Siang pun berganti malam, kondisi cuaca malam itu, di selimuti oleh rintik hujan turun deras, terlihat seorang anak kecil yang mengenakan jaket merah berdiri di depan Gedung restoran Lina, lalu anak kecil itu di kejutkan dengan tangan seseorang yang memakai jaket hujan menyentuh pundaknya, namun, wajahnya tidak terlihat jelas oleh si anak. Orang misterius itu lalu mengacungkan sebuah pisau yang akan di arahkan kepada anak kecil itu.
Kemudian aaaaaa... Hasuri langsung terbangun dari tidurnya, ia kembali bermimpi tentang seorang anak yang berdiri di sebuah gedung, dan gedung itu sudah Hasuri ketahui adalah sebuah restoran milik Lina dan Nining wanita cantik yang pernah bertemu dengannya.
Dengan napas terngah-engah, Hasuri bangkit dari tidurnya, kemudian menurunkan kedua kakinya ke bawah tempat tidur.
Jlgeerrr.... pantulan kilatan cahaya petir yang menyambar membuat kedaan gelap gulita menjadi terang sebentar, Hasuri melihat ke arah bawah terdapat banyak gedung-gedung yang tinggi menjulang, sebab Hasuri tinggal di sebuah hotel mewah di lantai yang cukup tinggi.
Hasuri hanya terdiam sambil matanya mengamamti keadaan sekitarnya. Entah apa yang sedang di pikirkan Hasuri, mimpi itu sudah sering kali terulang dalam tidurnya, dan kali ini Hasuri tidak bisa melanjutkan tidurnya.
Hujan turun deras menyelimuti semua jalanan dan petir yang menyambar-nyambar. Terlihat Sanuri dengan memakai topi hitam, jaket hujan dan masker sedang berjalan mengendap-endap menaiki sebuah tangga kecil yang menuju dapur restoran Lina.
Baru melangkah sekali sudah tergelincir dan langsung jatuh di bawah tangga yang akan Sanuri naiki, lututnya terbentur anak tangga, Ia kemudian berdiri sambil tangan kirinya membungkam mulutnya sendiri untuk menahan sakit akibat benturan barusan.
Sanuri diam-diam ingin masuk kedalam restoran Lina, dimana saat itu mereka tengah siap membuat berbagai bumbu untuk membuat kaldu.
Lina, Irma dan Nining sedang menyiapkan masakan kaldu di dapur restorannya, Irma bertugas menuangkan segala macam bumbu rempah dan daging untuk sup, dan Lina yang mengolah pada kuali besar. Sedangkan Nining menyiapkan bumbu yang lainnya.
Di tengah kesiubukan mereka, Lina seperti mendengar sesuatu yang mencurigakan.
"Apa kau tidak mendengar ada suara?" tanya Lina kepada Irma dan Nining
"Ehh" Irma hanya terkejut.
"Suara apa? Itu suara hujan." Jawab Nining sambil panik jarinya menekan handphone nya yang berbunyi.
Rupanya handpone Nining bergetar terus, Kaka Mukti tertulis dalam layar Handphone Nining, yang barusan memanggil sehingga menimbulkan suara aneh yang di dengar oleh Lina.
"Aku jelas mendengar sesuatu." Ucap Lina yang penasaran dengan suara yang di dengarnya.
"Aduuuh, kecurigaanmu,,, aku akan keluar," Ucap Nining yang janggung dan langsung keluar dari dapur.
Sanuri yang masih berdiri di depan pintu belakang restoran, kemudian bergeser mengetahui akan ada seseorang yang keluar dalam resto.
Seketika itu, Sanuri terpental karena benturan pintu besi yang terbuka oleh Nining yang keluar sambil membawa payung, untuk menelpon balik pacarnya yang sedari tadi terus menelpon Nining.
Melihat pintu akan tertutup lagi, Sanuri bergegas untuk memegangnya, sungguh kemalangan yang sangat sial menimpa Sanuri kembali, karena semua jari-jarinya tercepit pintu yang menutup. Sanuri pun hanya meringis kesakitan, namun Nining tidak mengetahui keberadaan Sanuri yang sebenarnya tepat di belakang nya, karena Nining sedang fokus menelepon pacarnyaa.
