"papah...?", bisikku.
"nanti sayang... aku capek banget...", jawab suamiku, tubuhnya bergulir kesamping membelakangiku, sementara aku terdiam kembali merebahkan kepalaku di bantal dengan tubuh telanjangku yang terlentang dengan vaginaku yang sudah basah.
"emhh...", aku menghela nafas, sudah 2 minggu aku belum merasakan disentuh lelaki yang berarti disentuh suamiku juga disentuh oleh lelaki lain. kuraba vagina ku yang basah, teringat pak fer dan pak reno, yang selama ini memberiku kenikmatan tapi sekarang aku masih kesal dengan pak fer, teringat pak naryo si pengantar lemari namun aku takut tetangga akan curiga. yang ada sekarang aku memuaskan diriku sendiri.
"pengen...", gumamku dalam hati, vaginaku belum dimasuki kontol lelaki, pekik hatiku. kuusap-usap itilku dengan jariku, rasa nikmat menjalar ke seluruh sendiku.
"emmhh... pengen kontol...", gumamku hatiku lagi dengan jariku yang semakin cepat mengusap itilku sambil terbayang kontol-kontol lelaki yang pernah menyetubuhiku. pak fer, pak reno, pak naryo, dan bejo, lelaki yang pernah menyetubuhiku, aku memang bukan istri setia, karena lelaki-lelaki itu pernah menyetubuhiku selain suamiku sendiri.
"eemmhh...", lenguhku perlahan seraya melirik suamiku yang sudah mendengkur terlelap dalam tidurnya. kurentangkan kedua kakiku dan jariku semakin cepat mengusap nikmat itilku sendiri.
"ya aku memang bukan istri setia...", bisik hatiku, ada rasa kesal yang menyelinap dalam hatiku kepada suamiku yang tak dapat memberiku kepuasan dan aku selalu merasa kurang dalam hal sex, atau apa karena mungkin aku hyper dalam hal sex, ah aku tak tau, yang pasti aku selalu merasa kurang puas oleh suamiku.
"uuhh...", lenguhku, terbayang saat pak fer dan pak reno menyetubuhiku bergantian, atau pak naryo dan si bejo yang juga menggilirku hingga aku dibuatnya puas berkali-kali.
"oooaahh...", pekikku tertahan dan sesaat kemudian tubuhku mengejang nikmat mencapai orgasmeku sendiri. kubiarkan tubuh telanjangku terlentang hingga aku terlelap hingga pagi hari di samping suamiku.
di toilet kantor...
"eemhh....", lenguh ku menggelinjang dengan suara tertahan dengan kedua kaki mengangkang sambil ku semburkan air deras menerpa itilku.
"geli banget.... tapi enak...", pikirku, kembali ku semprotkan air deras dari selang wastafel toilet ini dan kembali kurasakan kenikmatan saat air menerpa itilku yang sudah gatal.
"aaah... pengen kontol...", pikirku lagi, seraya kusudahi semburan air selang ini. kuraba itilku yang begitu sensitif.
"ooh...", lenguhku sambil kuusap nikmat itilku. mataku terpejam tubuhku terduduk diatas toilet duduk, kedua kakiku mengangkang, gaun gamisku tersingsing di leherku. kedua buah dadaku tak terbungkus BH, putingku mengeras kedua buah dadaku ingin diremas-remas rasanya. sudah hampir 3 minggu aku tak disentuh lelaki bahkan suamiku sendiri, hanya dengan jari dan dildo ku lampiaskan hasrat birahiku.
"kontol...", bisik hatiku, tak berani bibir ku mengucapnya di toilet kantor ini namun hatiku seakan berteriak menginginkannya. kuusap itilku dengan jariku yang bergerak semakin cepat dan kenikmatan semakin memuncak kurasakan menjalar ke seluruh tubuhku hingga akhirnya tubuhku memgejang nikmat diatas toilet duduk ini. kureguk kenikmata orgasmeku.
ponselku bergetar sesaat, nafasku masih terengah, kubuka ponselku setelah mengeringkan tanganku, terlihat WA dari pak ferdian.
"tri, mau pulang bareng gak ?", tawarnya, jariku mengetuk huruf-huruf merangkai jawaban kepada pak fer.
"enggak pak, terima kasih...", balasku, aku masih belum mau terlalu dekat lagi dengan pak fer karena peristiwa di rest area itu walaupun aku tak menyalahkannya dan aku sudah memaafkannya, bahkan sebenernya aku menikmatinya bahkan aku sempat beberapa kali mengalami orgasme saat itu, pikirku dengan kebinalanku yang bergolak tak menolak diperlakukan itu oleh sopir truk itu. kubasuh vaginaku dan mengeringkannya dengan tisu, ku remas buah dadaku sebelum akhirnya ku tutup dengan gaun gamisku yang ku julurkan kembali menutupi tubuh telanjangku karena memang tak kupakai BH dan CD ku yang ku lipat di dalam tasku. ku benahi dan kurapikan kerudung dan aku melangkah keluar dari toilet tepat dengan usainya jam kerja dan aku pulang ke rumah.
sesampai nya dirumah, aku melepas seluruh pakaianku dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. air segar membasuh seluruh tubuh telanjangku, ku
basuh vaginaku yang masih saja terasa ingin di usap-usap lagi.
