Chereads / CINTA SEORANG PENYIHIR / Chapter 15 - PEKERJA PARUH WAKTU

Chapter 15 - PEKERJA PARUH WAKTU

Sebuah westafel penuh dengan olahan daging kaki sapi yang sudah matang dan sangat menggugah selera makan, kedua tangan pria sedang memotong-motong daging itu dan di taruh pada sebuah piring kecil untuk di sajikan kepada pelanggan yang sudah memesan dari tadi.

"Daging sapi siap" ucap Muktilah

"Terima kasih" ucap salah satu pelanggan pria

"Apakah kamu membutuhkan yang lain?" tawar Muktilah.

"aku akan menelpon kamu ketika aku membutuhkan sesuatu yang lain."ucap balik pelanggan

"Baiklah, nikmati makananmu!" ucap Muktilah sambil memberikan senyum kepada pelanggannya.

Rupanya Muktilah sekarang bekerja paruh waktu di resto milik Nunung.

"Totalnya 400 ribu rupiah" ucap Nunung kepada pelanggan sebelah yang menanyakan bonnya.

"Baik! Aku memberimu sebotol soju gratis, mba" ucap Nunung kepada pelanggan yang sedang membayar.

"Terima kasih atas makannanya!" ucap pelanggan yang segera keluar dari resto.

"Selamat malam!" Ucap Nunung sambil melambaikan tangannya.

"Terima kasih sudah datang dan Selamat malam! Selamat malam! Eh bos!" ucap Muktilah.

"Permisi!" ucap Nunung yang sekarang menjadi bosnya

"Aku akan mengurusnya." Mukti sambil menarik piring yang akan di bereskan Nunung.

"Baiklah, satu botol soju!" ucap Nunung sambil melangkah menuju kulkas,

Belum sempat piring di bereskan, Mukti ikut melangkah mengambil soju yang barusan di ambil dan di serahkan kepada pelanggan yang meminta tadi.

Nunung hanya tersenyum melihat kinerja Mukti yang sangat cekatan.

"Soju ada di sini!" ucap Mukti sambil menyerahkan satu botol soju kepada pelanggan lainnya. Nunung hanya tersenyum-senyum melihat pelayanan Mukti.

"Aku belum melihat kamu sebelumnya." Tanya pelanggan yang menerima botol soju.

"Ah, hari ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai pekerja paruh waktu." Muktilah menjelaskan dengan ramah.

"Senang bertemu denganmu" ucap pelanggan itu.

"Terima kasih. Apakah kamu membutuhkan yang lain?" ucap Mukti sambil tersenyum manis.

"Aku akan menelpon kamu jika aku membutuhkan yang lain." Ucap pelanggannya lagi.

"Oke terima kasih. Nikmati!" ucap Mukti.

Nunung berdiri di belakang nya, memperhatikan Mukti yang sangat ramah dan penuh senyum dalam melayani para pelanggannya.

Setelah resto tutup dan meja makan semua kosong dari para pelanggan, Nunung sedang asik menghitung pendapatannya. Sedangkan Mukti sudah selesai merapihkan westafel tempat ia tadi bekerja, kemudian, mukti berjalan menghampiri Nunung di meja dan melepaskan celemek hitamnya. Nunung tersenyum melihat Mukti yang menghampirinya

"Terima kasih banyak untuk hari ini. Kamu dapat beristirahat sekarang." Ucap Nunung.

Mukti hanya diam sambil matanya melihat beberapa tumpukan uang kertas yang di jejer di atas meja, kemudian Muktilah duduk di hdapan Nunung.

"Tidak masalah. Bos, kamu terluka. Aku akan membersihkan jendela sebelum aku pergi." Ucap Mukti.

"Kamu benar-benar akan melakukannya?" Nunung bertanya keseriusannya.

"Tentu saja." Jawab Mukti

"Tapi, bagaimana kamu bisa bekerja dengan baik? Sudahkah kamu melakukan pekerjaan semacam ini sebelumnya?" tanya Nunung.

"Aku telah melakukan hampir semua jenis pekerjaan paruh waktu sejak aku masih di sekolah menengah. Aku dulu bekerja di restoran kaki sapi juga." Mukti mejelaskan.

"Pantas. Besok, bawa formulir pendaftaran untuk pembayaran angsuran dan asuransi. Bawalah semua yang kamu miliki!" Nunung mulai simpati

"Maaf?" tanya Mukti yang belum paham maksud Nunung.

"Itu karena aku bersyukur. Aku seorang wanita yang tidak bisa hidup berhutang budi." Nunung menjelaskan maksudnya.

"ti-tidak, aku benar-benar tidak datang ke sini mengharapkan itu." Ucap Mukti menolak tawaran Nunung.

