Arman yang tak mampu bersuara, mungkin dia kaget melihat keadaanku sekarang yang seperti ini, ia menatapku juga tubuh ini, entah apa yang ada dibenaknya, yang aku tahu segala cara untuk bersatu dengannya meskipun dengan cara ini, aku tahu ini cara yang terburuk.
Arman menunduk dan membungkukkan tubuhnya (seketika jantungku berdegup kencang, dia mau apa?) sebab ini kali pertama aku menyodorkan tubuhku ini bulat-bulat untuk dia, selama ini kami benar-benar berpacaran dengan aliran garis lurus,
ternyata dia menunduk untuk memungut selimut itu lalu dibalutkannya ke tubuhku lagi, sambil menggeleng dan memejamkan mata, tanpa berkata-kata memberi respon padaku, aku faham dia menolak ajakanku, aku malu dan menangis, dipeluknyalah aku, dikecupnya pipi ini, hanya itu.
Aku tak mau mengalah dengan keadaan, kesempatan ini tak akan datang lagi, kubalas pelukan dia, toh aku tak memakai apapun, jadi pasti tubuh Arman tersentuh ganjalan-ganjalan tubuh ini jika kupepet dia, dia tak akan mungkin menolakku lagi, lelaki mana yang akan tahan dengan godaan semacam ini, apalagi berduaan dengan gadis yang dicintai, aku eratkan pelukanku, agar semakin erat dan menyatu satu sama lain, berbatas selembar selimut saja, aku merasakan detak jantungnya, kurasa nafas dia sudah tidak beraturan lagi, dia harus menghamiliku sekarang juga, lalu kami harus menikah,
Arman berusaha melepas pelukanku, namun kususul dengan segera kuraih baju dia, dengan urut mulai aku membuka kancing bajunya satu persatu dari atas sampai bawah, sambil aku kecupi leher jenjang berjakun itu, serta aku kecup telinganya dengan mesra, aku raba-raba tubuh wanginya dan kusentuh kulit badannya, aku mainkan jemariku agar dia merasa geli dan terbawa suasana yang aku ciptakan, degupan jantung Arman aku rasakan semakin kuat dan semakin kencang, kulit arinya juga mulai menghangat dalam dekapan, aku sendiri pun merasakan darah dalam urat nadiku berdesir deras, nafasku turut menggebu-gebu. Sungguh aku tak pernah begini sebelumnya, pukulan dan keadaan yang menghimpitkulah yang menyebabkan aku jadi berani dan menjadi binal untuk saat sekarang ini.
"Jamahlah tubuh ini, sebelum orang itu menjamahku" bisikku ditelinganya sambil aku sentuh-sentuhkan bibirku di area itu dengan sengaja, dalam posisi yang masih berpelukan aku berusaha melepaskan selimut itu lagi, karena aku yakin dia tak akan dapat mundur dari gairah yang aku kobarkan, selimut itu terjatuh, seketika dia mengecup leherku, perlahan seluruh bagian leher tak terlewatkan olehnya tanpa jeda, sehingga mendongak-dongak aku dibuatnya tak berdaya, lelakiku berhasil terbawa dan memanas bersamaku,
secara perlahan dia menggiringku dan menggeser posisi kami ke atas ranjangnya yang telah dirapikan tadi, lalu direbahkannya tubuh ini dengan terlentang, Arman bersiap menindihku, tangan Arman yang cukup kekar itu mengangkat satu kakiku di ciumnya dan di elus-elus dari ujung jari kaki sampai pahaku,
"aaarghhhh..." sentuhannya membuat kedua dadaku mengencang dan menyembul, nafas kami saling memburu dan terdengar tersengal-sengal, bibirku yang mendesah menganga juga tak luput untuk dicium dan dikulumnya, setelah itu dia terus mencerup dan mencucup leher ini lalu sampailah di area dadaku, bukit kembar ini diremas-remasnya dengan kaku, meskipun dia masih berbalut celana panjang, aku sudah bisa merasakan si jagoan sedang menegang, seandainya kami hanya berdua di rumah ini, ingin aku berteriak mendesah lebih keras karena merasakan kenikmatan pemanasan dengannya ini, aku menjambak rambut Arman sembari membenamkan dia di dadaku,
disela-sela ciuman yang terus memberondong tubuhku, tanganku berusaha meraih celana dan kancing celananya, ingin aku buka dengan segera, namun ...
