Hiii...
Happy Reading!
***
"Tim, ayo bersiap ... lombanya hampir di mulai." ujar guru Fisika diangguki Samudera.
Baiklah, setelah lomba ini mungkin Samudera akan mengajak Rindu jalan-jalan.
***
Perlombaan kemarin dimenangkan tentunya oleh Samudera, dengan telak dirinya mengalahkan musuh sampai mereka tidak bisa mencetak angka sedikitpun. "Nak, kamu terlalu kejam kemarin." tegur Pak Galih, guru Fisika di Sma Hexagon.
Sekarang pria itu tengah berada di ruang guru untuk menerima hadiah karena memenangkan perlombaan tingkat provinsi, seperti biasanya, Samudera mendapat uang, piagam serta sertifikat sebagai pemenang.
"Kalau tidak begitu, suatu saat mereka akan kembali untuk membalaskan dendam kekalahan. Lebih baik saja menghancurkan keberanian mereka sekarang ketimbang kesusahan kelak," terang Samudera memasukkan uang dalam amplop kedalam saku seragamnya.
"Baiklah, nanti kalau ada lomba lagi akan bapak beritahu.." ujar Pak Galih diangguki Samudera, dia memberitahu untuk tidak terlalu sering memasukkan nama Samudera ke dalam daftar lomba karena terlalu lelah jika harus berlomba terus.
Merasa semua urusan telah di selesaikan, Samudera pamit pergi karena harus ke lapangan badminton, seperti janji Rindu kemarin, kekasihnya itu akan tanding badminton dengan Kamboja.
"Dia mencari musuh yang salah," gumam Samudera menggeleng.
Sebelum pergi ke lapangan, dia menyempatkan diri untuk membeli minuman untuk Rindu, pasti sekarang ini pertandingan mereka hampir selesai. Mengurus lomba itu terkadang menyebalkan, walau uang hasil lomba itu bisa untuk keperluannya beberapa saat, tetap saja sekarang waktunya harus dibagi untuk Rindu juga.
"Total nya berapa, Bu?" tanya Samudera mengeluarkan dompetnya, dia membeli dua botol air minum serta cookies untuk mengganjal perut Rindu.
Sekarang pukul 09 pagi, sudah jadwalnya memakan permen kan? Akan lebih baik jika kekasihnya itu. mengisi perut terlebih dahulu sebelum makan yang manis.
Greb!
"Ayaaang,"
Degh!
Tubuh Samudera membeku, pikirannya bertanya-tanya siapa orang yang berani memeluk dirinya, jelas itu bukanlah Rindu, aroma parfume yang menyengat sangat bukan Rindu. Setelah sadar dari rasa shocknya, Samudera menepis dan mendorong orang yang memeluknya begitu erat.
Saat mata Hazel Samudera melirik, sosok perempuan dengan make up lumayan tebal tersenyum menatapnya. Siapa? Samudera merasa tidak memiliki kenalan seperti ini di sekolah.
"Siapa?" tanya Samudera dingin.
Perempuan itu tampaknya anak kelas 12, berarti, kakak kelas yah? Ada keperluan apa kira-kira?' batin Samudera bertanya-tanya.
Jujur, Samudera tidak melihat wajah perempuan di depannya. Yang dia lihat hanyalah make up yang menempel pada wajah yang datar. Ah, ada sebuah rahasia yang hanya di ketahui oleh orang terdekat, bahwa Samudera tidak bisa melihat wajah gadis selain Bunda, Rindu, dan Mama(Ibu Rindu)
Entah bagaimana munculnya, tetapi rahasia ini sudah ada sebelum Samudera kenal dengan Rindu. Mungkin, hal ini adalah seleksi alam bawah sadar Samudera terhadap orang-orang yang mendekatinya. Tidak sedikit orang yang datang pada Samudera karena ada perlunya, jadi tak heran dia tidak bisa melihat wajah wanita yang menurutnya tidak penting.
"Amelie, pacar kamu.." ucapnya pede sambil memeluk lengan kanan Samudera.
Tunggu, apa? Pacar, sejak kapan Samudera memiliki kekasih selain Rindu? Aaah, jika gadisnya mendengar hal ini, mungkin saja wajah perempuan didepannya akan terluka parah.
"Bisa lepas?" tanta Samudera dibalas gelengan tegas dari perempuan itu.
Risih dengannya, Samudera kembali menepis gadis tersebut lumayan kencang dan berjalan mundur. "Tolong jangan gila, saya tidak ingat punya hubungan dengan anda." menggunakan formalitas, Samudera berhasil mempermalukan Amelie di hadapan murid lainnya.
Tentu saja ini tontonan yang menarik, beberapa saat lalu Amelie sudah dipermalukan oleh Rindu, dan sekarang, Samudera mempermalukan Amelie lebih sadis.
"Oh iya, biasakan untuk tidak menganggap seseorang milikmu. Akan sangat menyakitkan jika mereka yang kau sebut milikmu menepisnya seperti tadi." lanjut Samudera, setelah membayar belanjaannya pria itu beranjak pergi tanpa menghiraukan Amelie yang sudah mati karena malu.
