Hiii...
Happy Reading!
****
"Berasa jadi orang sakit," celetuk Rindu menarik empat pasang mata yang tengah berkelahi.
Rindu, dengan wajah polosnya berbaring di ranjang Rumah sakit dan menatap lurus ke langit-langitnya, rasa familier di hidungnya membuat Rindu segera bangkit. "Samu, gabakal ninggalin Rindu, kan?" tanya Rindu memastikan saat pria itu kembali duduk di pinggir ranjang.
"Samu gak bakal nyari yang baru kan? Gak nyari yang sempurna, kan?"
Anggukan dari Samudera membuat Rindu menghela napas lega, setidaknya sekarang dia bisa berhenti overthingking. "Berarti, Samudera-nya balik?"
Ctak!
Dengan mudahnya Samudera menjitak Rindu kencang, siapa juga yang mau pergi, gadisnya terlalu banyak berpikir! "Gue gasuka yah, lihat lu overthingking kaya gini!" ketus Samudera dibalas cengiran konyol dari Rindu.
Merasa di abaikan, Ibu Samudera menyela, "Cewe sama Overthingking itu saudaraan, wajar kami terikat sama overthingking. Jadi yang harus berbenah diri itu kalian, kaum lelaki!" ujar Ibu Samudera membuat anaknya ternganga tak percaya.
Karena tahu wanita paruh baya di depannya berhasil membuat Samudera kincep, Rindu pun menatap nya dengan mata berbunga-bunga. Bukan kah wanita ini luar biasa? Rindu tampaknya harus belajar dari Ibu Samudera!
Ah, ngomong-ngomong soal Ibu Samudera, apa pria itu tidak ada niatan memperkenalkan Rindu dengan Ibunya? Begitu kah?
"Samu ... lu, gamau ngenalin gue sana ibu lo yah?" tanya Rindu blak-blakan.
Samudera yang baru duduk di ranjang rumah sakit tersentak mendengarnya, lagi, sudah dia peringatkan untuk tidak mengira-ngira kenapa Samudera melakukan itu! "Enggak Rin! Ya ampun, kenalin ... dia Bunda gue, Tatia Zholta."
Tanpa di tanya dua kali, Samudera memperkenalkan ibunya pada Rindu. Merasa senang diperkenalkan, Tatia baru mendekat dan memeluk Rindu tanpa aba-aba.
Hangat. Itulah perasaan yang Rindu rasakan pertama kali sebelum rasa menggelitik di perutnya, "Ah! Hahahahaha! Tanteee! Jan digelitikinn!"
Tawa Rindu seketika pecah ketika Tatia jahil dan menggelitiki pinggang Rindu, tanpa ampun wanita paruh baya itu terus menggelitiki Rindu sampai gadis tersebut ambruk di lantai.
"Bunda!" tegur Samudera, setelah di tegur oleh Samudera, baru lah Tatia berhenti dan asik menertawakan Rindu yang sengsara.
'Ah, rasanya seperti dikurung kedalam ruang hukuman..'
Rasa lelah Rindu dapatkan, overthingking lagi-lagi menyerang kepalanya, pikiran tentang Tatia yang tidak menyukainya terus berputar-putar di otak kecil Rindu. 'Sepertinya wanita itu memang tidak menyukaiku.' ujar Rindu dalam benak dengan perasaan sedih bukan main.
"S-samu ... kayanya, gue pulang sekarang yah? Tadi ayah nelfon nyuruh pulang.." ucap Rindu.
Samudera yang asik memarahi Ibunya sontak menoleh, Rindu, menunduk menatap kakinya dan pergi menjauhi ruangan tanpa membiarkan Samudera membuka suara. "Rin! Rindu!"
"Bunda jahat, sumpah!" lirih Samudera.
Mengabaikan Infus yang ada di tangannya, Samudera langsung lari menyusul Rindu yang sudah turun menggunakan lift. dengan darah yang terus menetes, serta napas yang memburu, Samudera tidak patah semangat.
Sayangnya, karena ruangan Samudera ada di lantai 5, pria itu terlambat menghentikan laju lamborghini milik Rindu. Ah, sial ... inilah yang Samudera takuti saat Ibunya bertemu Rindu!
Dia sudah mewanti-wanti hal ini akan terjadi, mengingat ibunya yang suka bercanda, dan Rindu yang kurang suka di jadikan bahan candaan seperti tadi. "Aah, sial! Kenapa gue harus sakit?!" bentak Samudera menendang angin.
Bagus, pikirannya sekarang hanya dipenuhi bagaimana reaksi Rindu besok. Rindu itu tipe orang yang sulit melupakan hal memalukan, Dia tidak yakin Rindu mau bertatap muka dengannya besok.
"Timur ... maafin Bunda, kirain dia bisa di ajak bercanda.." lirih Tatia sedih. Niat awalnya hanya untuk mencairkan suasana yang sedih, ternyata caranya salah.
Melihat air mata Tatia menetes, Samudera tidak bisa marah, pria itu mengusap air mata yang berjatuhan dari pipi sang Ibu, lalu mengajaknya masuk. "Gapapa Bun, besok biar aku jelasin sama Rindu.." ujar Samudera memejamkan matanya lelah.
Sesampainya diruangannya, Samudera hanya bisa termenung dan memikirkan beberapa alur yang akan terjadi padanya. Antara Rindu yang jadi ilfeel lalu pergi menjauh, atau memaafkan Tatia, Ibu Samudera tetapi tidak ingin melanjutkan hubungan. Atau bahkan, menganggap semua perlakuan Ibunya tidak pernah terjadi.
