Dengan memakai baju warna biru laut Hasuri sedang berlatik taekwondo dengan rekannya yang menggunakan baju putih.
Mereka fokus menarik baju satu sama lain untuk melakukan pembantingan di atas matras latihan taekwondo.
"Setelah aku membalikannya seperti ini, bagaimana dia bisa membalikkan aku lagi? Dia pasti seorang judo pro." Hasuri berkata sendiri setelah berhasil membanting lawannya yang memakai baju putih.
"Direktur!" Alam dari arah belakang memanggil Bosnya. Dan bergegeas berlarian kecil untuk menghadap.
"Jika kamu ingin pertemuan eksekutif sore ini, kita harus pergi sekarang." Ucap Alam.
"Okey" jawab Hasuri sambil menyalami rekan latihannya.
"Bagaimana rumah Sup Nasi? Apakah kamu mendapat panggilan?" tanya Hasuri kepada Alam.
"Seratus juta tidak akan didapat." Ucap Alam sambil bermuka masam.
**
Muktilah sudah duduk di meja kerja dengan muka yang tak bergairah, dia hanya diam membisu sambil melamun, tatapan mencerminkan banyak sekali masalah yang di hadapinya secara bertubi-tubi.
"Ini. Ini. Ini, ini! Kamu tidak melihat ini di sini?" teriak Nunung sudah berada di hadapan Muktilah yang masih melamun sambil menunjukan kemampuan.
"Gigitan nyamuk. Kamu tidak melihat? Aku digigit nyamuk. Aku! Ketika aku sedang mencoba mengambil uang dari ATM hari ini, aku pikir aku akan mati karena ensefalitis! Seberapa buruk manajemen kebersihan kamu untuk nyamuk terbang di dalam bank? Untuk nyata, di dalam ATM di mana uang sakral berada! Di bank tempat hidup kamu berisiko, bagaimana aku bisa mempercayai uang aku, yang lebih berharga dari hidup aku! " perkataan Nining dengan nada tinggi dan teriak di hadapan para pegawai bank termasuk juga Muktilah.
Rekan muktilah yang ada di belakang hanya menghela napas, sambil memegang kepala yang merasakan rasa pusing kenapa pelanggan datang kembali ke tempat mereka bekerja.
Dengan tidak bersemangat Muktilah kemudian mencoba menenangkan Nunung yang sedang teriak-teriak untuk mengeluarkan uangnya yang tersimpan di tabungannya.
"lalu. Ambil saja atau apalah .." ucap Muktillah yang sudah merasa frustasi.
"Apa? Apa katamu?" Nunung bertanya sambil melihat ekspresi wajah Muktillah yang biasanya tidak.
Kemudian rekan peria muktilah yang tadi duduk di belakang kemudian berdiri di samping Muktilah dan menjawab keluhan dari Nunung.
"Pelanggan aku yang buruk. Karena karyawan kami masih pekerja kontrak, dia perlu banyak perbaikan. Mengapa nyamuk sialan itu mengursirmu dan melakukan itu padamu? Aku akan minta maaf atas namanya, jadi tolong tenanglah .." ucap rekan Muktilah kepada Nunung.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Bangun dan minta maaf sudah!" Ucap rekannya memukul Muktilah yang sedang bengong sambil memarahinya.
"Kenapa gigitan nyamuk itu.?" Ucap Mukti sambil memandang memandang wajah rekannya yang sedang marah.
"Orang ini! Aku mengatakan sudah bangun dan meminta maaf" rekan Muktilah menarik paksa dan menyuruhnya meminta maaf dengan cara berlutut di hadapan Nunung.
"Permintaan maaf aku." Ucap Mukti yang sudah tak bergairah.
"Apa? Apa, apa, apa, apa ini sekarang? Kenapa kamu tiba-tiba berlutut?" ucap Nunung yang merasa iba dengan Muktilah.
Semua mata pada bank tersebut tertuju pada mereka.