tiba-tiba Arman menghentikan aktivitasnya, nafas tak beraturan dan keringat mengucur di sekujur tubuh serta wajahnya, dia menggelengkan kepala lagi kepadaku, lalu dia ambrukkan tubuhnya, sehingga menimpa tubuhku.. Ah.. beratnya,
"kita tidak boleh melakukan ini sayang" ucapnya serak ngos-ngosan, "aku sudah berjanji untuk menjagamu dan tak ingin merusakmu."
"janji itu sudah batal saat ayahku mengingkari janjinya kepadamu, jika ingin kita bersatu, hanya ini caranya.
entah tiba-tiba aku mendengar dia sesenggukan, "aku inginkan dirimu Nez, tapi bukan begini caranya, aku juga sudah berjanji dengan ibumu semalam, untuk menjagamu, ibu sudah khawatir kalau kita macam-macam, pagi ini aku akan memulangkanmu, aku tak bisa merenggut kesucianmu." terangnya seraya mengusap keringatnya itu
"hanya itu alasannya? dosa ini kalau memang terjadi, biar ditanggung ayahku, jangan takut dan merasa bersalah, kita seperti ini gara-gara keputusannya, kita ingin menghindari hal yang tidak-tidak dengan segera menikah, tapi tak mendapat restu, maka biarlah terjadi semua ini aku rela rusak bersamamu asal kita
bersatu" sahutku seiring dengan menangisku.
Arman ... apa yang sedang kau tahan ? aku sudah merasa basah.
Arman bangkit dari posisi yang tadinya menindihku dan sekarang duduk diranjang itu.
"tidak Nez, kita tidak boleh, ini terlarang, lagi ... aku ada dua adik perempuan, aku tak ingin adikku juga dirusak oleh laki-laki maka aku harus hati-hati, sekarang ayo kita siap-siap sebelum ibuku pulang, kita mandi dulu dan siap menuju Surabaya." sekali lagi dia membujukku dan melayangkan ciuman di bibirku lagi, dia ambilkan aku bajunya "pakailah ini dulu, kalau adikku tahu kamu hanya pakai selimut, apa yang dia pikirkan nanti, sekali lagi maafkan aku sayang, cara yang salah akan berakibat fatal untuk masa depanmu, masa depan kita" pesannya dan segera menggandengku keluar kamarnya.
"Arman? emang ada cara lain? kan enggak ada? Kamu enggak berupaya untuk mempertahankan aku? Tolongin aku Arman, aku harus bagaimana? Aku akan dinikahkan dengan orang lain aku tidak mau! katanya kamu sayang aku, kok enggak ada tindakan apa-apa?" tangisku semakin pecah, tanpa aba-aba aku langsung tabrakkan diriku lagi dalam pelukannya,
"Inez kau tak bisa lihat? aku juga hancur Nez, kenapa aku sekarang disini? Aku butuh kekuatan dari keluargaku, tapi lelaki tak akan sama dengan perempuan, tangisannya bukan meraung-raung seperti itu, kalau kamu tahu jawabanku, andai tak punya iman lelaki akan bisa bunuh diri seketika saat hancur hatinya, tapi kan itu tidak mungkin aku lakukan?" jelasnya dengan kepedihan yang tersirat dari guratan wajahnya.
"Kalau sudah Ayahmu yang tidak merestui tidak ada yang bisa kita lakukan Inez, kawin lari? apalagi menghamilimu? aku mau saja, tapi ada Laknat dan dosa disana, sungguh kita tidak mencari itu kan? bagaimana bisa kita lanjutkan kehidupan kita jika semua sudah berantakan dan hancur Nez?" bantahnya memberi pengertian kepadaku.
Sungguh aku kalut tak menentu, jika memang cara ini tidak bisa kita tempuh, cara apa lagi yang bisa kita pilih, bagiku semua buntu. apa yang harus aku lakukan setelah ini, Arman menolak caraku untuk menghentikan perjodohan ini. aku tak mau berpisah darinya juga tak akan mampu menjalani hidupku bersama lelaki lain.