"sepertinya sudah hen...", ujarku beberapa saat setelah tubuh istri hendra menghilang di balik pintu kamar. aku beranjak mengikuti angkah hendra yang menuju kamar dan mendapat tubuh istrinya yang sudah terkulai diatas ranjang terlelap oleh efek obat tidurnya. aku duduk di bibir ranjang sambil tanganku mengelus kaki tri yang mulus dan putih sementara hendra mengambil dan mempersiapkan kameranya untuk merekam. aku sudah menelan ludah berkali-kali dan saat kamera hendra sudah on, aku mulai menyibak gaun gamis istrinya, kedua kakinya yang mulus terlihat semakin keatas dan semakin mulus putih menggairahkanku.
"mulus hen...", pujiku berkali-kali terlontar dari mulutku dengans sesekali ungkapan cabul ku lontarkan yang semakin membuat seorang cuckold seperti hendra akan semakin terbakar birahinya.
"wah udah gak pake celana dalam hen....", ujarku nampak selangkangan dan bulu jembut istrinya menghias indah tanpa celana dalam yang membungkusnya. bibir vaginanya terlihat masih mulus kemerahan, belum pernah melahirkan dan istri hendra usianya masih muda bagiku. satu tanganku mengusap pangkal pahanya,ssatu tanganku membelai bulu jembutnya.
"saya suka bulu nya di potong kayak ulet gini hen....", ujarku.
"i iya pak...", jawab hendra dengan suara parau gemetar melihat tubuh istrinya sedang kunikmati keindahannya.
"kamu yang minta atau memang inisiatif tri, bulunya dicukur gini ?", tanyaku lagi.
"tri sendiri pak...", jawabnya membuatku tersenyum melihat hendra yang mulai gemetar yang berarti napsunya mulai mendidih melihat istrinya ku obok-obok. aku merentangkan kedua kaki istrinya lebih lebar sehingga vaginanya terlihat merekah indah memperlihatkan bibirnya yang kemerahan.
"mulus...!", gumamku dalam hati seraya aku bersimpuh di lantai dengan wajahku tepat di hadapan vagina indah ini.
"emgghh...", gumamku sambil kuhirup aroma vagina dan mulutku berciuman dengan vaginanya, kujulurkan lidahku menyapu belahan bibir harum ini, kujilati itilnya, kuhisap dan kulumat namun tak ada reaksi dari istri hendra ini karena tetap diam terlelap dalam pengaruh obat tidur.
puas menikmati berciuman dengan vagina mulus ini, aku berdiri untuk melepas seluruh pakaianku sambil kupandangi keindahan tubuh istri hendra yang tergolek telanjang. tubuhku sudah telanjang merengkuh diatas tubuh istri hendra, kubelai kepalanya yang terbungkus kerudung, ku cium dan kulumat bibir ranumnya. alangkah lebih nikmat jika istrinya dalam keadaan sadar, pikirku. tanganku tak bosannya meremas dan mengulas buah dada kenyalnya. putingnya kemerahan ku cium dan ku hisap sambil kuremas-remas dengan penuh napsu.
"sudah saatnya...", pikirku, aku ingin menyarangkan kontolku ke dalam vagina istrinya. kubiarkan hendra merekam dari dekat kontolku yang sudah di hadapan bibir vagina istrinya.
"mungil banget memek istrimu hen...", pujiku sambil ku gesekan kepala kontolku di sela bibir vagina istrinya. hendra tak menjawab, hanya tangannya yang sedikit bergetar yang bertanda birahinya sudah benar-benar terbakar melihat detik-detik vagina istrinya akan ku jejalkan dengan kontolku.
"aku entot memek istrimu ya hen...", ujarku.
"eh... i... ya...", jawab hendra dengan nada bergetar. kuperlihatkan peralahan kepala kontolku mulai menyelinap di hadapan lubang vaginanya dan semakin terbenam hingga ujungnya tak lagi terlihat dan terus ku dorong hingga seluruh batang kontolku terbenam dan aku mulai menindih dan merengkuh tubuh istrinya. pinggulku mulai mengayun naik turun, kontolku menghujam-hujam dengan nikamtnya merasakan hangat dan jepitan yang membuatku terbuai dalam kenikmatan ini. entah berapa lama aku menyetubuhi istrinya tanpa merubah posisinya yang masih terlelap dalam pengaruh obat tidurnya. denyut-denyu kenikmatan semakin kencang kurasakan.
"hen....", ucapku sambil pinggulku terus bergoyang.
"minta ijin crot di dalam hen....?!", ucapku tanpa aku menoleh ke arahnya.
"biar aku hamilin istrimu hen.... kamu suka kan ?! liat istrimu aku hamilin....", ujarku dengan napsu ku yang sudah di ubun-ubun.
"ah hen..!?", ujarku dengan suara seakan menghardik meminta jawabnnya. hanya suara "oh...", yang keluar dari mulut hendra bersamaan dengan aku tak lagi dapat menahan orgasmeku.
"uughh... heeen !!!.... aku hamilin istrimu !!!!...", pekikku dan sesaat kemudian kutumpahkan seluruh rasaku, spermaku menyembur nikmat di dalam rahim istrinya. hingga kedutan terakhir spermaku menyembur tak bersisa, aku mencabut kontolku dan menjulur keluar bersamaan dengan spermaku yang meleleh dari lubang vaginanya. aku mundur memberi kesempatan hendra yang menyeruak dan seperti kesetanan menjejalkan kontolnya di vagina istrinya dan menggenjotnya dengan penuh napsu hingga ia pun mengalami orgasme dan menyemburkan spermanya di dalam.