"Apakah kamu membuat aku keluar untuk menjadi pelanggan yang kasar? Hah? Apakah aku terlihat seperti orang yang istimewa yang melecehkan secara tidak masuk akal? Hari ini, aku benar-benar tidak akan mentoleransi ini. Bawa keluar wakil presiden! Wakil presiden, wakil presiden!" Kepala cabang, kepala cabang. Bawa keluar kepala cabang. Persiapkan dirimu, apa yang kau pikir aku ... "Nunung semakin berteriak, semua pegawai Bank di situ mengerai Nunung agar bisa tenang, namun Nunung semakin berteriak-teriak dengan keras.
"Halo, kepala cabang. Aku tahu kamu di sana. Apakah maksudmu diam. Sini sini, aku di sini aku bilang."Ucap Nunung yang menjadi-jadi.
Rupanya sedari tadi Nining sudah berdiri di dalam Bank melihat Muktilah di perlakukan dengan kasar dan maki-maki oleh Nunung, tapi Nining hanya diam sambil memegang peta milik Muktilah yang tertinggal waktu bertemu dengan Nining di kafe.
Kemudian, Nunung sudah diberikan segala kemauannya, dan Nunung sudah terlihat senyum bahagia karena dengan uang yang di dapatnya dari Bank tadi, langsung di pergunakan untuk membeli sekantong tisu yang sudah di cangkingnya. Nunung sambil senyum-senyum berjalan tanpa dosa dan kegirangan. Muktilah dan rekannya hanya merunduk di hadapan Nunung yang melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah di lihat Nunung benar-benar pergi. Rekan muktilah kemudian mengangkat tubuhnya dan juga tubuh mukti dari rundukannya.
"Apa masalhmu hari ini? Aku mendengar kamu mengaitkan putri Sup nasi. Aoakah itu sembunyikan?"ucap rekan Mukti yang sudah senior sambil memarahinya.
"Sup nasi, tolong jangan sebutkan kata 'sup'" ucap Muktilah
"Bahkan jika kamu harus berhenti ketika tiba, kamu melakukannya setelah menenangkan. Jika kita kehilangan dia, itu bukan hanya akhir darimu, tapi lemari besi kita juga!" teriak rekan seniornya yang masih memaki-maki Muktilah.
Muktilah hanya menganggukan sebuah tanda ia meminta maaf.
"Apakah kamu tahu berapa banyka yang dia miliki di sana? Oh hatiku." Ucap rekan senior Mukti sambil memperhatikan memperhatikan Nunung dari kejauhan.
Telele .. telelele .... suara Hanphone Nunung bernyunyi. Ia berhenti melangkah, di letakan semua belanjaannyaa di bawah, Nunung mengambil salah satu headshet yang ada di saku kirinya menaruh menaruh di telinganya.
"Halo? Oh, ibu Eka. Oh, ya, semua ster aku hilang." Ucap Nunung sambil berbicara dengan rekannya di telpon, kemudia ia kembali melangkah dan membawa barang-barang belanjaannya.
Tanpa di ketahui olehnya, Nining sudah berada di belakang Nunung, rupanya Nining sedari tadi mengikuti langkahnya Nunung dan ingin melakukan sesuatu terhadapnya, karena Nining merasa kesal telah melakukan sesuatu kepada Mukti yang merupakan pacar Nining.
"Seperti yang mereka katakana pendidikan mungkin, kamu harus secara berkala, agar mereka memahami kekuatan akan uang. Haruskah aku menyebutnya pendidikan mungkin? Pendidikan? Oh yaa."Ucap Nunung sambil ngobrol dan tertawa terbahak-bahak.
Nunung melangkah melewati sebuah selokan di tengah jalan yang tertutup besi. Kemudian Nining yang posisinya di belakang Nunung berhenti melangkah dan bersiap menggunakan kekuatan sihirnya untuk memberi pelajaran kepada Nunung.
Nining sudah siap jarinya untuk di jentikan, dan klik ,,, jentikan jarinya sudah dilakukan. Sontak dari dalam selokan tadi keluar Ribuan nyamuk malaria siap mengejar Nunung.
"Jika kamu memiliki semacam stres, bawa aku dengan kamu. Jika kamu membawa aku, mereka akan dilumpuhkan sekaligus ..." Nunung berbicara sambil mulutnya terbuka, kemudian pluk seekor nyamuk masuk ke mulutnya.
