Hiii...
Happy Reading!
****
Sebenarnya, Rindu sangat ingin mengintrogasi Bunga, dari segi mana rasa suka sahabatnya muncul, karena tidak pernah mengagumi orang selain Samudera, Rindu juga tidak bisa memberi banyak saran.
Tetapi, jika di perhatikan, Bunga dan Kamboja juga berpotensi menjadi sepasang kekasih yang amat luar biasa. Bisa Rindu bayangkan hari-hari mereka senantiasa berdebat, ahahaha, menyenangkan tampaknya.
Tap!
Rindu tersentak saat merasakan sentuhan di keningnya, Bunga terlihat khawatir karena Rindu termenung dalam kurun waktu lumayan lama. "Rin, are you okay?" tanya Bunga khawatir.
"Bung, lu yakin suka?"
Doeng!
Pertanyaan yang tidak diduga keluar dari mulut Rindu, gadis itu dengan entengnya bertanya seolah tidak ada halangan. Ya walau memang demikian, tapi, apakah Rindu sama sekali tidak memikirkan perasaan Bunga?
Malas menjawab, Bunga hanya mengalihkan pandangan dan menatap ke bawah dari rooftop. Acara kabur-kaburannya bersama Rindu berakhir di Rooftop sekolah, satu-satunya tempat yang mustahil di periksa guru. Kenapa? Yah, sebuah keistimewaan sebagai Putri tunggal Ketua yayasan membuat Rindu bisa menguasai beberapa ruangan seperti Rooftop, ruang khusus untuk beristirahat, serta perpustakaan yang digunakan hanya untuk Rindu dan Samudera.
"Tapi Bunga, apa yang menarik dari bunga kuburan itu?" tanya Rindu serius penasaran, Bunga memang mudah jatuh hati, tapi perasaan pas suka dengan Samudera, Bunga tidak seperti ini.
Mungkin, seandainya Samudera ada di sini, pasti pria itu bisa memberikan saran yang maksimal untuk Bunga. Oh iya, Samudera pernah menasehatinya karena putus asa dalam pelajaran.
Tentu saja amarah dari Samudera tidak main-main ketika tahu Rindu hampir membakar buku pelajarannya sendiri. "Dia tuh, tipe gue banget!"
Penerangan singkat dari Bunga berhasil membuat pipi Kamboja yang ada dibalik pintu Rooftop tersipu malu, niat awalnya hanya ingin meminta maaf justru mendapat penuturan yang sama.
Sama seperti Bunga yang menganggap Kamboja tipenya sekali, dia pun merasa begitu sejak awal Kamboja menolong Bunga. Detak jantungnya seketika berdebar kencang, perasaan tak karuan membuncah dan membuat napas Kamboja memburu.
"Apasih, pria dekil kek gitu di jadiin tipe kesukaan! Ntar ikut gue ke pesta, di sana banyak cogan." ujar Rindu dengan mudahnya membuat senyuman Kamboja sirna.
Yang benar saja! Sebagai sahabat, bukankah seharusnya Rindu mendukung kedekatannya dengan Bunga?! Ah, sial ... penglihatannya pada Rindu memang benar-benar menyebalkan. Sepertinya Kamboja harus menyingkirkan Rindu terlebih dahulu.
Tapi, bagaimana? Tidak mungkin dirinya menyingkirkan Rindu di hadapan Bunga langsung kan? Baiklah, untuk sekarang Kamboja akan mengalah, lihat saja nanti!
Sambil berdecih tak suka, Kamboja kembali menuruni tangga, dia harus memikirkan tindakan yang matang untuk menghadapi Rindu, si gadis iblis!
Derap langkah yang semakin menipis membuat mata biru Rindu melirik arah pintu rooftop, senyum tipis yang di keluarkan Rindu membuat Bunga mengerutkan kening. "Lu kenapa dah?" tanya Bunga penasaran.
Pantas saja Bunga merasa heran ketika Rindu yang awalnya berisik karena menjelek-jelekkan Kamboja di depannya seketika terdiam sambil menatap pintu rooftop.
Rindu menggeleng pelan, toh tidak ada gunanya memberitahu kalau sebelumnya ada Kamboja dibalik pintu, kan? "Gue, kurang suka si bunga kuburan!" cetus Rindu mencebikkan bibirnya.
Baru kali ini ada orang yang berani membalas celetukkannya dengan sangat kejam, hati lembut Rindu terluka karena Kamboja! Jika saja Samudera ada, dia pasti sudah melayangkan tinjuan pada Kamboja.
Bunga terkekeh pelan, satu tangannya bergerak mengambil salah satu eskrim sebelum akhirnya seseorang memasuki area rooftop. "Lah? Ada orang ternyata,"
Orang yang baru saja membuka pintu rooftop adalah Eduard, sahabat Samudera yang selalu nyelonong masuk. "Sudah tahu ada orang, lu masih masuk?" tanya Bunga sinis.
Eduard mencibir, tetapi tak ragu pria itu mendekati keduanya dan duduk di pembatas rooftop sambil menyalakan rokok.
Fyuuuuh!
"Uhuk! Uhuk! Sial*n! Lu sengaja buang asapnya ke gue?!" bentak Bunga murka saat dengan sengaja Eduard menghembuskan asap rokok pada Bunga.
Sambil menjulurkan lidahnya, Eduard mundur menjauhi Bunga dan bersembunyi dibelakang Rindu yang asik memakan eskrim. Geram melihat Eduard mengejeknya, tanpa berpikir Bunga melempar eskrim di tangannya pada Eduard.