"Sekarang juga? Aku tidak bisa hari ini. Kita seharusnya merebus kaldu daging hari ini. Ayang, kamu pulang lebih awal hari ini?" Ucap Nining yang menjawab dengan senyum-senyum sendiri.
Rupanya Sanuri telah berhasil masuk ke dalam restoran Lina secara diam-diam, selagi Nining di luar sibuk menelpon pacaranya. Walapun rasa sakit akibat terpeleset, terbentur pintu saat di buka, terjepit jemarinya semua Sanuri relakan yang terpenting bisa masuk untuk melihat proses memasak dan metode yang di pakai oleh Lina dalam membuat Sup. Ia berdiri di sudut, melihat Irma dan Lina sedang menyiapkan bumbu untuk di olah. Sanuri langsung mengambil handpohne nya dan merekam aktifitas mereka tanpa menunggu lama.
Namun ada Nining yang mulai masuk dari luar setelah beres menelpon pacarnya, Sanuri langsung bergeser ke arah yang lain untuk bersembunyi agar tidak ketahuan keberadaannya.
"Ahh. Bagaimanapun, nenek harus waspada di usia sekarang. Bahkan jika tidak ada tikus." Ucap Nining sambil duduk dan mengambil beberapa rempah untuk di kupas.
"Waspada merupakan suatu keharusan bagi kita para penyihir untuk bertahan hidup. 'makan, minum dan curigai.'" Ucap Lina kepada Nining
Di belakang mereka Sanuri yang mengendap-endap merekam dari belakang berkata sendiri " anda tahu?" ucapnnya.
"Ya ya ya. Terserah apa katamu." Ucap Nining dengan sedikit memaki
"Itu, itu..." jawab Lina balas memaki
"Bagaimana kalau kita mulai sekarang, kak, semuanya sudah siap." Irma berkata kepada Lina dengan senyum.
Mereka bertigapun berdiri dari kursi lalu bergeser ke tempat ritual yang telah di sediakan.
"Ayo lakukan." Ujar Lina.
Sanuri yang masih mengintai mereka dan merekam terus mengikuti kegiatan yang dilakukan ketiga wanita tersebut.
Di luar dengan kondisi cuaca hujan lebat dan petir yang menyala-nyala, munculah sebuah mobil yang di kendarai oleh Hasuri. Rupanya Hasuri tidak kembali tidur tetapi langsung memastikan kondisi seperti pada mimpinya barusan.
Lina, Irma dan Nining mereka berdiri membuat lingkaran kecil menghadap sebuah kuali besar, di depannya masing-masing mangkuk putih berisi ramuan. Asap putih tipis keluar dari kuali besar dan masuk ke dalam kuali tanpa keluar lagi. Mata Lina melirik ke Nining dan Irma menandakan apakah mereka sudah siap atau belum.
Sanuri yang makin penasaran semakin maju dan fokus mengabadikan momentm yang jarangan di jumpai nya, karena ia berhasil mengetahui resep rahasia dari keberhasian restoan Lina. Sanuri maju sedikit demi sedikit untuk mengambil posisi yang pas.
Lina memerintahkan kepada Irma dan Lina untuk memegang masing-masing mangkoknya, dengan isi yang berbeda warna, Irma memegang mangkuk berisi serbuk warna ungu, sedangkan Lina sendiri mangkuk berisi serbuk warna putih, dan Nining berisi warna biru tua,
Nining yang pertama menaburkan bubuk itu kedalam kuali besar dan muncul cahaya kebiruan yang menyinari dirinya, di susul oleh Irma yang menaburkan bubuk warna ungu dan memunculkan warna ungu dan terakhir adalah Lina yang memasukan serbuk warna putih dan muncul sekelebatan cahaya putih.
