Chereads / CINTA SEORANG PENYIHIR / Chapter 12 - KESULITAN DANA

Chapter 12 - KESULITAN DANA

Segelas air barusan Lina habiskan hingga gelasnya pun kering, dirinya meracu.

"Hah, 100 juga dalam setoran dan 2 juta setiap bulan? Kakek tua itu, aku harus ..." ucap Lina yang merasa sangat kesal dengan keadaan.

"Apakah dia adalah kakek tua atau kekek tua yang rusak, dia sudah mati. Apa yang akan kamu lakukan?" ucap Irma memotong perkataan Lina yang sedang kesal.

"Lalu ,, kenapa dia membuat kekacauan ini dan mati tanpa memberi tahu siapa pun?" ucap Lina dengan raut muka yang sangat sedih.

Nining mendengarnya hanya bisa menghela napas dan ikut berkomentar.

"Siapa yang mengomeliku untuk tidak mempercayai manusia sampai telingaku berdarah?" ucapan Nining menyindir neneknya.

Tanpa mengucapkan apapun sebuah teko di angkat Lina lalu di masukan ujung teko tersebut ke mulutnya dan minum sampai tersedak.

"Pak tua itu." Lina yang sangat kesal dengan mendiang Yusron.

"Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan sekarang, Kak? Bukankah kita akan ditendang keluar pada tingkat ini?" tanya Irma kepada Lina.

"Kamu gila? Apakah kamu pikir kita akan ditendang diam-diam seperti ini? Siapa kita?" ucap Lina dengan nada tinggi.

"Hiiiiih, betul. Kamu harus memiliki semacam solusi?" jawab Irma dengan bibir tersenyum.

"Larutan? Solusi apa yang ada di sana? Mari kita tidak memberi mereka sewa! Mereka dapat melakukan sebagai manusia? Berapa 100 juta? Kamu berada di bisnis ini selama lebih dari 50 tahun, kamu harus memiliki sekitar 100 juta, kan?" Nining bertanya kepada kedua neneknya.

"Astaga, tentu saja kita lakukan!" Jawab Irma dengan bibir sedikit mencu.

Namun Lina hanya diam saja matanya melihat ke atas menerawang untuk mencari solusi terbaik dari krisis keuangan mereka untuk dapat membayar sewa dari yang di tentukan Hasuri.

"Itu harus lebih dari 100 juta, itu pasti." Irma kembali menjelasakan maksud kepada Nining karena Lina hanya diam sajah dan bengong.

Mereka sudahi perbincangan tentang bagaimana mencari solusi, dan pada saat malam hari, Lina mencoba melihat simpanannya apakah dalam 50 tahun ia membuka restoran sup nasi mempunyai uangan simpanan, untuk digunakan di saat terdesak seperti ini?

"Kami tidak? Kami tidak? Bahkan tidak satu pun rupiah pun?" Nining dan Irma serentak bertanya kepada Lina yang sudah berada di atas kasur.

"Kami makan luawak, Steak, Wine, dan truffle. Apakah semua pikir aku memakannya sendiri? Kamu juga melakukannya." Ucap Lina yang matanya melihat Irma yang sudah melihat pakain tidur sambil makan, makanan serba mewah dan minum sebuah anggur yang sangat mahal.

"Berapa banyak kita makan, kak?" tanya Irma kepada Lina.

Lina dan Nining memperhatikan kelakuan Irma yang sedang menyediakan beberapa porsi daging. Namun Irma seolah hal itu biasa sajah dan menggerakan badannya menawari mereka berdua.

"Astaga, jangan khawatir. Aku punya rencana." Lina menyampaikan pendapatnya.

"Rencana macam apa, kak?" tanya Irma.

"Untuk saat ini, seperti manusia, kita harus mendapatkan pinjaman dan mengubah jam buka menjadi 24 jam dalam minggu, dan buka di akhir pekan juga. Kami akan tampil di acara gourmet dan siaran tv. Kami akan muncul di mana-mana. Kita harus meningkatkan harga sup-nasi. Kami akan menangani keluhan dan perubahan manusia. Dengan begitu, kita akan membuat sewa toko. " Lina menjelaskan rencananya secara detail. Dan Irma mendengarkan sambil masih asik makan dengan rakusnya. Sedangkan Nining menyimak semua keinginan Nenek Lina ini dan bertanya beberapa hal.

"Rencana macam apa itu?"

Wajah Lina yang awalnya melihat kelakuan Irma kini melihat ke arah wajah Nining yang bertanya.

"Lalu, bagimana kita berbeda dari manusia? Kami akan bekerja lembur, ada tugas khusus. Bagaimana kita berbeda dari manusia yang hanya bekerja?" ucap Nining yang sedikit protes.

Sebab Nining tahu jika hal-hal yang di usulkan oleh Lina, akan berdampak lebih ekstra lagi dia dalam mengirimkan pesanan pelanggan yang semua lokasinya jauh-jauh dan itu membuat Nining tidak dapat bersantai terlebih dahulu melakukan kencan dengan pacarnya.

"Ah ,,, itu." Ucap Lina yang terpotong karena maksudnya sudah di pahami oleh Nining.

Tangan Nining menutup mulutnya, karena Nining sadar maksud neneknya itu dan teriak histeris "Kemudian, fakta bahwa kita dapat menikmati hidup kita di malam hari, itu bukan sihir, bukan sewa toko?"

Lina hanya diam tanpa berkomentar lagi dan hanya mengangguk-angguk kecil.

Setelah selesai ngobrol dengan kedua neneknya Nining kemudian masuk ke kamar tidurnya dan langsung merebahkan tubuhnya secara terlentang. Matanya melihat ke atas plapon kamar tidurnya seperti berfikir tentang banyak hal.

Suara jendela kamar Nining seperti di lempar oleh krikil dari arah luar, Nining kemudian melirik ke arah asal suara. Lemparan kedua kemudian terdengar lagi, Nining kemudian bangun dari kasurnya dan memindahkan kursi riasnya untuk melihat ke luar jendela.

Ayang Beb. Nining pun tersenyum melihat pria di luar jendela sambil melambaikan wilayah.

Pria berpakaian serba hitam dan berdasi pun melambaikan ke arah Nining dan mengangkat tangan dari di atas kepala membentuk simpul cinta.

Nining hanya tersenyum dan berkata dengan bahasa isyarat.

'apakah aku turun untuk bertemu dengan mu disitu?' namun Pira itu mencegahnya dan tidak usah menemuinya, namun pria itu menunjukan sebuah Handphone yang masuk ke arah Nining, dengan maksud untuk komunikasi melalui Handphone saja. Dan Nining pun mengangguk paham.

Tik tik tik suara neda pesan masuk di Handphone nining yang berisi pesan.

'Aku datang karena aku ingin melihatmu.

Aku baik-baik saja sekarang karena melihatmu.

Kamu pasti lelah, jadi pergilah tidur.

Mari kita bertemu dalam mimpi kita.

Aku mencintaimu.

Nining membaca pesan pria itu sambil tersenyum kepadanya, lalu pira itu pun menunjukan simpul cinta dengan dua jarinya kepada Nining. Setelah itu pira itu menyuruh Nining untuk pergi tidur, namun menolaknya dan menyuruh balik prianya untuk pergi pulang. Tangan Nining kemudian memberikan kecupan kepada pria itu sambil berjalan dan Pria itu dengan lambaian tangan dadah.