"ah nantilah malam kalo mau tidur saja, mainin dildo-nya....", pikirku mengurungkan niatku untuk kembali bermasturbasi melampiaskan hasratku lagi seperti di toilet kantor tadi sore. lagi pula sudah beberapa hari ini suamiku sedang tugas keluar kota jadi aku bisa bermain sepuasnya dengan dildo ku, pikirku. usai mengeringkan tubuhku, aku melangkah keluar dari kamar mandi, kubiarkan tubuh telanjangku tak ku tutup dengan handuk, ku nyalakan tv, ku ambil air jeruk di kulkas dengan bebas tanpa pakaian atau gaun gamis yang biasa kupakai melekat ditubuhku.
"ah..!!", aku tersentak terkejut saat bel rumahku berbunyi yang berarti ada kedatangan tamu di depan rumahku. dengan tubuh masih telanjang, aku berlari ke kamar, kuambil gaun gamis dan memakainya, tak perlu pakai CD dan BH ku, pikirku dengan tanganku yang gerak cepat, ku ambil kerudung instan untuk membungkus kepalaku, sesaat aku berkaca.
"bedak...! tak usahlah...", pikirku, memandang wajahku yang sedikit pucat tanpa bedak, tapi biarlah, aku melangkah keluar kamar, ku songsong ke depan pintu rumah dan kubuka.
"ah pak chandra !...", sapaku setelah membalas salam pak chandra yang berdiri tersenyum kepadaku. ku persilahkan masuk kerumah dengan ramah sambil berbasa-basi kepadanya. memang sudah lama pak chandra tidak ke rumah seperti bisanya bersama suamiku yang mengajaknya.
"ini tadi saya beli makanan dulu buat kita bertiga...", jelas pak chandra sambil memberikan bungkusan kepadaku. namun aku tak sempat memberitahukannya kalo suamiku sedang tugas keluar kota jadi mungkin hanya berdua makanan ini jadinya, pikirku nanti saja lah, aku langsung melangkah ke dapur. ada rasa jengah karena suamiku tak dirumah saat ini, hanya aku dan pak chandra di rumah ini, aku takut ada tetangga yang curiga atau ah entahlah. aku membawa makanan dan menyiapkannya di meja makan.
"tri, numpang ke kamar kecil ya...", ujar pak chandra melewatiku. aku mempersilahkannya. teringat kejadian dulu saat aku melihat pak chandra sedang kencing, aku melirik ke pintu kamar mandi yang tertutup. entah mengapa dadaku berdebar.
"hendra mana tri ?", tanya pak chandra yang keluar dari kamar mandi menghampiriku.
"kan lagi dinas ke luar kota pak...", jawabku.
"waaah... gimana nih....? jadi gak enak... gak apa-apa kan tri ?", ujarnya.
"ya gak apa-apa pak chan..... lagi pula udah lama gak main kesini...", ujarku.
"makanan sudah siap pak, apa mau langsung di santap...?", tanyaku mengalihkan pembicaraan. dengan nada ceria sambil mengangguk, mengatakan kalo ia memang sudah lapar,
"kamu juga, yuk tri, masa saya makan sendiri...", ujarnya dan aku pun menemaninya makan malam walau masih dengan rasa sedikit tidak enak karena aku harus menjaga image selain karena suamiku tidak di rumah, aku takut tetanggaku akan berpikir negatif kalo sampai mengetahui kalau aku hanya berdua dengan laki-laki lain di rumahku saat ini. semoga saat pak chandra datang tadi tidak ada yang melihat, pikirku. aku menjaga sikapku dengan baik di hadapan pak chandra, sebagai seorang istri rekan kerja satu kantor suamiku dengannya, aku tak ingin mencoreng nama baik suamiku di kantornya jika aku sampai terlihat yang tidak-tidak.
obrolan ringan mengalir pak chandra yang sesekali ku timpali dengan pendapat atau sekedar komentar kepadanya sambil menyantap makananku, suasa terasa santai dengan sesekali pak chandra melontarkan
boleh aku menginap tri...?", tanya pak chandra dengan wajah serius membuatku sesaat terdiam harus menjawab apa. memang sudah terbiasa beberapa kali pak chandra menginap tapi itu datang bersama suamiku dan ada suamiku dirumah, tapi kali ini hanya aku dan dia di rumah ini, membuatku masih merasa kurang tenang jika ada tetangga atau orang lain mengetahui ada lelaki lain menginap di rumahku di kala suamiku tak ada dirumah.
