Chereads / CINTA SEORANG PENYIHIR / Chapter 17 - HILANG SATU TUMBUH SERIBU

Chapter 17 - HILANG SATU TUMBUH SERIBU

Malam pun tiba, Alam fokus menyetir dan Hasuri seperti biasa duduk di belakang dengan tatapan yang penuh banyak tanya. Kemudian Alam mulai mengajak bicara bosnya.

"Kamu tahu penulis webtoon yang aku ceritakan sebelumnya? Orang yang pergi berlibur ke Myanmar. Dia kembali ke indonesia. Aku mengatakan kepadanya untuk menulis ulang sesegera mungkin sehingga produk jadi harus segera keluar." Ucap Alam sambil menyetir.

Mendengar hal itu, Hasuri hanya diam dan menghela napas, pandangannya di alihkan ke jendela dan tidak merespon perkataan Alam.

Mobil pun terhenti, karena di depan mereka tanda trafik light menunjukan warna merah.

"Aku mendengar bahwa penulis tinggal di suatu tempat di daerah ini. Jika kita hanya pergi sedikit lebih jauh, ini adalah restoran sup nasi. Aku lapar haruskah kita mampir? Ah... jam ajaib 6 jam. Restoran itu tutup jam 6 sore." Ucap Alam sambil menancam gas.

Hasuri melihat ke luar dari jendela mobilnya, Nining yang sedang murung lewat di hadapannya. Namun, Hasuri tidak merespon apapun hanya diam dan memperhatikan gadis itu melangkah dengan raut wajah yang sedih. Sontak Hasuri hanya melamun, ketika mobil sudah melaju, Hasuri sadar dari lamunannya dan memerintahkan Alam untuk menghentikan mobilnya.

"Hentikan mobilnya," ucap Hasuri dengan tiba-tiba

"Maaf?" ucap Alam bengong.

"Hentikan mobilnya!" Hasuri berteriak

Setelah lewat persimpangan mobil yang di kendarai Alam pun berhenti, dan Hasuri langsung bergegas keluar dari mobil dan bergegas berlari.

"Direktur" panggil Alam.

Tetapi Hasuri tidak menjawab panggilan Alam dan terus berlari meninggalkan dirinya.

"Kemana kamu pergi?!" teriak Alam karena Hasuri sudah berlari menjauh.

Hasuri berlarian seperti mengejar sesuatu, dia terus berlarian dan kemudian Ia melihat Nining sedang duduk di depan sebuah minimarket sambil mabuk. Melihat hal itu, kemudian Hasuri melangkah menemui Nining yang duduk sendiri.

Nining yang sedang melamun sambil meminum sesuatu minuman yang keras kemudian melirik ke arah Hasuri yang ada di hadapannya.

"Ini 100 juta dan 2 juta sewa bulanan!" ucap Nining sambil menjulurkan sebuah sosis panggang sambil tersenyum.

"Sepertinya kamu cukup mabuk. Kamu harus pergi sekarang." Ucap Hasuri.

Mereka berdua dilihati oleh tiga orang berandalan, satu orang yang gemuk barusan keluar dari membeli cemilan pada sebuah minimarekt.

"Lingkungan ini sepertinya berbahaya." Mata Hasuri sambil melihat ketiga orang berandalan tadi.

"Tidak ada bahaya yang lebih berbahaya dari pada seseorang." Ucap Nining sambil kemudian tertunduk menangis seperti anak kecil.

Kemudian Hasuri ikut duduk di hadapan Nunung.

"Mengapa manusia itu seperti? Bagaimana bisa kata-kata mereka berbeda dari yang mereka rasakan? Kenapa mereka mengatakan mereka mencintaimu tetapi mereka tidak?" ucap Nining sambil menangis lagi.

Hasuri hanya bingung melihat tingkah Nining dan melirik ke kiri dan kanan, karena dilihatnya tidak ada orang.

"Ayo pergi. Baik?" ajak Hasuri.

