Hasuri sudah berada di depan gedung restoran Nining, dan kemudian Nining membuka pintu nya karena sedari tadi Hasuri menggedor-gedor pintu resto nya.
"Kamu" ucap Nining
"Pemilik gedung." Hasuri menjawab dengan mata menatap Nining.
Nining hanya diam bengong karena kaget dan langsung mempersilahkan masuk kepada Hasuri.
Hasuri di dampingi sekertarisnya Alam duduk di meja pelanggan disitu sudah berhadapan Nining dan nenek nya Lina.
"Apa? Pemilih gedung? Omong kosong apa itu?" teriak Lina yang tidak percaya dengan perkataan Hasuri barusan.
"Jadi di sini, seperti yang kamu lihat pada kontrak pembelian. Mulai tanggal 18 Juni 2018. Bangunan dan kepemilikian tanah ini sekarang di bawah Direktur Hasuri di sini." Ucap Alam sambil menunjukan sertifikat kepemilikan gedung restoran yang di kelola Lina.
"Yah, aku pemilik tempat ini. Ada apa dengan kontrak pembelian dan registrasi? Aku tidak pernah menjual tempat ini." Ucap Lina sambil menepis sertifikat yang di tunjukan Alam.
Mendengar hal teresebut Alam pun tertawa sedangkan Hasuri hanya diam dan tersenyum saja tanpa berbicara apapun.
"Nenek, aku pikir mungkin kamu keliru tentang sesuatu. Sekarang, tolong lihat di sini. Seperti yang kamu lihat di registri, pemilik bangunan dan tanah ini bukan kamu, nenek, tapi tuan Yusron ke Tuan Akhdi." Alam menjelaskan secara perlahan kepada Lina.
"Jadi tuan Yusron adalah cucu dari Akhdi, dan Yusron biasa menjalankan tugas di tempat kami. Jadi dia adalah pelayan kami." Ucap Lina yang tidak kalah menjawab pertanyaan Alam.
Irma dengan terburu-buru turun dari lantai dua dengan membawa sesuatu berteriak
"Kakak.. kakak.. di sini, kak!" Irma sambil menunjukan sebuah kotak yang sudah lapuk.
"Apa gunannya semua bicara sepanjang hari? Ketika kita memiliki kontrak definitif di sini! Kata-kata tidak berguna dengan manusia. Mereka perlu menuliskannya dengan kata-kata dan memberi cap di atasnya." Ucap Irma dengan semangat membuka kotak dan mengambil secarik kertas yang ada di dalam nya.
Namun, kertas yang di bukannya ternyata sudah sobek dan banyak berlubang.
Mata Lina dan Irma sontak terkejut melihat dokument yang menjadi kunci atas pertikaian ini pun ternyata sudah rusak parah dan tidak bisa di jadikan sebagai landasan hukum yang kuat.
"Apa?" ucap Lina yang kaget melihat dokument tersebut.
"Mengapa ini dalam bentuk seperti ini, kak?" Irma bertanya kepada Lina yang sama terkejut.
"Jika kita tidak memiliki kontrak, kita bisa memanggil saksi. Cepat panggil Yusron. Kenapa, kakek tua itu! Aku hanya akan." Ucapan Lina berhenti karena Alam menjelaskan bahwa orang yang di maksud sudah tidak ada.
"Tiga tahun lalu, dia meninggal." Ucap Alam
Sontak Lina dan Irma bengong dan ekspresi wajah mereka pun sangat terkejut mendengar ucapan Alam
"Apa?" ucap kedua Nenek ini secara bersamaan.
Hasuri hanya diam sajah dan tidak ikut berkomentar apapun, karena dia sudah mempercayakan semuanya kepada Alam untuk mengurus hal ini, dia hanya menyaksikan ketiga perempuan itu saja yang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya
Nining pun yang juga dari tadi diam akhirnya mulai angkat bicara.
"Apa? Lalu kontrak dan saksi hilang? Bagaimana kita bisa menunjukkaan bahwa tempat ini adalah kita." Ucap Nining dengan matanya mengarah ke Hasuri lalu ke nenek nya.
"Aku akan memberi kamu dua minggu. Tolong, kosongkan gedung saat itu." Ucap Hasuri dengan tegas dan berwibawa.
Lina hanya diam dan semakin tidak bisa berkata apapun atas perkataan Hasuri ini.
"Kartu namaku. Tolong hubungi." Ucap Alam sambil menunjukan kartu namanya kepada Lina
"Apa.. kapan?" perkataan Lina terpata-pata mendengarnya.
Nining hanya diam dan matanya menatap Hasuri dengan tatapan yang banyak pertanyaan.
Pembicaraan mereka pun akhirnya usai, Alam kemudian buru-buru keluar untuk membuka pintu resto dan Hasuri berjalan keluar. Kemudian Nining sambil berlari kecil mengejar mereka berdua.
"Hei. Tunggu, bagaimana bisa kamu pergi begitu saja?" Ucap Nining di hadapan Hasuri
"Kamu punya lebih banyak untuk dikatakan?" tanya Hasuri
"Lowongan mulai dua minggu? Apa maksudmu?" Nining bertanya lagi.
