saat merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya, reflek Sasya membuka mulut.

Tak mau membuang kesempatan, Bagas memasukan lidah kedalam mulut Sasya. Lidahnya membelit, mengajak lidah Sasya untuk berpagut dan menari dengan lidahnya.

"Ummh!.."

Terengah-engah karena ciuman mereka, Sasya menatap Bagas kesal. "Kakak mau aku mati ya?!" Ucapnya setelah mengatur nafas.

"Engga lah, kalo lo mati. Gua rugi besar." Jawab Bagas santai.

"Lo ish!"

Kesal karena jawaban Bagas, Sasya berniat bangun dari pangkuan pria tersebut. Namun tangan dan kaki Bagas menghalangi Sasya.

"Wel, mumpung kita masih disini. Gua mau reka ulang adegan semalem." Ujar Bagas dengan senyuman miring miliknya.

Sasya menggelengkan kepalanya kuat, bekas semalam saja masih terasa sakit. Apa Bagas sudah gila? Pikirnya.

"Lo ga bisa nolak kemauan gua Sya. Bercinta dialam bebas bukan hal yang buruk." Celetuk Bagas. Tatapan matanya menyapu bukit di belakang vila nya ini. Jelas, disini sepi. Jadi tak mungkin ada orang yang kesini kecuali Nara adiknya.

"Kak, kak Bagas jangan bercanda! Gak lucu tau." Kesal Sasya. Namun karena posisinya masih duduk di pangkuan Bagas, Sasya merasakan benda menonjol tepat di bawah selangkangannya.

"Gawat..!" Teriak Sasya dalam hati.

Tanpa menunggu persetujuan Sasya, Bagas langsung mencumbu leher gadisnya. Menghirup aroma lavender yang mampu membuatnya mabuk.

"Kak.. gimana kalo ada yang liat." Tanya Sasya pelan, suaranya serak menahan desahan agar tak keluar dari bibirnya.

"Disini cuma ada kita, jarak permukiman warga sama vila itu cukup jauh." Jawab Bagas dengan entengnya.

"Kak Bagas stop..!"

Teriak Sasya keras.

Bagas menghentikan aksinya. Menatap Sasya tajam dan penuh mengintinidasi.

"Kalau kak Bagas maksa, mending kita putus." Ujar Sasya dengan nada mengancam.

Bagas mengendik tak perduli, diluar sana masih banyak gadis yang rela menyerahkan tubuhnya untuk Bagas. Sasya menolaknya? Bagas masih bisa mencari diluar. Bahkan ia tak perlu mencari pun gadis-gadis itu dengan suka rela datang padanya.

Semilir angin membelai tubuh Sasya, membuat gadis itu berjengit karena dingin.

Bagas memeluk Sasya posesif, walaupun Sasya menolak. Bagas tetap akan mempertahankan Sasya di sisinya.

"Lo milik gua sya. Cuma milik gua seorang." Batin Bagas.

Kegiatan keduanya tak luput dari Dimas, ia tak menyangka hubungan Bagas dan Sasya sudah sejauh ini.

Awalnya Dimas ingin melihat keadaan Sasya. Namun ia tak menyangka saat dirinya sampai disini. Disuguhi pemandangan tak senonoh dari mereka.

"Sasya.. gua gak nyangka. Lo sama murahannya kayak Nara." ucap Dimas.

Dimas pun pergi, tak kuat karena melihat mereka.

"Harusnya gua nembak dia, tapi.." ucapan Dimas terputus karena kini Nara tepat berada didepannya.

"Tapi lo tergoda sama tubuh gue, bener kan?" Ucap Nara dengan nada mengejek.

"Lo!"

"Apa? Gue bener kok. Laki-laki dimanapun sama. Gak bisa nahan kalo liat cewek seksi telanjang." Sindir Nara.

Dimas yang geram ingin menampar wanita yang di depannya ini.

Sayang, Gio dan Erick keburu datang.

"Ada apa ini?" Ucap mereka berbarengan.

"Gak ada apa apa kok, aku sama kak Dimas lagi rencanain. Buat permainan."

Erick dan Gio menatap mereka tak mengerti. Namun setelah melihat bahasa bibir dari Nara kedua pemuda itu meninggalkan pasangan kekasih tersebut.

"Inget ya kak, lo ga bisa lepas dari gue. Kalo coba berani ninggalin gue, gue gak segan'segan buat nyebarin video ena ena kita." Ujar Nara dengan senyuman liciknya.

'Sial!' Umpat dimas dalam hati.

.

.