***
Di rumah kediaman Ryan....
Semua ART (asisten rumah tangga) Ryan sibuk berlari kesana-kesini membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Rumah Ryan terlihat seperti kapal pecah karena ulah saudaranya Ryan yang memakai kediaman Ryan untuk merayakan pesta minum bir bersama rekan-rekan kerjanya.
Hari ini Ryan berniat untuk mengecek kediamannya lagi sebelum ia meninggalkan nya sedikit lama. Sekaligus ia juga ingin membawa beberapa barang yang mungkin akan diperlukannya nanti.
Salah satu ART Ryan memanggil satpam rumah Ryan untuk mengunci pintu gerbang. Ia ingin saat bekerja tidak ada yang mengganggunya. Karena jika tidak fokus, waktu yang harus ditempuh akan lama jika mereka bekerja dengan tidak benar.
"Pak Dono sini dulu deh pak Dono," panggil bu Mun (salah satu ART dikediaman Ryan).
"Ada apa bu?" tanya pak Dono (satpam Ryan).
"Lebih baik gerbang rumah dikunci saja. Supaya tidak ada orang iseng yang masuk. Apalagi sekarang rumah benar-benar berantakan, jadi jika ada yang menggangu bisa kacau balau deh kerjanya," jawab bu Mun.
"Apa tidak sebaiknya aja tidak usah dikunci? nanti saya memperingatkan orang yang nakal untuk tidak masuk ke sini. Inikan juga bukan rumah kita," ujar pak Dono memberikan pendapat.
"Hmmmm... lagipula tuan Ryan ataupun tuan Yuan tidak kesini. Jadi ya kita harus benar-benar menjaga rumahnya," ucap bu Mun.
"Yo wes, aku ikut aja. Tunggu, aku mau kunci gerbang nya dulu," pak Dono berjalan kearah pagar berniat untuk mengunci pintu gerbang.
Sehabis itu ia ikut masuk kedalam bersama bu Mun membantu para ART bekerja membersihkan rumah Ryan.
Ditempat Ryan berada...
Ryan terlihat sedang termenung memikirkan sesuatu. Supir Ryan melihat tingkah laku majikannya yang seolah saat ini terlihat seperti orang sedang jatuh cinta.
"Maaf tuan jika saya lancang," Pak Kono (supir Ryan) berbasa-basi terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraannya.
"Iya pak? kenapa?" tanya Ryan sambil menatap kearah kursi depan.
"Gini ya, saya mau tanya tapi tuan Ryan jangan tersinggung. Sepertinya tuan Ryan sedang jatuh cinta ya?" jawab pak Kono.
"Hmm... tidak kok pak, saya sedang memikirkan masalah pekerjaan di kantor," ucap Ryan menutupi kebenaran.
"Serius tuan? tapi tuan terlihat tersenyum sendiri sambil memikirkan sesuatu loh. Apakah tuan cinta kepada seseorang wanita spesial lagi?" pak Kono berani bertanya kembali dengan Ryan yang bertingkah laku aneh.
"Hmmmmm... sebenernya ini benar-benar wanita yang sangat-sangat spesial bagi saya. Baru saya menatapnya sebentar, saya sudah jatuh cinta padanya," wajah Ryan terlihat sedikit memerah karena harus mengatakan yang sebenarnya.
"Wih cinta pada pandangan pertama nih tuan Ryan. Langsung aja dilamar, nanti ditikung lagi sama pria," pak Kono berusul.
"Belum berani pak, masih proses mendekati. Kini saya harus benar-benar memilih wanita yang akan menjadi teman hidup saya selamanya," jawab Ryan dengan penuh kewibawaannya.
"Setuju tuan. Lebih baik jangan terburu-buru tapi benar dibandingkan terburu-buru tapi hasilnya menyakitkan," jawab pak Kono.
"Iya..Ya sudah pak, bawa mobil nya sedikit cepat ya karena habis ini saya ingin bertemu dengan rekan saya," ujar Ryan.
Pak Kono hanya mengangguk-angguk kepalanya. Iapun mulai menambah laju kecepatan mobil supaya cepat sampai di kediaman rumah Ryan.
***
Dua puluh menit kemudian...
Tin..Tin...Tin...
