Nining, Lina dan Irma bersama-sama berjongkok di depan sebuah tumpukan sampah yang kondisinya semerawut. ketiga wanita ini, tengah mencari-cari sesuatu yang hilang, karena awalnya sampah tersebut terbungkus rapih pada sebuah karung yang sudah terikat kencang, hal itu diakui Irma, karena dia yang bertanggung jawab akan hal itu, namun ketika pagi hari, sampah itu sudah berantakan.
"Kau.. apa kau beneran mau membuang ini?" tanya Lina kepada Irma.
"Apa? Apa anda tidak cukup mengenalku? Aku bisa menjaga berbagai hal, tapi aku tak tahan dengan hal-hal yang korot." Ucap Irma
"Astaga, benarakah?" Lina terkejut dengan perkataan Irma.
"Apa? Aku mengikatnya begitu erat, bahkan bayi semut tidak akan bisa masuk." Ucap Irma.
"Kucing liar mungkin melakukannya." Sela Nining di tengah perdebatan kedua neneknya.
"Apa mereka gila? Kenapa mereka mengorek-ngorek tempat sampah? Mereka memiliki makanan yang bagus." Jawab Irma.
Mata mereka bertiga melihat sebuah kotak berisi makanan kucing yang sudah di sediakan di sudut belakang, namun pakan yang di sediakan belum terjama oleh kucing.
"Lalu siapa yang akan mengorek sampah ini? Khususnya sampah makanan kita?" Nining mulai bertanya.
"Mungkin pria mabuk yang melakukan ini?" ucap Irma.
Melihat kejadian yang tidak menemukan jawaban dan serba kebingungan, akhirnya Lina berdiri dari jongkoknya dan berjalan menaiki tangga kecil yang menuju pintu belakang restoran, kemudian membuka pintu, sebelum masuk dia masih bingung mencari tahu siapa pelaku yang telah mengoyak-oyak sampah tersebut.
Pintu lift terbuka, Hasuri dengan wajah datar mulai melangkah menuju ruang kerjanya,
Alam dengan berteriak menghampiri Hasuri.
"Direktur! Direktur!" sahur Alam, kemudian mengambil posisi agar sejajar dengan Bosnya.
di dalam sebuah lift yang sedang berjalan naik ke ruang atas Hasuri mulai bertanya
"Apa kau sudah menemukan wanita itu? Temukan dia secepatnya, karena dia. Mungkin melaporkan sebagai tabrak lari." Ucap Hasuri.
Hasuri mengingatkan Alam atas kejadian tempo lalu yang tidak sengaja menabrak seorang wanita pembawa nampan, hingga bagian depan mobil rusak parah, namun wanita yang tertabrak, tidak mengalami apapun, hanya pergi begitu saja.
"Aku sudah memberi tahu polisi dan perusahaan asuransi, jadi tidak akan ada apa-apa. Sebagai tambahan....."
Belum selesai Alam berbicara, Hasuri kemudian berhenti, tapi langkah Alam mendahului bosnya, Alam belum menyadari bos nya masih diam di belakang, karena Alam terlalu sibuk berbicara, kemudian Alam tersadar dan menengok kebelakang, rupanya Bosnya berhenti, Alam pun balik kebelakang dan mulai mensejajarkan langkah dengan bosnya.
"Untuk restoran sup nasi yang anda minta, itu ada beberapa hal aneh." Alam menatap mata Hasuri dengan penuh pertanyaan.
Mereka berdua sampai di ruang rapat, Alam lalu menempelkan beberapa foto bangunan di papan meting.
"Ini merupakan tempat terkenal di daerah itu." Alam memberikan penjelasan pada foto-foto yang di pajangnya tidak lain adalah gedung restoran sup nasi milik Lina.
"Dari awal, selangkah demi selangkah, beri tahu aku setiap detailnya." Ucap Hasuri.
"Ia Bos" Ucap Alam menerima perintah bosnya.
Alam pun mulai bercerita sambil membayangkan hal-hal yang lebih detail dan spesifik.
Di depan pintu restoran sup Nasi milik Lina, sudah banyak pelanggan yang berbaris menunggu antrian untuk dapat menikmati sajian Sup Nasi, karena dengan tempatnya yang minim dan menyediakan 10 meja, dimana dalam satu meja berisi 4 orang.
"Generasi apa ini?" Ucap salah seorang pelanggan wanita bertanya kepada temannya yang melihat aturan tertulis pada pintu masuk restoran.
"Itu gentrifikasi, ini adalah generasi saat satu dari tiga tempat ditutup. Tingkat kelangsungan kerja mandiri adalah 30%. Namun, tempat ini telah ada selama 50 tahun tanpa kemerosotan. Padahal, saat-saat sulit seperti krisis gelombang minyak dan krisis IMF tidak mempengaruhi restoran ini sama sekali. Sebaliknya, mereka tidak muncul di TV. Karena mungkin mereka tidak ingin menarik lebih banyak pelanggan."
di saat penjelasan itu, para kru reporter beberapa telivisi nasional semua memasuki restoran Lina, dan membuat kegaduhan di tengah damainnya para pelanggan menikmati makanan yang rasanya membuat damai di hati.
"Aaah.. keluar sana keluar" ucap Lina seraya mengusir para kru televisi lokal untuk dapat meliput restorannya.
