Nining dan neneknya sedang berada di belakang restonya, terlihat pintu belakang resto rusak parah dan gembok yang menguncinya pun lepas seperti ada maling yang masuk ke dapur resto Lina dengan cara membobol semua gembok yang mengunci pintu.
"Tak ada yang salah di dapur?" Lina bertanya ke Nining
"Aku tidak bisa masuk ke dalam karena itu sebagai tempat terlarang." Ucap Nining Mendengar jawaban cucunya,
Lina masih berpikir tentang kejadian-kejadian yang aneh terus di alami, pertama tempat sampah di rusak dengan sengaja, kemudian sekarang gembok pintu belakang kini rusak.
"Kakak..kakak..." sahur Irma dengan tergesah-gesah sambil membawa kotak post yang sudah rusak.
"Lihat ini! Semua surat di dalam hilang dan hanya kotak itu yang ada di tanah." Irma bertanya kepada Lina sambil menghela napasnya.
Belum sempat Irma berkata matanya melihat pintu belakang resto rusak.
"Oh kenapa ini juga seperti ini?" tanya Irma kepada Lina.
"Tempat sampah juga sama seperti ini, ini bukan masalah biasa" ucap Nining sambil matanya menerawang dan mencoba menyimpulkan kejadian-kejadian yang aneh terus meneror resto nya.
Dari kejauhan Sanuri melihat tiga wanita yang sedang berdiskusi satu sama lain,
"Halo!" Sahut Sanuri yang mulai menghampiri dengan dokument yang di tenteng nya.
Tiga wanita itu, bengong dan melongo melihat Sanuri datang. Hanya Irma saja yang menyambut kedatangan Sanuri dengan senyum manis.
"Ah. Ini bukan tentang bisnis. Aku datang untuk memberikan poster informasi keselamatan. Ini baca ini sekali." Ucap Sanuri sambil menyerahkan selembar kertas dan langsung di terima oleh Irma.
Lina dan Nining hanya diam dan tidak merespon apapun dengan keberadaan Sanuri, hanya Irma yang mau merspon, karena Irma rupanya menaruh hati kepada Sanuri.
Mata sanuri melihat tangan Nining yang memegang gembok rusak, dan kemudian melirik lagi pada kotak post yang di pegang irma.
"Sepertinya tempat ini juga terkena dampanya!" ucapan Sanuri membuat ketiga wanit tadi terkejut.
Nining memegang kertas yang bertuliskan Informasi keselamatan dan langsung duduk dalam satu meja bersama Lina dan Sanuri.
"Toko yang sudah rusak.. mereka mengatakan ada empat!" ucap Sanuri.
"Iya?" Lina menjawab dengan ketus.
"Haaah, jadi komunitas toko kami sendiri akan terlibat dalam pencegahan kejahatan. Ketika mereka mengatakan lingkungan ini meningkat dalam komersialisme, kami pikir itu baik pada awalnya. Bukan itu juga." Sanuri tertawa saat menjelaskan kepada Nining dan Lina.
Namun keduanya hanya diam tanpa kata apapun dan terus menyimak apa yang di sampaikan Sanuri.
"Hanya harga sewa toko kami yang naik dan persaingan menjadi sangat sengit. Yang asli di lingkungan ini adalah toko anda dan seluruh toko ayamku dan tidak ada lagi." Sanuri berhenti dan tertawa sendiri,
Tidak ada yang lucu dari pembahasan yang Sanuri sampaikan kepada Nining dan Lina, tatapan keduanya masih acuh.
"Mereka, anda tahu pengembara, mereka hanya muncul di lingkungan kita. Dan suasana lingkungan kita, menjadi berantakan." Ucap Sanuri.
"Tapi kenapa kamu berbicara tentang hal itu dengan tawa kecilmu itu?" Ucap Lina dengan nada datar.
Sanuri mendengar perkataan Lina jadi salah tingkah dan tertawa lagi untuk menghilangkan groginya.
"Nah, anda tahu bagaimana aku menghabiskan 3 dekade di industri jasa makanan, bukan? Ini adalah jenis, ini adalah obsesi pekerjaanku. Mereka baerkata "seseorang tidak bisa meludahi wajah yang tersenyum." Bagi kita yang berbisnis, kita selalu seperti ini. Bukankah seharusnya kita hidup dengan sennyum di wajah kita?" Sanuri sambil berjoget-joget dan tertawa kecil.
"Jika kau tidak ingin aku meludahi wajah tersenyum mu, langsung katakan intinya." Ucap Lina.
Sanuri tidak langsung menjawab pertanyaan Lina, malah semakin tertawa sendiri,
"Meludah, hahahah! Selera humor anda adalah yang terbaik! Meludah.. hahah!" Ucap Sanuri sambil menepuk tangan.