Ketiga cahaya tersebut keluar dari kuali besar dan berada tepat di hadapan mereka bertiga. Semua benda yang ada di sekelilingnya berterbangan sendiri dan membuat pusaran angin, namun tidak berpengaruh kepada ketiga wanita tersebut.
Sanuri yang merasa tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, kemudian mengucek kedua matanya untuk memastikan apakah yang disimaknya itu hanya sebuah imajinasi belaka ataupun nyata dilihatnya, kemudian angin yang membuat lingkaran kepada ketiga wanita tadi, ternyata berefek kepada Sanuri dan semua benda-benda di sekitar dapur semua berterbangan, sampai Sanuri yang fokus merekampun terbang di buatnya, dan tangannya langsung menjatuhkan handpohene yang sedang merekam aktifitas mereka bertiga karena tidak kuat menahan pusaran angin yang dahsyat.
Aah aaaah.... Sanuri menjerit karena terpental oleh angin yang sangat kencang sampai tubuhnya melayang jika kedua tangannya tidak memegang erat sebuah pilar.
Mendengar suara tersebut ketigaa wanita yang sedang melakukan ritual terhenti, cahaya yang tadi bersinar-sinar kembali memasuki kuali besar. Dan kondisi yang tadi ekstim menurut Sanuri kini kembali normal. Semua barang-barang yang berterbangan pada berjatuhan.
Mata ketiga wanita itu sontak melihat kebelakang, dan terlihat Sanuri yang sedang kepayahan menerima efek tadi, dan langsung Sanuri bangkit dan kabur meninggalkan dapur resto itu.
Hasuri yang sudah di luar gedung hanya diam sajah di dalam mobil, dan hanya memperhatikan kondisi sekitar restoran itu, rupanya Hasuripun keget dengan apa yang barusan terjadi.
Sanuri pun akhirnya terpojok, dan tidak bisa berkutik apapun lagi, ia sampai tidak bisa berkata apa-apa karena saking syoknya, di tambah ketiga wanita itu terus mengikutiya..
"Aaargghh,,, aku tidak melihat apapun. Pintunya terbuka, jadi aku masuk begitu saja." Ucap Sanuri yang merasa ketakutan sangat dan mengeluarkan ingus di hidungnya.
Nining, berjalan dari belakang barisan ketiga wanita itu dan menunjukan handpohne Sanuri yang masih merekam kepada Lina.
"Sudah kubilang untuk membuat, resep sendiri, tetapi kau mencoba mencuri resep orang lain?" ucap Lina dengan wajah yang menakutkan
"Aku hanya ingin melihat bagaimana sup nasi itu dibuat. Pergi dariku..." ucap Sanuri dengan ketakutan seraya tangannya meraba-raba sesuatu untuk di jadikan senjata.
Ia melihat sebuah sapu dan ditunjukan ke tiga wanita itu.
"Jangan mendekat! Jangan mendekat! Apa ini? Kalian bukan manusia-manusia, kan? Apa yang baru saja anda lakukan... apa itu? Jangan mendekat! Jangan mendekat! Tidak tidak. Aduh. Aduh hentikan-hentikan" Sanuri sambil memejamkan mata karena ketiga wanita itu terus merangsek mengerumuni nya.
Tangan Lina kemudian memegang kepala Sanuri sambil memijat-mijat dengan keras kepalanya dan membacakan mantara sihir penghilang ingatan kepada Sanuri.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Sanuri berteriak kencang dan kemudian tenggelam, Hasuri yang masih di luar di dalam mobil kaget, dan memeriksa keadaan sekitarnya namun ia masih di dalam mobil.
Pintu belakang pun terbuka, Lina yang masih memakai celemek memasak berlari, Hasuri yang melihatnya di dalam mobil diam sajah, dan ia menundukan sedikit kepalanya takut terlihat oleh Lina.
Mata Hasuri terkesima melihat sebuah mobil elp putih yang mengarah kencang dan memarkir dengan cepat. Hasuri pun turun dari mobilnya dan bergegas sembunyi di belakang tembok untuk melihat yang dilakukan Lina ini, karena tergesah-gesah membawa memarkirkan mobil ke belakang resto nya.
