Chereads / CRAZY WITH YOU / Chapter 26 - Samudera-nya Balik

Chapter 26 - Samudera-nya Balik

Hiii...

Happy Reading!

***

"DIH! KOK MAKSA?!" bentak Bunga dengan wajah memerah.

Melihat pipi Bunga memerah seperti itu, teman satu kelasnya bertambah semangat menjahili gadis tersebut, puncaknya, mereka berhasil memaksa Kamboja ikut bicara. "Kalian, kenapa sih? Emang hobi yah, jodoh-jodohin orang? Elu pada aja, jomblo, kok malah comblangin orang? Gak malu?"

Duar!

Ah, ternyata kembaran Rindu muncul dalam sosok pria ... bahkan, rasanya Kamboja lebih parah ketimbang Rindu yang hanya blak blakan. "Nama kok Kamboja, hiasan kuburan lu?"

Jdeerr!

Satu kelas beserta murid yang mengintip dari luar terdiam, mulut sakti Rindu telah terbuka karena tidak suka sifat songong Kamboja keluar, dia, sangat tidak suka melihat murid baru bertingkah seenaknya. Meski memang salah teman sekelasnya, tapi Rindu tahu mereka hanya bercanda, tidak ada alasan lain dan Rindu bisa memastikannya.

Tidak suka namanya di jelek-jelekkan, Kamboja berdecak malas. "Apa dah, ranting kayu bisa ngomong yah, ternyata?"

Brak!

Emosi dengan sindiran Kamboja mengenai tubuhnya yang memang kurus, Rindu berdiri dan menggebrak meja belajarnya. "Heh! Lu jan sok iye deh! Kena tampol raket gue pingsan lu!" sinis Rindu mengangkat raketnya dari dalam tas.

Dengan pandangan tajam, Kamboja memerhatikan penampilan Rindu dari atas hingga bawah. Puas dengan hal yang diamatinya, smirk kecil muncul, membuat emosi Rindu kian membara. "Apa lu?!" sentak Rindu.

Kamboja menggeleng, tangannya bersidekap dan menatap Rindu remeh. "Oooh, jadi ini ... atlet badminton yang terkenal karena cantik dan handalnya? Biasa aja tuh, liat aja ... gue bakal rebut posisi atlet andalan sekolah, ingat itu!" tekannya berhasil menarik sumbu bom Rindu.

Wajah Rindu memerah, napasnya kian memburu, dan pegangan terhadap raketnya kian menguat. "BEGOOOO!"

DUAGH!

"KYAAAAAAA!"

Ancaman Rindu beberapa saat lalu bukanlah main-main, raket kesayangannya berhasil mendarat di kepala Kamboja tanpa bisa di hindari, akibatnya, kepala pria itu mengalami pendarahan.

Masih dengan napas memburu, Rindu berjalan mendekati Kamboja yang kini terduduk kesakitan, Bunga tak dapat melindungi pria yang baru dia kenal barusan, sekarang, menenangkan amarah Rindu lah yang terpenting. "Rin ... lu gaboleh gini, Timur gasuka liat lu ngamuk, kan?" tanya Bunga panik.

Rindu menggeleng, "Gak, Bung ... dia yang mulai! Atlet badminton andalan di Sma Hexagon itu, cuma gue!tidak. a yang lain." Tegas Rindu menolak. Jika title sebagai atlet badminton Rindu berhasil direbut, dirinya tidak akan pantas bersanding dengan si juara satu abadi, yaitu Samudera.

Mengenai pelajaran, otaknya benar-benar Nol besar, jadi, hanya olahraga Badminton yang rasa lelahnya bisa Rindu tangani, seandainya bisa, Rindu ingin bersama Galang sebagai pemain Voli. Tetapi, itu sangat tak memungkinkan bagi kekurangan Rindu.

"Heee? Mengakui secara sepihak, eh? Pasti sogokan ortunya kan? Kasian.."

Degh!

Bunga melotot tak percaya, mulut Kamboja itu benaran garam! Dari penjelasan Samudera beberapa waktu setelah dirinya berteman dengan Rindu, jika menyangkut masalah badminton Rindu benar-benar tidak akan bisa mengendalikan diri. Bisa dibilang, masalah ini adalah hal tabu yang dibahas dengan Rindu langsung. "Hahaha ... LAWAK!"

Tepat saat Rindu akan menendang Kamboja yang sudah terduduk, dering ponsel membuat Rindu mau tak mau menurunkan kakinya lagi. Di lihatnya nama penelfon yang berani mengganggu waktu penyiksaannya.

'My Bubu Samu'

Degh!

Jantung Rindu berpacu cepat, tubuh nya gemetar kuat dan membuat kakinya oleng. Untung saja Bunga sigap dan menggotong Rindu untuk duduk di tempat terdekat, mendengarkan dengan seksama apa yang terdengar dari seberang telefon. "H-halo ... Samu ... Samu kemana aja? Kok gaada kabar? Samu ... Samu gak mikirin perasaan Rindu? Rindu takut kena ghosting sama kamu ... darimana aja?' tanya Rindu terisak.

"..."

Karena tidak ada jawaban, Rindu menatap layar ponselnya, memastikan apa telfonnya masih terhubung atau tidak. "Mmh, ini ... pacarnya anak saya, yah?"

"Eh?"

Sontak Rindu bengong, suara perempuan? dari suaranya, tampak seumuran dengan Ibu Rindu. Apakah dia orang yang melahirkan Samudera?

"Kamu pacarnya Samudera Timur kan?" tanya sosok diseberang serius.

Rindu mengangguk, meski tahu orang diseberang tidak melihat, itu tidak menjadi hal yang buruk. "Iya, ini ... mamahnya, Samu yah?" tanya Rindu balik.