"Tolong biarkan kami, Nyonya!" ucap salah satu reporter.
"Pergi!" dengan berteriak Lina mengusir para reporter tadi.
"Ada desas-desus bahwa mereka memasukkan narkoba ke dalam sup nasi mereka." ucap Alam yang masih menjelaskan dan membayangkan.
"Narkoba?" tanya Hasuri.
"Juga ada desas-desus bahwa mereka memasukkan daging aneh ke dalamnya." Ucap Alam.
"Daging aneh?" tanya Hasuri heran,
"Itu sulit bagiku untuk mengatakannya. Bagaimanapun, orang mengatakan, kalau itu bukan daging biasa."
lanjut Alam menjelaskan.
Aaaaah.... Irma berteriak sambil meringis karena dia kesal memotong daging yang tidak mampu ia potongnya dengan kekuatan penuh.
"Apa yang salah?" tanya Lina
Ekspresi wajah Lina sontak kaget, karena Irma mengerjai Lina, dengan cara, ibu jarinya di tekuk, lalu di tunjukan seperti habis terkena pisau, yang memutuskan salah satu jari tangannya.
"Astaga,, Apa?" ucap Lina yang kaget karena melihat jari Irma mengalami kekurangan.
Irma tanpa menjawab pertanyaan Lina, kemudian membuka semua tangan dan jarinya sambil tertawa mengejek Lina. Keduanya tertawa terbahak-baka melihat tingkah laku Irma.
"Bukan itu!" sahut Alam membangunkan lamunan Hasuri.
Jam dinding besar menunjukan pukul 06.00 sore kurang 10 menit, Nining sudah memegang sebuah lonceng menandakan restoran sudah akan tutup,
Kring..kring... Nining menggerakan loncengnya.
"Tersisa 10 menit lagi!" Nining mengingatkan
para pelanggan.
Semua pelanggan semuanya buru-buru menghabiskan makannya, satu persatu pelanggan keluar dari restoran dan hanya menyisakan mangkuk dan piring kotor di atas meja.
Mereka memberlakukan jam kerja, jadi saat jam 6 sore, mereka akan mengambil sendok para pelanggan itu sebabnya nama panggilan mereka adalah "Restoran jam 6 pas".
Tak masalah jika kau dari Timur tengah, bahkan jika kau berasal dari AS.. tak terkecuali.
"Tidak, aku mencari restoran terkenal, jadi jangan ceritakan tentang restoran itu sendiri. Apa kau belum menyelidiki apa pun tentang orang-orang di tempat itu?" tanya Hasuri kepada Alam
"Hahaha.... kenapa tidak ada satu pun?" Ucap Alam sambil mengambil beberapa foto yang terlihat buram dan langsung di tempelkan pada papan meting untuk di tunjukan kepada Hasuri.
Alam mulai mempersentasikan satu persatu foto yang telihat buram itu yang tidak lain adalah foto dari para pemilik restoran yang sedang di bahas mereka berdua.
"Dua nenek dan seorang wanita muda. Mereka hidup bersama seperti itu." Alam menjelaskan.
Namun Hasuri hanya bengong dan terkesan tidak tertarik dengan apa yang di jelaskan oleh Alam seputar foto yang buram tadi.
"Aku mendengar bahwa informasi gambar seperti ini sulit dicari. Mereka tidak membiarkan siapa pun mengambil foto di toko. Mereka sangat berhati-hati tentang lingkungan sekitar." Ucap Alam.
"Lingan sekitar?" Hasuri menanyakan dengan ekspresi yang mulai serius..
"Iya. Benar, mereka tidak berinteraksi dengan para tentangga. Mereka bahkan tidak bergabung dalam pertemuan komunitas toko. Tidak ada informasi tentang mereka," Alam menjelaskan dengan nada kesal.
"Umur. Berapa usia mereka? Hasuri kembali bertanya.
Sambil menganggkat jarinya menyentuh alis tanpa Alam berfikir keras.
"Yang itu agak aneh, satu nenek berusia 90-an, yang satunya berusia 80-an." Alam sambil menunjukan foto-foto yang buram
Mendengar penjelasan Alam, Hasuri mulai terkejut
"Bagaimana dengan wanita muda itu?" tanya ia kembali.
"Ia lahir pada tahun 1994"
"Itu cukup. Tempat itu bukan itu."
"Haaaah" Alam mencerna pertanyaan Hasuri
"Jika 25 tahun yang lalu, dia seharusnya lebih tua satu tahun. Apa yang bisa dilakukan oleh dua nenek dan seorang bayi?"
Mendengar penjelasan Hausri, Alam hanya menghela napasnya.
Mereka berdua selesai melakukan berifing tentang pembahasan penghuni restoran yang sedang Hasuri cari tahu kebenarnya. Keduanya berjalan menuju sebuah lift, dengan mengangkat materi Alam ingin memukul Hasuri dari belakang, karena sudah sangat frustasi dengan printah bosnya ini yang selalu meminta laporan secara detail terkait informasi sebuah restoran dimana gedung tersebut sama persis dengan ingatanannya.
"Sampingku," perintah Hasuri
Alam langsung sejajarn berdiri bersebelahan dengan bosnya
"Namun, apa yang keluarga itu lakukan setelah mereka tutup jam 6?" mata Hasuri melihat Alam.
****