"Aku tahu aku tahu. Itu karena aku membutuhkannya. Aku tidak punya suami dan tidak punya anak jadi, uanglah yang bisa aku percayai. Bawa mereka besok, baiklah." Ucap Nunung memaksa.

"Terima kasih!" ucap Muktilah

Pukul menunjukan 11.40 Wib, Handphone muktilah menerima sebuah pesan sms, Mukti tidak memperdulikan itu, tapi mata Nunung melihat handphone Mukti menyala.

"By the way, kamu terus menerima pesan sejak tadi. Kebetulan, apakah itu pacar kamu?" tanya Nunung.

Mendengar pertanyaan Nunung, Muktilah menjadi gugup dan tangannya kemudian meraih handphone nya dan menggeserkannya. Muktilah gerogi hingga dia menelan ludahnya. Tetapi Nunung hanya tersenyum melihat tingkah Mukti.

**

Bulan tertutup awan gelap, lampu-lampu rumah menghiasi gedung tempat tinggal Nining yang terlihat seram jika malam hari walapun banyak berjejeran lampu-lampu jalan namun kesan mistis masih kental terasa pada gedung tersebut.

Di dalam kamar Lina dan Irma sedang tiduran di atas materas yang hangat.

"Kakak, Nining tampak seperti itu sebelumnya. Dia akan baik-baik saja, kan?" Irma beratanya kepada Lina sambil rebahan yang saling berhadapan.

"Jika dia tidak bisa menegakkan kepalanya, dia akan berakhir seperti ibunya." Ucap Lina.

Mendengar jawaban kakanya, Irma sedikit bangun dari tempat tidurnya.

"Kak bagaimana kamu bisa mengucapkan kata-kata kejam seperti itu? Bagaimana jika Nining mendengar?" ucap Irma kemudian rebahan kembali dengan posisi terlentang.

Lina tidak menjawab apa yang di katakan Irma, dirinya hanya menghela napas dan memejamkan mata.

Nining masih berdiri di hadapan jendela kamarnya, sambil melihat-lihat pesan yang dikirim dirinya kepada muktilah namun belum ada jawaban dari Muktilah, rasa kesal menyelimuti Nining, ia mencoba mengetik pesan kembali, namun di hapusnya karena kesal, sebab pesan sedari tadi belum di balas Muktilah. Nining hanya memandangi jendela sambil wajahnya tampak sedih.

Pagi pun berubah menjadi siang, cuaca cerah menyinari alam dunia ini dengan cahay matahari yang penuh dengan spirit. Hasuri sudah duduk di meja kerjanya, di tangannya sudah ada sebuah dokument untuk di tanda tangani, Alam dengan posisi sigap berdiri di hadapannya. Kemudian Hasuri bertanya.

"Apakah kamu memeriksanya?" ucap Hasuri sambil melihat Alam yang berdiri tegap.

"Maaf? Ah, kasus orang hilang di dekat restoran sup nasi di hari hujan?" jawab Alam dengan ciri khasnya yang bawel.

"Apakah kamu menemukan sesuatu?" Hasuri bertanya kembali.

"Aku telah melihat ke kantor polisi dan rumah sakit di dekat daerah itu tetapi tidak banyak." Ucap Alam.

"Apakah kamu yakin kamu menyelidikinya dengan benar?" tanya Hasuri lagi.

Alam menarik napas sambil berpikir

"Ini bukan kasus orang hilang." Ucapnya

"Mengapa? Apakah mereka menemukan mayat?" Ucap Hasuri semakin penasaran.

"Tidak, bukan itu! Sepertinya pemilik toko ayam terdekat mencuri sejumlah dana dan lari ke China pada hari hujan itu." Alam menjelasakan.

"Cina?" Hasuri heran.

"Mobilnya ditemukan di sekitar bandara aku berasumsi dia pergi ke tiongkok." Ucap Alam.

"Jadi hanya mobil yang ditemukan dan bukan orangnya," Hasuri berkata seperti melamun.

Dokument yang di serahkan oleh Alam sudah di tanda tangani, kemudian Alam menyerahkan sebuah berkas lain yang isinya adalah sebuah komik tentang kehidupan penyihir, Hasuri pun memeriksanya.

"Aku mengatakan kepada kamu untuk menulis ulang cerita selama pertemuan terakhir, bukan?" ucap Hasuri

"Penulisnya tidak ada di Indonesia sekarang." Jawab Alam.

"Apa?" Hasuri heran,.

"Dia berlibur ke Myanmar untuk menyusun produknya atau apa pun." Alam menjelasakan.

Mendengar penjelasan itu, Hasuri hanya menghela napas.

********