Diseberang, Ibu Samudera terkekeh senang, syukurlah putranya memiliki kekasih yang lucu seperti Rindu. Meski belum melihat, naluri sebagai seorang Ibu membuatnya tahu betul, Rindu benar-benar mencintai putranya. "Kalau udah pulang sekolah, dateng ke Rumah Sakit Estrella yah, Samu kamu masuk Rs.."

Degh!

"Aku kesana sekarang!"

Rindu langsung mematikan telfon dari Ibu Samudera, dia langsung merapikan peralatan sekolah dan memberi hormat pada Pak Polin yang masih belum memahami situasi didepannya. "Pak, saya pamit! Belahan jiwa lagi ada di Rumah Sakit!" lapor Rindu dan berlari kencang meninggalkan semua kericuhan yang dia perbuat.

****

"Tim, makan dulu napa! Nyusahin banget deh!" kesal Ibu Samudera yang muak melihat putra sulungnya sangat sulit disuruh makan, padahal sekarang karena tidak bisa menjaga kondisi tubuh, Samudera terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.

Di saat Samudera hendak mencela makanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit, kericuhan terjadi dari halaman parkir Rumah sakit. Karena tempat tidurnya ada di samping jendela, Samudera bisa melihat dengan jelas sebuah mobil lamborghini hitam datang dengan kecepatan penuh.

Ah, ternyata Ibunya sudah memberitahu Rindu kalau dirinya sakit. Tidak sulit menebak siapa pemilik mobil mahal itu, tidak ada mobil lamborghini berwarna seperti tadi melainkan Rindu sendiri. "Hoo, pacarmu orang berada juga yah?" tanya Ibu Samudera membuat pria itu berdecak tak suka.

"Plis, jangan ngada-ngada Bun ... kalau sampai Rindu ninggalin aku karena Bunda, aku gabakal ngomong sama Bunda lagi!" kecam Samudera mengalihkan pandangannya sang Ibu.

Bukan tanpa alasan Samudera mengancam Ibunya sendiri sekarang, pribadi dari Ibu Samudera itu sangat jahil, dia sangat suka menjahili orang baru. Bagaimana jika nanti Rindu dibuat Ilfeel padanya karena sang Ibu? Dan, memutuskan menjauh? Ahh, tidak, Samudera tidak bisa memikirkan hal seperti itu.

Brak!

"SAMUUU!"

Sambil berteriak keras, Rindu berlari dan meloncat ke atas ranjang tempat Samudera berbaring. Tanpa memikirkan sekitar gadis itu memeluk Samudera erat, saking eratnya pria tersebut merasa napas dari tabung oksigen berhenti berfungsi. Saat ingin menyadarkan Rindu, baju rumah sakit yang basah membuat Pria itu tertegun sejenak.

Rindu menangis.

Ruangan Samudera sontak sunyi, hanya ada isak tangis Rindu yang kian menjadi. Tidak tega dengan hal itu, Samudera berinisiatif untuk mengelus surai panjang kekasihnya hangat. "Maaf karena udah ngilang dari tadi malam, yah?" pinta Samudera.

Rindu menggeleng, merasa puas menangis dia hendak melepas pelukan eratnya dari Samudera, tetapi pria itu menahannya dan membiarkan kepala Rindu menyender di dadanya. "Kamu gasalah, akunya aja yang ngira di ghosting ... ." cicit Rindu membuat Samudera tersedak tak percaya.

Apa? Berarti Rindu mengira dirinya melakukan ghosting? tindakan tercela itu pada Rindu? Aah, tampaknya gadis kesayangannya lupa, sudah berapa lama mereka berpacaran.

"Rin, kita udah dekat dari Smp ... mana mungkin aku melakuin hal kea gitu, jadi jangan overthingking, ntar tambah tua.." tegur Samudera mencolek hidung mancung Rindu.

Dengan pipi memerah, Rindu menatap mata Hazel Samudera lekat, aah, akhirnya rasa rindu ini tersampaikan. Rindu langsung memeluk leher Samudera kembali, menghirup aroma khas dari pria tersebut dalam. "Samuu, rindu ... ." lirih Rindu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Samudera.

Sambil terus mengusap rambut Rindu, Samudera membalas. "Iyaa, tahu kok ... aku juga."

Keromantisan mereka berdua hancur ketika mendengar suara bersin seseorang, seketika Samudera mengingat kembali kehadiran sang Ibu. "Bunda! Jangan bilang di rekam?!" seru Samudera tertahan.

"Khehehehe, iya dong ... apa sih yang enggak buat kamu," balas sang Ibu tanpa dosa.

Pertengkaran mulut antara ibu dan anak tidak bisa di pahami oleh Rindu, gadis itu hanya menatap keduanya polos. Saking polosnya, sekarang dia lah yang berbaring di ranjang Rumah sakit, sedangkan pemilik seharusnya tengah berebut sebuah kamera dengan sang Ibu.

"Berasa jadi orang sakit," celetuk Rindu menarik empat pasang mata yang tengah berkelahi.

Rindu, dengan wajah polosnya berbaring di ranjang Rumah sakit dan menatap lurus ke langit-langitnya, rasa familier di hidungnya membuat Rindu segera bangkit. "Samu, gabakal ninggalin Rindu, kan?" tanya Rindu memastikan saat pria itu kembali duduk di pinggir ranjang.

"Samu gak bakal nyari yang baru kan? Gak nyari yang sempurna, kan?"

Anggukan dari Samudera membuat Rindu menghela napas lega, "Berarti, Samudera-nya balik?"

****

Makasih udah mampir

Luuuv yuuuu!