"terserah pak chan...", jawabku walau sebenernya berharap agar ia tak menginap malam ini.
jam menunjuk masih menunjuk pukul 8 malam, karena masih ada pak chandra, aku masih mengenakan jilbab dan gaun gamis panjangku walau dengan rasa tak nyaman menemani pak chan di ruang tengah apalagi dengan kondisi tubuhku yang tak memakai CD dan BH karena terburu-buru tadi menyambut kedatangannya. hal ini membuatku merasa risih di depan pak chan, apalagi jika mata pak chan menatapku seakan menemus gaun yang kupakai, ah semoga dia tidak tahu, pikirku mencoba menenangkan hatiku yang risau.
"pak chan, saya mau istirahat dulu ya pak....", ujarku setelah mempersilahkan pak chandra untuk menempati kamar belakang jika ingin beristirahat. aku beranjak ke kamarku. aku mengunci pintu kamarku, ku lepas kerudungku, ku lepas gaun gamisku, aku memandang tubuh telanjangku terpampang di hadapan kaca lemari.
"eemhh...", lenguhku sambil tanganku meraba vaginaku yang sudah gatal dan basah sejak tadi sore, kuraih dildo dari laci disebelah ranjangku yang memang sejak tadi sore aku ingin menggunakan dan memainkannya sebelum tidur. kedua kakiku mengangkang.
"eemhh...", desahku, kuraba dan kuremas sendiri buah dadaku, satu tanganku yang memegag dildo, ku gesekan-gesekan di bibir vaginaku yang sudah basah. perlahan kepala dildo berbentuk kontol ini ku arahkan pada liang vaginaku yang sudah gatal.
"aah....", lenguhku sambil mataku terpejam dan tanganku menekan perlahan dildoku yang mulai terbenam menjejal lubang vaginaku dan semakin ku tekan lebih dalam lagi hingga hampir seluruh dildoku tenggelam di dalam vaginaku tinggal ku nyalakan tombol getarnya maka kenikmatan akan kurasakan nikmatnya dari getaran dildo ini, namun tiba-tiba....
"ah...", pekikku terkejut jariku tertahan untuk menekan tombol getarnya, di kala kenikmatan baru akan mulai kurasakan terdengar pintu kamar ku diketuk.
"tri... tri.. ", terdengar suara pak chandra di luar kamarku.
"ah ? ada apa pak chan ini...", gumamku dalam hati sambil kuraih kerudung instan di sampingku dan ku kenakan membungkus kepalaku dengan cepat hanya untuk menutupi kepalaku sementara dan kubiarkan tubuhku tetap telanjang tak tertutup karena aku hanya akan membuka sedikit pintu kamarku dan melongokan wajahku saja jati tak perlu memakai pakaianku, aku berjalan tertatih mendekati pintu kamarku karena dildoku masih kubiarkan masih tertancap di lubang vaginaku, paling gak lama, pikirku karena aku ingin melanjutkan kenikmatan ini, dengan satu tanganku membuka pintu kamarku.
"ya pak...?". tanyaku sambil ku longokan wajahku di sela pintu kamarku.
"kamu belum tidur kan tri...?",ujar pak chan yang hanya mengenakan kaos dan bercelana pendek berdiri di depan pintu kamarku.
"be belum pak... kenapa pak?", jawabku dan balik bertanya.
"boleh minta tolong tri...?", tanyanya lagi.
"boleh pak...minta tolong apa ?", jawabku balik bertanya lagi.
"biar saya masuk dulu....", ujarnya secara tiba-tiba pak chan mendorong pintu dan menyeruak masuk ke dalam kamarku, membuatku terkejut.
"aaah... jangaan... masuk...paak...", pekikku namun tubuhku terdorong oleh pintu yang dibukanya dan pak chandra yang mendapati telanjang langsung memeluk tubuh telanjangku.
"ah kamu telanjang...triii...". ujarnya sambil memelukku, pak chan mendesakku ke ranjang.
"jangan pak chan...", ujarku.
"tolong tri...", ujarnya lagi, tubuhku dan tubuh pak chan terjerembab di atas kasur dengan tubuh pak chandra menindih di atas tubuhku.
"oh...!", ucapnya terhenyak terdiam menatapku dan aku pun terdiam menatapnya, tangannya sudah menyentuh vaginaku dan mendapati lubang vaginaku terjejal oleh dildoku. wajahku memerah padam, aku terdiam malu.
"kalo kamu mau, bisa dengan aku tri...gak usah pake dildo gini...", bisik pak chandra dan aku hanya terdiam menggit bibirku dan saat pak chandra mengecup bibirku aku hanya diam pasrah bahkan aku menyambutnya sebagai tanda bahwa aku mau.
"aku mau...", bisik hatiku, mataku terpejam dan kujulurkan lidahku yang kemudian dihisapnya dilumatnya dengan penuh napsu.