Dilihat Irma keluar membawa sebuah bungkusan karung warna merah besar, dan Lina membuka bagasi mobil dan karung itu langsung di masukan oleh Irma. Sedangkan Nining keluar membawa sebuah helm dan kaos tangan.
Barangpun di masukan dan pintu bagasi di tutup
"Ingatannya benar-benar terhapus, kan? Tanya Lina kepada Irma.
"Jangan kawatir Kakak, ini bersih." Jawab Irma yang meyakinkan
"Haruskah saya ikut? Tanya Nining kepada neneknya
"Tidak, saya lebih baik bergerak sendiri. Aku akan kembali setelah merawatnya, jadi ketika aku pergi, bersihkan seluruh restoran. CCTV terdekat.." Lina memberikan perintah kepada Irma dan Nining.
"Tolong berhati-hati, kakak," ucap Irma sambil menyerahkan sebuah helm dan memakaikan kaos tangan ala pembalap formula one.
Mobilpun berjalan melewati Hasuri yang sedang berdiri di sebelah kanan, namun Lina tidak terlalu meperhatikannya dan langsung tancap gas sekencang-kencangnya.
Irma dan Nining pun bergegas kembali masuk ke dalam resto. Namun mata Hasuri yang menjadi saksi pada kejadian malam ini, dan petir kembali mengelegar, kondisi cuaca yang sudah reda, kembali di guyur hujan. Hasuri hanya berdiri diam dan sesekali memperhatikan detial ukiran dari sebuah Gedung di hadapannya itu.
**
Di akhir pekan yang sangat cerah, bunga-bunga semua bermekaran yang tertetesi oleh embun embun pagi, suara buru berkicau bersautan, Nining, Lina dan Irma sedang duduk di meja makan dengan santai dan nyaman.
"Karena aku tidak punya banyak waktu, kopi luwak ini cukup bagus, kakak." Ucap Irma yang barusan menyeruput sebuah kopi hangat.
"Inilah nikmatnya hidup." Jawab Lina sambil tersenyum lepas tanpa beban
"Sekarang aku berpikir... manusia sepertinya cukup menyedihkan. Untuk sedikit uang, mereka smua bekerja, lalu putus asa, dan menundukkan kepala mereka." Irma kembali bercerita sambil memakai sebuah pei yang terlihat lezat
Nining hanya mengangguk-anggukan kepalanya sajah tanpa berkata apapun, ia hanya menikmati hidangan di depannya.
"Kata-kata itu tidak ada dalam kamus kita" Lina menjawab sambil tersenyum. Irma pun ikut tersenyum.
"Aku akan pergi mengambil buah." Ucap Nining sambil berlarian kecil meninggalkan kedua neneknya.
Di luar resto, sudah ada mobil yang berhenti, keluar sepasang sepatu pantopel, dan kemudian ia berjalan dengan mengenakan pakaian yang rapi seperti bos besar berjalan menghampiri restoran Lina yang tertulis tutup pada pintu depannya.
Nining yang akan berjalan menaiki tangga mendengar pintu depan resto nya di ketuk oleh seseorang.
"Kami tidak buka hari ini." Ucap Nining dengan volume tinggi agar orang itu dapat mendengarnya.
Namun ketukan pintu itu masih sajah di lakukan
"Kami tidak buka di akhir pekan!" Nininng berteriak lagi.
Duk duk duk.. pintu terus di pukul-pukulnya
"Apa bukan pelanggan?" Nining bertanya sendiri dan langsung rutun untuk membuka pintu memastikan siapakah yang datang pada akhir pekan ini.
Ninng bergegas berjalan, kemudian membuka pintu restonya dan tiba-tiba dilihatnya Hasuri yang sedang berdiri di depan pintunya. Mata nining langsung terkesima.
"Kamu.." Ucap Nining
"Aku adalah pemilik bangunan." Ucap Hasuri
Nining terdiam namun matanya tidak lepas memandang sosok Hasuri yang berdiri di depan pintu resto.
*****