Cemoohan dari murid di sana membuat perasaan Amelie semakin buruk, gadis itu berlari meninggalkan area kantin sambil mendengarkan tawa meremehkan pada dirinya.
'Sial! Awas saja nanti, Rindu akan ku bunuh!' desis Amelie dalam benaknya.
Duagh!
"Kyaaaa!"
Amelie berteriak keras saat botol kaca terlempar ke arahnya dan membentur dinding di samping gadis tersebut hingga pecah berhamburan.
Jantung Amelie berpacu cepat saat Samudera, menghampirinya dengan wajah suram. Langkah demi langkahnya membuat Amelie ketakutan, "K-kamu ... kamu kenapa lempar b-botol?!" tanya Amelie panik.
Tanpa suara, Samudera terus jalan mendekat. pandangannya terlihat sangat dingin, berbeda dari Samudera biasanya. Bagaimana pria itu berubah dalam waktu secepat ini?!
"Jangan ... ."
Kalimat yang Samudera keluarkan menggantung, namun, justru itu lah yang membuat Amelie semakin ketakutan terhadap Samudera. Napasnya berat, seolah tahu apa yang Amelie rencanakan sebelumnya.
"Jangan pernah berniat mencelakai Rindu, paham?" tekan Samudera dengan nada pelan.
Karena tidak bisa mengeluarkan suaranya, Amelie mengangguk cepat. Dia harus selamat terlebih dahulu sebelum menyusun rencana untuk mencelakai Rindu kan?
Bugh!
"GUE BILANG JANGAN SEKALI-KALI LU MIKIR BISA NYAKITIN RINDU! PAHAM GAK?!"
"I-iya ... iya Samu, iyaa.." ucap Amelie ketakutan.
Samudera menggeleng wajahnya terlihat muak ketika mendengar nama panggilan dari Rindu keluar dari mulut orang lain, "Jangan pernah menggunakan nama panggilan itu, kalau lu masih mau bisa ngomong besok." tekan Samudera sinis.
Perasaan takut menghantui Amelie, gadis itu jatuh terduduk dengan keringat membanjiri tubuh, puas dengan itu Samudera berbalik dan mulai melenggang pergi.
Tidak akan Samudera biarkan seseorang pun bisa menyakiti Rindu, gadis itu adalah miliknya, tidak ada yang boleh menyakiti Rindu, ya, tidak ada yang boleh menyakiti kesayangannya.
****
"Score 21-03! Pemenangnya adalah Rindu Senjaaa!"
Huaaaaaaaaargh!
Gemuruh kemenangan mengelilingi lapangan badminton, para fans Rindu telah memenuhi tempat tersebut. Tentu saja, dimana ada Rindu, maka jangan tanya kenapa ada banyak orang disekitarnya.
"So, are you ready to be my slave?" tanya Rindu dengan wajah merendahkan.
Kamboja terduduk kaku, apa ini? Bukannya dia sudah berusaha keras sehingga bisa jadi perwakilan di Sma sebelumnya? Lalu kenapa Kamboja tidak bisa mengalahkan seorang gadis kecil yang tidak memiliki banyak energi sepertinya? Ah ... jadi ini lah yang dimaksud guru dulu, 'Orang yang berusaha keras akan kalah dengan orang genius.'
Inilah kekurangannya, seberapa keras pun Kamboja mencoba, dia akan selalu kalah dengan orang genius. "Masa bodo!" ketus Kamboja hendak kabur dari area lapangan.
Tapi tentu saja itu mustahil, mengingat fans Rindu telah mengepung dan menjadi pagar baginya. "Sial*n! Minggir gak lu pada?!" bentak Kamboja berusaha menerobos lautan manusia tersebut.
Karena Rindu belum memberi izin, para fans-nya pun sontak mendorong Kamboja masuk. "Woi, jangan kabur dong! Kalah ya kalah, ngaku aja napa sih!" seru fans Rindu.
"Cih,"
Kamboja berdecih tak suka, dia akhirnya memutuskan untuk beristirahat di tengah lapangan dengan matahari pagi membakar dirinya. Lain dengan Rindu yang malah diberikan payung serta kursi dari fansnya.
Saat Samudera datang, dengan otomatis para fans Rindu bergeser, membiarkan pria itu lewat dengan mudahnya untuk menemui Rindu. "Ini minumnya, trus makan Cookies ini ... sekarang waktunya makan permen kan?" tanya Samudera diangguki Rindu, setelah berterima kasih langsung saja Rindu menyantap makanan dari Samudera.
Melihat Kamboja terduduk di tanah, Samudera telah menyimpulkan kalau pria itu telah kalah. Dengan perasaan licik Samudera jalan mendekat, "Heee, kasian kalah taruhan ... Jadi babu! Hahahahahaha!"
Doeng!
****
Makasih udah mampir, luv yuuu!