"maaf hen... ", ucapku sambil ku bersihkan kontolku, hendra terkulai di samping istrinya dengan nafas terengah.
"kalo nanti sampe istrimu hamil aku akan membiayainya....", ujarku lagi sambil kulihat lelehan sperma sudah banyak keluar dari lubang vagina istrinya.
menjelang pagi aku terbangun dengan gaun gamis tersingkap keatas dan tubuh telanjangku terpampang begitu saja. kurasakan ada rasa nyeri di vaginaku, vaginaku sepertinya benar-benar dibanjiri sperma suamiku semalam, pikirku. kulihat suamiku yang masih terlelap dengan tubuh telanjangnya, aku beranjak bangun melangkah ke kamar mandi dan kubersihkan vaginaku setelah melepas air seni yang keluar disertai rasa ngilu dan nyeri.
"oh...", eluhku saat kubasuh vaginaku masih ada rasa nyeri dan ngilu.
usai dari kamar mandi aku melongok ke kamar sebelah yang terbuka, tak ada pak chandra disana, mungkin ia sudah pulang semalam, pikirku dan aku terus melangkah ke kamarku. kulepas kerudungku dan gaun gamisku, kubiarkan tubuh telanjangku berbaring memeluk suamiku yang sudah mulai terbangun.
Jam menunjuk angka 6 pagi saat suamiku membangunkanku. aku menggeleng saat suamiku mengajakku mandi. dan aku kembali menggelengkan kepalaku saat ia menanyakan apakah aku tidak berangkat kerja ?. tubuhku agak hangat, dan yang membuatku risau adalah rasa nyeri dan ngilu masih terasa di vaginaku sejak tadi aku terbangun dari tidurku.
"ya sudah aku antar ke dokter...", ujar suamiku yang akhirnya juga tak masuk kerja.
-
"nyeri dok...terasa anyang-anyangan kalo pipis...", jelas istriku kepada dokter kandungan yang masih terlihat lebih muda dari usiaku .
"boleh saya periksa dulu bu ?", tanya dokter kepada istriku yang mengangguk
"ya pak... ibu nya saya periksa dulu....", ujar sang dokter lagi tertuju kepadaku
"iya dok...", jawabku sambil mengangguk.
istriku berdiri menuju dan melankah menuju tempat tidur pasien.
"ibu celana dalamnya di lepas dulu.... baru rebahan...", ujar sang dokter sedikit membuatku terperangah.
"buka disini gak apa-apa, kan ini suami ibu...kan mau diperiksa...dilihat juga nantinya...", lanjut dokter kepada istriku yang sempat ragu namun akhirnya dengan agak malu membelakangi aku dan dokter melepas celana dalamnya. tangannya menggenggam celana dalamnya walau dengan gaun gamis yang menjulur hingga mata kakinya membuatku entah kenapa birahiku seakan bangkit menggeliat.
"gak apa-apa ya pak ? saya lihat..?. biar tau kena apa sampai begitu...", jelas dokter kepadaku membuatku menelan ludah dengan birahi sudah mulai terbakar di kepalaku.
"ii iya dok...", jawabku dengan mata nanar dan suara bergetar dengan birahiku kini sudah membara. dengan malu dan terlihat risih, istriku berbaring di atas tempat tidur pasien.
"santai aja ya bu.... tirainya ditutup aja biar ibu gak malu....", ujar dokter seraya menutup tirai yang memisahkan tubuh bagian pinggang atas istriku dengan tubuh bagian pinggang ke bawah dengan tirai tepat diatas perutnya.
"ditekuk lututnya...", ujar dokter dan istriku menekuknya, namun dadaku berdebar-debar saat tangan dokter menyingkap gaun gamis istriku.
"maaf saya buka ya pak...", ujar dokter sambil menoleh karahku, aku hanya mengangguk dan tersingkaplah gaun gamis istriku dengan memperlihatkan selangkangannya yang telanjang terbuka.
"dibuka... ngangkang ya bu... biar keliatan salurannya....", ujar dokter lagi dan kedua kaki istriku mengangkang dengan vagina yang terbuka lebar di hadapan sang dokter muda ini.
"nah terlihat jelas, wah cantik ya pak, punya ibu...", ujar dokter kepadaku yang duduk terpaku melihatnya.
"coba kita lihat.... maaf ya bu... saya buka sedikit....", ujar dokter dan jari tangannya menyibak bibir vagina istriku.
"nah liat nih pak.... di lubang pipisnya agar memerah karena lecet....", ujar dokter lagi sambil jarinya menyibak-nyibak setiap senti bibir istriku.
"nah sama di mulut lubang vagina ibu nih pak... ada lecet lebih paranh... nih kemerahan...", terang dokter memperlihatkan kepadaku.
-
aku hanya tercenung diam sambil mendengarkan dokter menjelaskan kepada suamiku, mataku menatap keatas langit-langit ruang praktek dokter.
"apa karena kemarin karena pak fer dan sopir truk itu yang memaksaku....ditambah malam nya suamiku menyetubuhiku...", pikirku menerka-nerka penyebab vaginaku terasa nyeri seperti ini.
"hemmmhh...", aku menghela nafasku, dalam hatiku aku tak memungkiri kalo aku juga