Suara klakson mobil terdengar keras. Namun saja tetap tidak ada yang membukakan pintu gerbang rumah Ryan.
"Kok gak ada yang buka pintu gerbang ya pak?" tanya Ryan heran.
"Tidak tahu deh, biasanya di pos juga terlihat pak Dono sedang menonton acara televisi disana tapi kok sekarang saya tidak melihat dia," jawab pak Kono.
"Saya turun sebentar deh, mengecek keadaan didalam," Ryan membuka pintu mobilnya.
Namun pak Kono mencegat Ryan turun dan mengusulkan kepada Ryan untuk tunggu saja didalam mobil sedangkan dia yang turun. Ryan mengikuti ucapan pak Kono.
Setelah itu pak Kono turun dan berteriak memanggil orang yang ada didalam untuk membuka pintu gerbang. Biasanya pintu gerbang tidak terkunci namun kenapa saat ini terkunci? pak Kono benar-benar heran dengan kejadian hari ini.
Ryan menunggu pak Kono terlalu lama baginya didalam mobil. Iapun memutuskan untuk turun dan menemui pak Kono.
"Gimana jadinya?" tanya Ryan sambil mendekati pak Kono.
"Tidak ada reaksi sedikitpun dari dalam tuan," jawab pak Kono sambil mengelap keringatnya.
"Sepertinya ada yang tidak beres didalam," Ryan mendekati pintu gerbang rumahnya. Ia memegangi gerbang dengan kedua tangannya. Sepertinya dia ingin berniat untuk memanjat pagar gerbang.
Gelagat Ryan semakin aneh. Pak Dono mendekati Ryan lalu menahan Ryan yang sudah menyiapkan kakinya untuk memanjat pagar.
"Tuan Ryan mau ngapain?" tanya pak Kono sambil memegangi tangan kanan Ryan.
"Saya mau manjat pagar pak, ingin mengecek keadaan didalam," jawab Ryan semakin bersiap untuk memanjat.
"Tapikan tuan belum pernah sekalipun memanjat, kalau sampai orang tua tuan tahu terus sampai tuan kenapa-kenapa, pasti saya disalahkan," ujar pak Kono mulai khawatir.
"Tenang pak, bapak tidak akan terlibat kok. Bapak tunggu situ ya," Ryan memanjat gerbang pagar rumahnya yang lumayan tinggi.
Pak Kono sedikit khawatir namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Ryan sudah memanjat lumayan tinggi.
Kini Ryan sampai di ujung gerbang pagarnya. Ia melihat kebawah terlebih dahulu sebelum meloncat.
Berbekal niat dan keberanian, Ryan berhasil melompat pagar dengan keadaan selamat. Ia langsung berlari masuk kedalam rumahnya dan melihat apa yang terjadi.
"Ada apa ini?" tanya Ryan sambil berdiri didepan pintu.
Betapa terkejutnya ia saat mendapati kediamannya yang sangat berantakan seperti kapal pecah. Semua ART yang sedang sibuk membersihkan rumah, menyadari adanya Ryan yang datang.
Mereka semua merasa khawatir karena takut Ryan murka lalu memecat mereka semua. Apalagi Ryan tampak sedang lelah, pasti dia dalam keadaan mood yang kurang bagus.
"kenapa rumah saya seperti kapal pecah?" Ryan masuk kedalam rumahnya yang berantakan.
"Ma..maaf pak. Kami baru membersihkan rumah bapak yang berantakan," jawab bu Mun sambil menundukkan kepalanya.
"Iya, tapi kenapa rumah saya bisa seperti kapal pecah begini?" tanya Ryan kebingungan.
"Ini sebenarnya bukan salah bu Mun atau ART lainnya. Tapi ini salah nya tuan Yuan karena kemarin malam ia memakai kediaman pak Ryan untuk tempat pesta minum bir. Kami tidak bisa menahannya karena kami takut dipecat," celetuk Mira (anak dari bu Mun yang bekerja sebagai ART juga disana).
"Jadi ini kerjaan kak Yuan? dia memang kakak yang menyusahkan. Ya sudah kalian kembali bekerja ya, saya mau hubungi kakak saya dulu. Kalau sudah, saya akan membantu kalian bekerja.