Chereads / CRAZY WITH YOU / Chapter 32 - Masa Lalu

Chapter 32 - Masa Lalu

Hiii...

Happy Reading!

***

Sambil menyuapi Rindu yang sudah berbunga-bunga, Samudera terus menatap wajah cantik Rindu. "Gue penasaran, rencana apa yang lu berdua buat.." guman Samudera mendesah lelah, yah, semoga saja sesuatu yang tidak merepotkan dirinya.

"Ayo cepat habiskan buburnya!"

Rindu mengangguk patuh, dia menghabiskan bubur itu sendirian karena Samudera harus pergi di jam pelajaran kedua. Hari ini adalah lomba yang Samudera ikuti, dia harus bersiap karena hal tersebut. "Maaf yah, gue pergi dulu." pamit Samudera.

Sebelum benar-benar pergi, Samudera melambaikan tangan seraya tersenyum di pintu Uks, berat rasanya harus mengikuti lomba padahal dia baru pulih dari sakitnya. "Kenapa gue jadi males ikut lomba lagi yah," gumam Samudera heran.

Dari ruang Uks, Samudera berjalan cepat menuju ruang guru, mungkin karena sudah terlalu nyaman dengan Rindu, rasanya Samudera ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan lalu kembali pada gadis itu. Rasanya, Samudera terkena pelet dari Rindu, iya pelet, pelet cinta.

Jika diingat, awal pertemuannya di bangku Smp lumayan heroik.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Khuhaaak!"

Samudera memuntahkan sedikit darah ketika di pukuli dengan kejam oleh teman sekelasnya sendiri, hanya karena dirinya selalu mendapat nilai seratus, Samudera terus-terusan menjadi samsak hidup mereka.

Bukan ini yang Samudera harapkan, dia hanya ingin bersekolah dengan tenang, mendapat nilai sempurna, menjadi lulusan terbaik dan membanggakan Bunda. Tapi tampaknya itu tidak lah mudah, sejatinya, manusia lebih menyeramkan dibanding hewan liar.

Hanya karena rasa Iri, manusia seperti mereka bertindak seenaknya dan menindas yang lemah, apa semuanya seperti ini? Memang yang membully nya hanya berlima, tetapi teman sekelasnya yang lain hanya terdiam dan menyaksikan kekerasan yang terjadi.

Parahnya, guru yang melihat hal ini sama sekali tidak memerdulikannya yang hanya seorang anak dari penjual kue. "T-tolong berhenti lah ... aku sudah memberikan uang saku-ku padamu," lirih Samudera, tubuhnya terasa hampir lepas karena sudah dipukuli lebih parah dari biasanya.

"Percuma Tim, percuma! Karena elu, ortu selau membandingkan nilai kami dengan nilai lo! Sial*n, mereka dengan mudahnya menyuruh untuk mendapatkan nilai sempurna!" decih Brandon, teman sekelas yang menjadi pemimpin bullying pada Samudera.

Ah, sudahlah, Samudera sudah tidak tahan dengan semua ini ... kasihan ibunya membiayai sekolah dengan susah payah, tetapi dirinya hanya berpikir untuk berhenti sekolah.

'Bunda, maaf, maaf Timur lemah..' lirih Samudera dalam benak.

Brakk!

Di saat Samudera telah berputus asa, sosok cantik bak malaikat datang. Mata berwarna biru yang menandakan dia bukanlah gadis sembarangan membuat Samudera segera memutus eye contact keduanya.

"Nona Rindu, sedang apa di sini?" tanya Brandon mendadak sopan. Pria itu jalan mendekati gadis bermata biru dan membungkuk sedikit.

Satu kelas ricuh ketika melihat preman kelas yang kaya tiba-tiba menghormati gadis yang tubuhnya hanya sebatas bahu Brandon. "Sudah aku perhatikan, belakangan ini kau terus membully seseorang, yah.." ucap gadis itu dengan nada menyindir.

"Dari mana sifat buruk itu muncul? Ayahmu, atau Ibumu? Sepertinya aku harus memberitahu Ayah.." lanjutnya membuat Brandon panik, dia langsung bersimpuh dan meminta untuk tidak dilaporkan.

Kenyataan bahwa, ayah Brandon adalah bawahan ayahnya gadis itu membuat satu sekolah geger. Pasalnya Brandon bertingkah dia lah yang paling kaya tanpa melihat sosok sederhana dari gadis bermata biru tersebut.

"Okee, tapi mulai besok kamu beserta temanmu harus pindah dari sini." Tegas gadis itu sebelum berjalan melewati Brandon, dia jongkok di samping Samudera dan membantu pria itu berdiri. Membawanya menuju uks yang memiliki jarak lumayan jauh dari kelas 8 A.

Di perjalanan, gadis itu berceloteh panjang lebar tentang Brandon yang terlalu sombong dan membuat gadis tersebut muak. Menyakiti manusia lainnya karena hal sepele juga membuatnya muak.