"Aku tidak mengatakan itu kepada kamu. Oh! Ada nyamuk di sini. Apa ini? Mengapa ada banyak nyamuk di sini?" Nunung berhenti sambil melihat ke belakang, ada selokan yang keluar dari nyamuk dia kemudian beroperasi. Tapi tangan Nunung kemudian menepis-nepis nyamuk yang akan menggigitnya, kemudian Nunung berjalan lagi di lihat di hadapannya juga ada sebuah lubang selokan yang keluar dari banyak nyamuk. Nunung semakin salah tingkah karena sekarang dirinya sudah di kerumuni banyak nyamuk.
Pertarungan melihat tingkat Nunung yang kewalahan melawan nyamuk, tertawa terbahak-baka. Nining tidak menyadari ada tangan yang menotok sebuah tubuh dengan keras.
"aduh siapa ini?" ucap Nining kesakitan dan menengok kebelakang, Nining terkejut melihat neneknya sudah ada di belakang.
Nining kemudian di jewer dari tempat itu hingga sampai rumah tangan neneknya masih memegang telinga Nining.
"Lepaskan dulu, nenek, ini menyakitiku" Nining merintih kesakitan.
"Kamu pergi mengalami krisis keuangan? Orang yang pergi ke neraka seadng gagal pertunjukan nyamuk di tengah jalan? Mengapa? Mengapa kamu tidak beriklan saja 'aku seorang penyihir'?" ucap Lina sambil berteriak memarahi cucunya.
"Aku memang pergi menemui kegagalan keuangan. Aku pergi..dan aku bertemu dengannya, itu berhasil." Ucap Nining mengubah diri.
"Apa? Apa? Itu berhasil?" Ucap Lina yang kaget, dan Irma hanya diam mendengar perkataan mereka berdua.
"tentu saja, dia bilang jangan khawatir. Dia mengatakan seratus juga akan dipinjamkan kepada kami dalam dua minggu."Ucap Nining menuju.
"Astaga? Nyata?" Irma mengucapkan keheranan mendengar ucapan Nining.
"hemmm" Nining hanya mengangguk dan tersenyum kepada Irma.
"Siapa yang?" Lina bertanya
"Hah?" Nining kurang paham maksud pertanyaan Lina.
"Maksud aku. Siapa yang memberi kami pinjaman? Bahkan tanpa jaminan, seratus juga? Hah?"Lina kehearanan dengan maksud nining barusan.
"Ya benar?" ucap Irma yang sepaham dengan Lina.
"Siapa yang bisa .. itu dia, keuangan." Nining mejelaskan dengan ragu sebab dia juga masih masih bingung apakah keadaan keuangan mau benar-benar meminjamkan uang dengan jaminan atau tidak.
"Jadi, aku bertanya siapa orang yang kamu katakan adalah membiarkan keuangan?" ucap Lina yang semakin penasaran.
"Itu .. itu" Nining masih ragu untuk membahasakannya.
Malam pun tiba, tampak di luar restoran sudah sepi hanya ada ketiga perempuan di dalam restoran yang masih sedang mengobrol. Mereka bertiga duduk di kursi makan dengan posisi seperti di sidang kedua neneknya.
"Apa? Pacar?" ucap Irma dan Lina serentak.
"Nah, begitulah hasilnya." Ucap Nining dengan malu-malu.
Sedangkan kedua neneknya terpaku mendengar ucapan Nining yang seakan tidak percaya, karena hal itu bertentangan dengan kebiasaan mereka, sebab penyihir tidak boleh berpacaran dengan manusia.
"Ayang Muktillah ku benar-benar orang yang baik! Dia berbeda dari manusia yang kamu anggap" Nining menjelaskan.
"Apa Ayang beb?" ucap Irma dan Lina secara bersamaan dan kaget.
"Aku serius. Dia kesal atas ini seperti yang terjadi di insiden itu. Aku bisa merasakan bahwa dia benar-benar mencinatai ku." Nining menjelaskan dengan sungguh-sungguh.
"Apa? Cinta? Ucap Irma dan Lina bersamaan lagi dan kaget.
"Berapa lama kamu akan terus melakukan itu? Apakah kamu silver bell brothers?" ucap Nining yang kesal karena mereka sedari tadi menjawab secara bersamaan.
"hahahahah" irma dan Lina tertawa berasama-sama lagi.