"Manusia semua sama! Selalu melihat keluar. Menunggu untuk menusuk kita dari belakang! Komr juga juga sama, Muktilah juga sama! Ya, dan sekrang aku melihat kau manusia juga, kan? Kamu semua sama juga!" Nining memaki-maki sambil menunjuk Hasuri dengan wajah sedih.

Hasuri makin tidak memahami maksud Nining

"Maka kamu bukan manusia?" ucap Hasuri membalikan kata-kata kepada Nining.

Nining kemudian melirik ke belakang, dan berdiri kemudian wajahnya di hadapkan ke wajah Hasuri sambil telunjuk jarinya memegang bibirnya menandakan untuk tidak berisik. Kedua mata mereka akhirnya saling bertemu.

"sssttttt.... bagaimana jika seseorang mendengar kamu!" Ucap Nining di hadapan Hasuri.

"Apa" tanya Hasuri makin bingung.

"Bahwa aku seorang penyihir." Ucap Nining yang berbisik.

Hasuri mendengar ucapan Nining hanya diam dan kedua mata mereka sambil berpandangan. Hasuri melihat Nining seperti terkena sihir asmara yang sangat kuat.

Setelah Nining berkata kemudian dirinya duduk dan kursi yang di duduki nya terjungkal, Nining pun pingsan.

Melihat hal itu, Hasuri sontak kaget dan langsung berdiri melihat kondisi Nining yang sudah memejamkan mata karena pingsan akibat mabuk.

Hasuri dengan takut menyentuh Nining.

"Hey Bangun." Hasuri memanggil-manggil Nining namun tidak ada respon.

"Hei hei,, kamu pingsan? Kamu sedang tidur?" ucap Hasuri.

Lalu terdengar suara dengkuran keras dari mulut Nining, Hasuri pun kesal rupanya Nining bukan pingsan namun langsung tertidur dan ngorok.

Hasuri kemudian menarik napas, dan berkata

"Bahkan jangan memimpikannya! Tidak mungkin akun menggendongmu di punggungku seperti drama atau film. Aku pasti bukan seseorang yang meminjamkan punggungku. Aku tidak akan terlibat apakah kamu sudah mati." Ucap Hasuri.

Namun Nining mendengkur semakin keras dan tidak menjawab apapun.

"Aku pergi. Aku benar-benar pegi, kataku." Hasuri berucap namun hanya dengkuran yang di balasnya.

Di gedung 63-1, Lukman rupanya sudah sampai di tempat tinggalnya, ia keluar dari kamar mandi dan mengelap kepalanya dan menarik napas dalam-dalam.

Kemudian Lukman melangkah menuju sebuah kulkas kecil miliknya, di buka kulkas itu, tetapi tidak ada apapun di dalamnya hanya ada sisa makanan yang sudah basi, ia hanya mengambil sebuah botol air mineral.

"Tidak ada" gerutunya.

Lukman kemudian duduk di hadapan komputernya, kemudian ia memandang foto dirinya semasa kecil dengan ibunya, Lukman hanya tersenyum sendiri.

Di jalan yang gelap, Hasuri sedang berjalan dengan sempoyongan sambil menggendong Nining.

"Cahaya. Dia ringan." Hasuri berbicara sendiri sambil mengatur napasnya.

"Hei. Hei bangun. Aku benar-benar berpikir kita berada di jalan yang salah." Hasuri mencoba mengajak ngobrol Nining yang di gendong nya namun tidak ada jawaban,

"Aku yakin itu ada di sini di suatu tempat sekalipun. Kenapa gelap sekali disini?" ucap Hasuri yang merasa khawatir berjalan di kegelapan.

Setelah Hasuri berkata, kemudian lampu jalan yang semula mati, satu persatu dengan tiba-tiba menyala sendiri. Hasuri hanya memandang aneh keadaan sekiatar, dan bertanya kepada Nining.

"Apa?" namun Nining lagi-lagi tidak merespon, ia rupanya tidur pulang di pundaknya Hasuri.

Ketika selangkah berjalan lampu jalan menyala sendiri, keadaan sekitar yang semula gelap kini menjadi terang, karena semua lampu jalan menyala semua. Hasuri hanya diam kagum menyaksikan kejadian aneh itu.

******