"Btw, nama kamu siapa? Namaku Rindu Senja, boleh dipanggil Rindu, atau bahkan Senja hahaha!"

Samudera tersenyum. Ternyata, masih ada orang baik yang hadir dalam hidupnya. Syukurlah, setidaknya Samudera tahu ada orang baik disisinya. "Namaku Samudera Timur, salam kenal yah, Rindu.."

Degh!

Pipi Rindu memerah saat melihat Samudera tersenyum, untung lah keduanya sudah sampai di uks sehingga Rindu bisa menghindar sebentar untuk memanggil dokter sekolah.

"Nak Rindu, siapa yang terluka? Apa-- Haaa?! kenapa anak sial*n ini kemari?! Pergi, kau bahkan tidak bisa membayar iuran Uks, lalu untuk apa ikut meminta obat di sini!"

Tanpa perasaan dokter itu menarik tangan Samudera kasar, dia menyeretnya kencang sampai Samudera hampir tersungkur, bersyukur ada Rindu yang sigap menangkapnya. "Dokter gila, yah?! Orang terluka bukannya di obatin malah di usir?!" tanya Rindu tidak percaya.

Dokter itu menegang saat menyadari Rindu, yang notabene-nya adalah putri tunggal dari donatur di Smp Langit. Karena membenci Samudera, dia melupakan keberadaan sosok Rindu Senja. "Anu ... saya kira dia murid nakal karena selalu terluka dan meminta obat di sini tanpa ikut bayar iuran Uks.." terang sang dokter berharap Rindu ada di pihaknya.

"Haaa?! Jadi bagi dokter, uang iuran lebih penting ketimbang nyawa pasiennya? Gila, sekolah ini diisi orang-orang gila duit!" ucap Rindu kecewa.

Mungkin, karena para guru tahu dirinya adalah anak donatur terbesar, mereka memperlakukan Rindu bak seorang putri. Tetapi sekarang, fakta dari sudut pandang yang tidak pernah dia rasakan, telah di saksikan oleh Rindu secara langsung.

Tidak tahan dengan semua yang telah dia lihat, Rindu mengambil ponsel Iphone biru miliknya, lalu menghubungi ayahnya langsung.

"Ada apa putri Ayah yang paling cantik?" tanya seorang pria paruh baya dari seberang

Tanpa membuang waktu lebih banyak, Rindu pun mulai mengadu. "Papaaa, aku muak dengan semua pegawai di Smp Langit!

"Hah? Coba jelaskan apa yang terjadi? Apa mereka memperlakukanmu dengan buruk?" tanya sang ayah dengan nada dingin.

Rindu tetap menggeleng meski tahu ayahnya tidak akan melihat hal itu, "Bukan, hari ini aku melihat sudut pandang berbeda dari seorang Rindu! Mereka makhluk keji Papaa," rengek Rindu menangis.

Marah mendengar putrinya menangis, Ayah Rindu pun mengatakan dia akan mengurus semuanya. Setelah telfon terputus, tidak sampai satu menit ruang Uks di datangi oleh kepala sekolah yang berwajah pucat.

Tanpa babibu pria berperut bulat itu sujud di depan Rindu, meminta gadis itu untuk membujuk ayahnya yang telah berhenti menjadi donatur, serta menarik seluruh uang yang di investasikan keluarga Rindu pada Smp Langit.

Untuk pertama kalinya, Samudera menyaksikan kejadian yang mustahil dilihat olehnya, kini terjadi didepan matanya. "Menjijikan! Ayo Samudera, kita harus pindah sekolah karena di sini hanya berisi SAMPAH!" tekan Rindu sambil menarik Samudera keluar.

Samudera, di ajak menaiki sebuah mobil mewah, dan merasakan makanan enak di resto bintang lima. Perasaan tidak enak pun membuat Samudera yang tengah di ajak Rindu keliling mall berhenti melangkah.

Rindu menoleh, alisnya terangkat heran saat Samudera enggan berjalan. "Kenapa? Laper yah, mau makan?" tanya Rindu dengan polosnya.

Gelengan dari Samudera membuat Rindu heran sendiri, meski begitu, dia membiarkan Samudera untuk membuka mulut terlebih dahulu. "Aku, gapantes dapetin semua ini Rindu ... udah cukup, aku gabisa nerima lebih dari ini.." lirih Samudera menunduk malu.

Betapa kagetnya Samudera saat Rindu duduk di lantai mall, demi melihat wajah Samudera yang menunduk. "Heee? Kenapa wajah tampanmu itu murung? Ayolah, kita kan teman! Lagi pula aku suka sama Samu!" ucap Rindu tersenyum lebar.

Degh!

Mulai saat itu, pertemanan berujung jadi kekasih terjadi. Aah, masa seperti utu benar-benar membuat Samudera kangen.

"Tim, ayo bersiap ... lombanya hampir di mulai." ujar guru Fisika diangguki Samudera.

Baiklah, setelah lomba ini mungkin Samudera akan mengajak Rindu jalan-jalan.

****

Makasih udah baca, luv yuu!