"Kemudian kamu berencana melakukan bisnis yang tidak sah?" ucap Hasuri menegaskan
"Tidak sah? Toko ini adalah toko kami.
Nenekku bekerja keras dalam darah dan keringat di sini selama lima puluh tahun." Nining berkata sambil memohon kepada Hasuri.
"Apa yang harus dilakukan? Aku membeli gedung ini setelah menyimpan uang melalui darah dan keringat juga." Ucap Hasuri dengan wajah datar.
"Kamu melakukan ini karena apa yang terjadi terkahir kali, kan?" tanya Nining kembali
"Terakhir kali?" jawab Hasuri biasa
"Jangan Pura-pura bodoh saat tahu." Ucap Nining.
Hasuri lalu terdiam dan melamun, ia teringat saat Nining membantingnya pada suatu minimarket dan Nining berkata di hadapannya 'itu bukan ekspresi yang tepat, kan? Akulah yang lebih tercengang.' Kemudian Hasuri juga mengingat Nining pernah menyiram dirinya yang sedang berdiri di depan restorannya pada waktu lalu.
"Bajingan gila apa di dunia ini akan membeli gedung dan mengusir penyewa itu? Apakah itu sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang dengan pemikiran yang benar? Jika kamu ingin melanjutkan bisnis kamu, maka lakukan dengan benar membayar sewa. Tanpa sewa, setidaknya cobalah memohon pada lutut kamu meminta aku untuk menyelamatakan kamu." Ucap Hasuri menjelaskan maksud dari dirinya membeli gedung restorannya.
"Apa? Di atas lututku?" Nining berucap sambil memandang wajah Hasuri dengan tatapan penuh amarah.
"Itu bukan ekspresi yang tepat, kan? Akulah yang lebih tercengang." Ucap Hasuri membalikan kata-kata Nining dan langsung melangkah untuk memasuki mobilnya.
Irma dan Lina berlarian keluar dari resto menyaksikan perakapan Nining dan Hasuri yang berada di luar..
"Berapa harganya? Berapa sewa kecil itu?" ucap Nining seakan menantang Hasuri.
Hasuri yang akan masuk mobil kemudian terhenti, dan memutar tubuhnya menghadap Nining
"Setoran 100 juta dan bulanan 2 juta." Ucap Hasuri.
Sontak semua yang mendengarkan tercengang
"Apa?! Deposit 100 juta dan setoran 2 juta perbulan." Ucap Lina dan Irma secara serentak dengan ekspresi kaget.
Mobil yang di kemudikan Alam dan Hasuri yang berada di kursi berlakang pun berjalan pergi meninggalkan ketiga wanita di restoran tersebut. Hasuri melihat mereka bertiga dari kaca sepion terlihat ekspresi wajahnya sangat bingung dan penuh tekanan.
Nining, Irma dan Lina hanya berdiri mengamati kepergian mobil Hasuri dan Alam sampai hilang pada sebuah belokan jalan.
Di dalam mobil Alam yang sedang menyetir melihat ekspresi wajah Hasuri dari spion tengah dan memberanikan diri untuk bertanya.
"Kenapa kamu melakukan ini? Mengapa kamu meminta 100 juta dalam deposit dan 2 juta setiap bulan?" tanya Alam kepada Bosnya yang duduk di bangku belakang.
"Aku sudah memberitahumu. Jika aku tidak menyelesaikan ini, aku tidak akan bisa melangkah maju dari dua puluh lima tahun yang lalu." Ucap Hasuri dengan wajahnya melihat ke luar jalanan.
"Apakah kamu benar-benar berpikir ada hubungan antara insiden kamu dua puluh lima tahun yang lalu dan tempat ini? Dengan nenek itu dan dengan gadis yang mungkin tidak bisa mengingat waktu itu?" Alam kembali bertanya panjang lebar.
"Itu tidak mustahil." Ucap Hasuri dengan wajah data dan matanya melihat keluar jendela mobil.
"Mereka terlihat seperti nenek-nenek biasa. Mereka ditipu dari seseorang yang mereka kenal." Ucap Alam sambil fokus menyetir.
"Apakah kamu percaya kata-kata itu, Sekertaris Alam?" Mata Hasuri kemudian melihat Alam.
"Apakah kamu melihatnya sebagai kebohongan?" Alam membalikan pertanyaan.
"Siapa yang tahu hal mengerikan apa yang mereka lakukan dengan ekspresi polos mereka?" ucap Hasuri dengan mata menatap sesuatu dan terkesan menggambarkan suatu kejadian.
"Kamu percaya apa yang kamu lihat adalah segalanya, bukan?" Hasuri bertanya seperti melamun.
Alam hanya bisa melihat Bosnya dari spion tanpa berkata, dan dilihat ekspresi wajahnya tengah menyimpan sesuatu
"Tapi benarkah seperti itu?" Hasuri menambahkan.
******