Plak!
Doeng!
"Lu, sengaja?" tanya Rindu berdesis tak suka.
Wajahnya telah kotor akibat lemparan eskrim dari Bunga, lihatlah, yang bertengkar siapa, siapa pula yang jadi terlibat karenanya! Panik, Bunga dan Eduard menyerahkan sapu tangannya pada Rindu.
Baiklah, karena keduanya terus meminta maaf Rindu akhirnya luluh. Bunga dan Rindu mengambil eskrim dan membukanya masing-masing, "Lah?! Rasa duren? Iyyyuuh!"
Pekikan penuh rasa jijik terdengar dari Bunga, aah, sepertinya Bunga membenci durian? Lumayan juga' pikir Rindu terkekeh.
"Rin, eskrim-nya abis yah?" keluh Eduard tak percaya, saat di lihat, ternyata eskrim itu telah ludes tak bersisa. Eeh? Berapa banyak eskrim yang dia makan hari ini?!
"Riin, tukeer.." rengek Bunga memelas, sayangnya Rindu juga tidak menyukai durian, buah berbau tajam itu membuat Rindu sangat tidak senang.
Maaf saja, kalau disuruh menolong Bunga dengan menukar eskrim mereka, atau membiarkan Bunga memakan eskrim tersebut. Maka dengan tegas Rindu memilih pilihan kedua, sekali lagi, maaf Bunga.
"Kalo gasuka, buat gue aja!" seru Eduard mengambil eskrim Bunga tanpa menunggu persetujuan dari pemiliknya terlebih dahulu.
Dalam sekejap eskrim durian tersebut ludes di makan Eduard, air mata terkumpul dan akhirnya jatuh dengan deras. "HUEEEEE! ESKRIM GUEEEEE!"
Eduard kelabakan, pria itu mengajak Bunga untuk turun dan membeli ulang eskrimnya. "Kenapa gak gerak?! Ayo cepet, keburu bel masuk!" ajak Eduard panik.
****
Duarr!
"HUAAAA!"
Bunga secara reflek berteriak kencang ketika merasakan tepukan kencang dari belakang, saat menoleh terlihat lah sosok Rindu dengan cengiran konyolnya. "Rindu! Lama-lama gue jantungan astaga!" omel Bunga mencubit lengan Rindu pelan.
Disamping sahabatnya, Samudera berdiri di sana sambil memasang wajah flat khasnya, waah, Bunga akhirnya melihat sosok asli Samudera, bukan sosok bucinnya Rindu. "Pagi Rin, Tim.." sapa Bunga tersenyum simpul.
Rindu membalas sapaan pagi Bunga dengan cara memeluk sahabatnya erat, ada alasan Rindu memeluk Bunga, tepat dibelakang gadis itu, ada Kamboja yang mengikutinya bak stalker. 'Tingalkan Bunga, atau mati!' kecam Rindu tanpa suara.
Muak dengan ejekan demi ejekan dari Rindu, Kamboja memantapkan diri untuk menghampiri gadis itu dan menarik kerah almameternya cepat, saking cepatnya sampai Samudera tidak sapat bereaksi sampai tubuh Rindu dijatuhkan ke tanah. "BANGS*T!"
Buagh!
Samudera marah, dia melayangkan pukulan keras pada Kamboja sebelum akhirnya membantu Rindu berdiri. Terlihat, kedua lutut Rindu berdarah karena di dorong lumayan kencang oleh Kamboja.
'Aah, gue tidak berpikir Kamboja senekat ini..' gumam Rindu dalam benaknya. Secercah rasa bersalah semakin membesar di hati Rindu sekarang.
Segera Rindu menarik Samudera yang terus memukuli Kamboja tanpa henti menjauh dari pria tersebut, bisa gawat kan kalau Kamboja harus dilarikan ke Rumah sakit. "Lu gapapa?" tanya Rindu justru mengkhawatirkan Kamboja ketimbang lukanya yang terus merembes keluar.
Plak!
Dengan kasar Kamboja menepis tangan Rindu yang ada di bahu pria tersebut, napas Samudera kian memburu. "Udah. Gaperlu ngurusin si bangs*t ini, Rindu! Ayo kita pergi." Ajak Samudera menggendong Rindu ala Bridal style.
Saat sudah beberapa langkah menjauh, suara Kamboja membuat emosi Samudera bangkit kembali, "Heh! Ayo tanding badminton sama gue! Kalau lu kalah, lepas title atlet badminton elu, dan jauhi Bunga!"
"Anak anj--"
Sebelum Samudera mengeluarkan sumpah serapahnya, Rindu setuju. "Oke, tapi, kalau gue menang lu jadi budak gue!" balas Rindu tersenyum miring.
Budak yah, tampaknya bukan hal yang sulit, toh Kamboja akan mengalahkan Rindu dengan telak, jadi tidak apa kan dia menerimanya? "Oke, Deal!"
Tanpa mengetahui seperti apa orang yang akan mejadi lawan tanding badmintonnya, Kamboja membuat keputusan yang sangat merugikan diri sendiri. Rindu senang karena pria itu lebih bodoh dari yang dia kira, paling tidak setelah bisa mengalahkan Kamboja, Rindu akan menyiksa pria itu sepuasnya.
'Hohoho, tunggu tanggal mainnya, Kamboja Dirgantara!' batin Rindu terbahak puas.
****
Makasih udah baca, Luv yuuu!