"Kebaikan! Ugs serius" ucap Lina.
"Aku benar-benar tidak bisa berbicara dengan kalian berdua." Ucap Nining yang tampak kesal dengan ulah kedua neneknya dan mencampakkan muka dari pandangan mereka berdua.
"Hei, hei, dia juga mencintaimu kembali?" tanya Lina yang mencoba membujuk.
"tentu saja." Ucap Nining ketus.
"Apa yang disukai darimu?" ucap Lina,
"Apa?" Heran nining.
"Sejujurnya, kamu tidak punya uang atau latar belakang. Di atas itu, kamu tidak adil atau cantik. Bahkan restoran sup nasi ini akan pergi ke tangan orang lain. Namun, dia masih mencintaimu?" tanya Lina, Irma hanya mengangguk.
"Apakah kamu pikir cinta didefinisikan oleh penampilan dan kondisi luar?" ucap Nining membalikan pertanyaan Lina.
"Lalu, apa yang didefinisikan oleh?" ucap Lina dan Irma bersama lagi.
"Cinta adalah ketika jiwa bertemu jiwa lain dan menciptakan big bang." Nining menjelasakan.
"Apa? Big bang?" ucap Lina dan Irma bersama,
"Dua jiwa kesepian yang berkeliaran di ruang dingin dan gelap bertemu dan melahirkan alam semesta baru. Ini sangat indah dan sangat misterus, tetapi mengapa itu terjadi atau bagaimana itu terjadi, tidak ada yang bisa menjelaskan, selamanya. Itu adalah cinta." Ucap Nining menjelasakan panjang lebar.
Mendengar jawaban itu, Irma mengedip-edipkan matanya dan melihat ke arah Lina.
"Kak, apa yang dia bicarakan sekarang?" tanya Irma yang keheranan dengan cucunya ini.
Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan. Aku percya mereka menyebut ini 'omong kosong'. " Ucap Lina sambil tertawa.
Irma pun ikut tertawa mendengar penjelasan kakaknya.
"Kenapa kalian berdua sangat terpelintir?" ucap Nining dengan muka kesal.
Kemudian Lina bangkit dari duduknya, dan menghamiri Nining, namun, Nining bergeser dan enggan di sentuh neneknya ini.
"Apa? Apa ?!" ucap Nining
"Kemarilah."Ucap Lina sambil menarik tangan Nining dan berdiri bersama di hadapan sebuah cermin.
"Apa? Apa yang kamu inginkan ?! 'ucap Nininig.
Tangan Lina kemudian merba baju bagian dada Nining, kemudian Nining sontak memegangi tubuhnya dari gerayangan neneknya ini.
"Apa yang salah denganmu ?!"ucap Nining bingung.
Kemudian baju Nining terbuka, dan terlihat sebuah tanda bunga seperti terukir pada bagian dadanya.
"Perhatikan baik-baik. Apakah kita masih bengkok?" Ucap tanda di dada Nining yang mulai bereaksi.
"Jika dia jungkir balik untukmu dan menciptakan alam semesta atau apa pun, kenapa ini seperti itu, meskipun mungkin tidak menyilaukan terang, setidaknya, itu seharusnya tidak berkedip. Berapa kali aku harus memberitahumu? Manusia adalah sekelimpok makhluk yang tidak mampu mencintai satu sama lain dengan Alasan atau kondisi. Mereka bukan spesies itu! Generasi yang mampu sudah lama berakhir! Apa? Dia akan mengambil pinjaman? Dia akan? Kamu, dengarkan. Bagi kamu, itulaah penyembuhan yang paling cepat dan paling efesien untuk mengumpulkan sihir. Cinta? " Ucap Lina yang berhenti menceramahi Nining.
Nining masih diam saja mendengar penjelasan dari neneknya dengan apa yang terjadi pada tanda di dadanya itu. Setelah itu Lina kemudian pergi menuju kamar meninggalkan Nining yang berdiri mematung, Irma pun bangkit dari kursinya dan memanggil kakanya, sebelum pergi Irma hanya memegang pundak Nining yang masih berdiri diam dan irma mulai mengikuti Lina yang pergi ke kamar. Nining lebih melamun dengan sejuta pemikiran yang tidak karuan.
*********