"Tim, ayo makan dulu ... ." pinta Tatia yang masih merasa bersalah, putranya kini semakin sedih karenanya!
Tahu perasaan yang sedang di rasakan oleh sang Ibu, Samudera menurut dan menghabiskan makan siangnya. "Sudah yah, Timur mau tidur dulu." ucap Samudera kembali berbaring setelah menghabiskan makan siangnya.
Tatia mengelus surai putra sulungnya hangat, dalam hati dia berjanji akan memperbaiki hubungannya dengan Rindu, kekasih putranya. "Menjadi orang yang sangat suka bercanda ternyata tidak baik, haiih.."
****
Pagi telah menyingsing, meski jam baru menunjukkan pukul 7 pagi, Rindu sudah duduk anteng di kantin bersama banyak makanan. Begini lah Rindu, dia akan makan banyak ketika sedang berpikir banyak. Masih dengan topik yang sama, Rindu tengah mencerna perlakuan Tatia kemarin, apa itu murni karena tidak suka, atau hal lainnya.
"Hmm, aku terlalu bodoh untuk memikirkannya sendiri.." gumam Rindu dan menyuapkan nasi pecel yang di pesannya.
Dreek!
Mendengar suara kursi berderit, Rindu menaikkan pandangannya. Dengan mulut yang masih mengunyah nasi pecel, keningnya terangkat guna menanyakan ada apa, kenapa siswi bernama Amelie Blassia itu duduk di hadapannya.
"Sibuk?" tanya Amelie dibalas gelengan oleh Rindu.
Tidak ada yang membuat Rindu sibuk, selain menghabiskan makanan di hadapan tentunya. "Kenapa nanya begituan?" tanya Rindu balik.
Dirinya merasa heran, kok bisa, sepagi ini sudah ada orang? Padagal di Sma Hexagon, jam masuknya pukul 08 pagi, masih ada waktu satu jam sebelum bel masuk berbunyi.
"Minta yah," ucap Amelie mencomot kentang goreng Rindu.
Merasa Rindu tidak memarahinya, Amelie ikut memakan semua pesanan Rindu hingga berhasil menghabiskannya berdua. "Fuaaah! Enak yaa?" tanya Amelie menepuk perut yang mulai membuncit karena terlalu banyak makan.
Rindu mengangguk setuju, semua makanan buatan ibu kantin itu luar biasa dan tidak akan tergantikan. "Bu! Jus Alpukatnya satu!" seru Rindu memanggil Ibu kantin.
Kesunyian kembali menghampiri keduanya, hanya ada tatapan menyelidik dari Amelie kepada Rindu, selama tidak menyakitinya, Rindu sama sekali tidak marah. Toh, tidak ada ruginya.
Murid murid perlahan tapi pasti mulai berdatangan, sadar akan timing yang pas, Amelie mulai bertanya hal yang akan menyulut emosi Rindu. "Btw, lu kenal Samudera Timur sejak kapan? Rumornya, lu deket sama si juara satu abadi itu?"
Aksi Rindu yang membuka aplikasi hiburan sontak terhenti, gadis itu menatap Amelie dalam dan meletakkan hpnya. "Sejak Smp? Memangnya kenapa?" tanya Rindu mulai curiga.
Senyuman licik dari Amelie membuat Rindu semakin waspada, sebenarnya apa yang di rencanakan ular satu itu?! Rindu berharap gadis yang sudah dia beri makan tidak akan menggigitnya, jika menggigit pun, Rindu akan memotong kepalanya sebelum bisa ular mengenai Samudera.
"Dia baikkan? Aslinya tampan? Dari wajahnya aja gue tahu! Dia pura-pura nerd supaya gak narik perhatian, gue tahu itu!" ujar Amelie menggebu-gebu.
Ah, Rindu jadi ingin tertawa mendengar sebutan 'Nerd' yang Amelie keluarkan. Jujur, hal seperti itu tidak pernah ada, sosok Samudera yang berkacamata memanglah murni karena minus, bukan mau tampil sok Nerd.
Lagipula, Samudera-nya itu anti keramaian, bukan karena ingin menarik, melainkan trauma di masa lalu membuatnya begitu. Bagaimana? Di bandingkan Amelie, Rindu lebih tahu banyak kan?!
"WOI! Rin, lu dengerin gak sih?" tanya. Amelie protes saat ceritanya tidak didengarkan oleh Rindu.
Gadis itu meringis pelan sebelum akhirnya menatap Amelie dengan berani, "Maaf, tadi abis mikirin seseorang." ujar Rindu jujur.
Seolah tak peduli, Amelie mulai menceritakan kembali tentang Samudera, tentu saja semua itu murni karangan dari Amelie. Semua kejadian yang si sebutkan olehnya tidak pernah terjadi. Haha.
"Jadi, gue udah deket dari Samu Sd!"
Degh!
Entah kenapa, Rindu paling tidak suka nama Samu ikut disebut orang lain. "Namanya Timur, panggil aja Timur, Mel." tekan Rindu membuat gadis itu tersentak.
"Lu kenapa sih? Tapi ... sabi lah, jadiin Samu pacar, kan udah kenal dari Sd juga ... awas lu nikung!" kecam Amelie tanpa dosanya.
Tubuh Rindu bergetar marah, apa katanya? Nikung? Samudera itu adalah kekasih Rindu, untuk apa dia menikung pacarnya sendiri?! Dan lagi, apa katanya? Menjadikan Samudera pacar? Mudah sekali dia bicara!
"Jadi, Rin ... Samuderanya buat gue yah?"
Plak!
****
Makasih udah baca
Luv yuuu!