Namun tatapan Nining dan Lina masih dingin dan acuh. Dari percakapan mereka bertiga munculah Irma dari belakang dapur dengan menarik meja dorong berisi minuman dan makanan.
"Makanlah ini sambil mengobrol" Ucap Irma sambil senyum manja di hadapan Sanuri.
Melihat tingkah laku Irma yang kegenitan di hadapan Sanuri membuat Lina jengkel dan menggerutu sendiri. Namun Irma tetap sajah labil di hadapan Sanuri, ia langsung duduk dengan perlahan sambil senyum-senyum manja kepada Sanuri.
"Apa kau suka teh hijau?" tanya Irma kepada Sanuri sambil merangseg mendekat dalam satu kursi
"hoooh" ucap Lina yang kesal melihat kelakuan Irma bermanjaan dengan Sanuri
"Oh! Teh hijau itu bagus. Aku suka itu." Ucap Sanuri sambil senyum-senyum kaku.
Sanuri memegang gelas kecil, Irma langsung menuangkan teko yang berisi air panas ke gelas yang di pegang Sanuri.
"Ini panas, tapi.. oh! Terima kasih." Ucap Sanuri.
Lina dan Nining hanya melihat kelakuan mereka berdua di hadapannya tanpa berkata apa-apa, namun dari tapatapan Lina kemarahan dan kekesalan yang sangat kepada Irma.
"Ah benar. Bahkan jika tidak ada barang yang dicuri, mari kita melaporkaan ke polisi. Terutama karena hanya ada wanita di sini.. sebagai ketua komunitas toko, aku akan menghubunginya secara pribadi.." Ucap Sanuri dengan tangannya langsung merogoh Handphone yang ada di sakunya.
Mendengar usulan dari Sanuri tersebut, ketiga Wanita tersebut langsung melotot histeris dan langsung menarik tangan Sanuri agar tidak menghubungi polisi ataupun siapapu,
"Tidak....!" terika ketiga wanita tersebut.
Irma yang masih memegang teko air panas langsung kebablasan dan kaki Sanuri serta bagian vitalnya pun terpaksa terkena siraman air panas.
"aaahhhh hahahha!" Sanuri hanya bisa menggeram kesakitan
"Ugh....hhahaha" tanpa berkata apapun Sanuri membalikan tubuhnya dan mengipasi bagian selangkangan kakinya yang terkena air panas, dan memeluk dinding untuk meredakan rasa sakit yang sangat, sebab air panasnya mengarah ke bagian alat vital Sanuri.
Sanuri masih terus meringis dan sambil tertawa kecil di hadapan mereka bertiga
"Panas hahaha." Ucap Sanuri sambil terus menahan rasa sakitnya.
Sanuri lalu keluar dari restoran Lina sambil mengangkang, karena tepat di selangkangan air panas itupun menyirami, sehingga celananya seperti Sanuri habis kencing dalam celana.
Ia berjalan sambil mengipas-ngipas celananya.
"Astaga, ini... hahaha..." ucap Sanuri sambil tertawa kecil.
"Kami mempunyai ramuan bagus, untuk hal seperti itu," ucap Irma yang merasa iba kepada Sanuri.
"Tidak.. aku baik-baik saja. Tak perlu membesarkan masalah kecil seperti ini..dengan obat, aku baik-baik saja, masuk kedalam saja." Ucap Sanuri sambil melangkah pergi dari restoran Lina.
Mereka bertiga masih berdiri mematung memperhatikan Sanuri pergi, tanpa berkata apapun.
Kring...kring..kring sura Handphone Sanuri berbunyi, Sanuri lalu merogoh kantong sakunya untuk mengambil Handphone dan menjawab panggilannya.
"Ya, sersan Komar." Sanuri lalu berbalik melihat kebelakang rupanya ketiga wanit itu masih berdiri memperhatikannya, dan Sanuri menjulurkan tangannya untuk mempersilahkan ketiganya masuk ke dalam dan mengabaikannya.
"Ah, ya, ya sepertinya tidak ada kerusakan khusus di sini. Ya tentu saja. Jangan khawatir kumintas kami akan berpatroli. Aman pokoknya." Ucap Sanuri sambil menghilang dari pandangan ketiga wanita tadi.
"Apa yang kita lakukan, kakak? Dari semua tempat. Yang paling penting bagiku." Ucap Irma memelas kepada Lina agar pria itu boleh di dekati oleh Irma
"Apa hubungannya denganmu? Cukup bersihkan bibir itu!" Ucap Lina dengan nada marah.
*****