Hiii...
Happy Reading!
***
"Rin, lu ... gak saling jambak kan, sama Timur?" tanya Bunga ragu. Secara pribadi Bunga berharap Rindu tidak bertengkar, pasalnya dia yang akan pusing melihat gelagat dua bucin itu kelak.
Masih tidak ada jawaban, Bunga memberanikan diri untuk memegang bahu sahabatnya, begitu tangan Bunga tersentuh bahu Rindu, gadis itu menaikkan wajah untuk menatap Bunga.
Degh!
Rindu tak menjawab, matanya yang memerah hanya menatap Bunga sedih. Air mata yang sudah di tahan dari rumah pun akhirnya runtuh dan menarik perhatian para murid yang baru datang. "Hueeee! Bungaaa! Samudera-nya gaada!"
Jolt!
Tunggu, apa maksudnya itu? Mustahil sosok Samudera Timur yang dia ketahui seekor bucin, pergi begitu saja tanpa kabar. Bunga memijit pangkal hidung dan menatap sahabatnya lelah.
"Coba tenang dulu, terus jelasin semuanya sama gue." pinta Bunga berharap mendapat pencerahan dari alasan Samudera menghilang.
Sebelum menjawab Rindu mengambil tissu yang diberi oleh salah satu fans untuk menyeka air mata, "Jadi gini ... kemarin kan gue bolos berdua, eh, taunya hujan! Setelah nganter gue pulang, sampai sekarang Samu gaada kabaar! Bung, gue gak kena ghosting kan?" rengek Rindu frustrasi.
Langsung saja Bunga menepuk kepala Rindu menggunakan Novel kesayangannya, ada-ada saja gadis itu, mana mungkin seorang Samudera Timur meninggalkan Rindu begitu saja. Pasti ada alasan dibalik hilangnya Samudera, Bunga yakin akan hal tersebut.
"Gak mungkin lu kena Ghosting Rin, bego ah!" keluh Bunga bangun dari duduk di tangga, tanpa aba-aba gadis itu menarik kedua lengan Rindu untuk bangkit pula. "Daripada galau di sini mending kita masuk! Bentar lagi bel masuk, kan?"
Mata Bunga melirik Eduard yang bengong memikirkan Samudera pula, jika sahabatnya itu hilang sejak kemarin, berarti Samudera tidak bisa masuk kelas, kan? Lalu, bagaimana tugas Sejarahnya?
"AAAAHHHH! KALAU TIMUR ILANG, TRUS YANG NGASIH CONTEKAN TUGAS SEJARAH SIAPA?!"
Eduard reflek berteriak kencang saat mengingat tugas Sejarah belum dikerjakan sama sekali, niat Eduard sebelumnya adalah menyontek jawaban Samudera, jika pria itu tidak ada berarti hukuman dari guru Sejarah menanti!
Teriakan yang dibuat Eduard membuat siapa saja tersentak kaget, suara cempreng pria itu terasa bisa membuat telinga mereka tuli. "Dih, Eddu, jan teriak napa! Tuli gue lama-lama!" ketus Bunga menarik rambut Eduard yang sudah rapi dengan pomade mahal.
"Toll--"
Belum selesai Eduard mengumpat, mata pria itu sudah melihat guru Sejarahnya yang mulai berjalan mendekat, hilang sudah emosinya! Tidak, lebih tepatnya hilangkan dulu emosi tentang kehancuran rambut tampannya, sekarang Eduard harus bertahan hidup!
"Lah? Tu anak, kenapa malah lari? Tumben gak marah?"
Bunga yang memang berniat membuat pria itu marah justru terheran-heran ketika Eduard lari seperti dikejar setan, ada apa gerangan? Apa berhubungan dengan tugas yang dia teriakkan tadi?
Di saat Bunga memikirkan berbagai teori tentang larinya Eduard, Sahabatnya, Rindu telah menghilang dari sampingnya. Setelah bertanya pada murid di sekitar, ternyata Rindu telah masuk ke dalam area sekolah. "AIHH! GUE DITINGGAL KAN! DASAR EDUARD BEGO!"
Tidak ingin ditinggal lebih jauh, Bunga segera mengejar punggung Rindu yang terlihat mulai menghilang dari pandangannya. Napas Bunga yang semakin habis membuat langkah kakinya goyah, saat tersandung dan hampir terjatuh, seseorang menangkapnya tepat waktu. "Lo ... gapapa?" tanya orang yang membantu Bunga.
Setelah bisa berdiri, barulah Bunga menjawab dengan napas memburu. "Haaaaa ... iya, gapapa, makas--"
DEGH!
Ah ... apa sekarang Bunga melihat titisan Dewa?!
Tubuh Bunga bergetar tidak percaya melihat sosok di depannya, pria dengan rambut panjang gaya Half-up, half-down haircut menambah kesan keren dari wajahnya yang sangar, serta beberapa tindik di telinga. "Gantengnya ... ." gumam Bunga tidak sadar.
Blush!
"G-gila aja lu!"
Dengan telinga memerah, pria yang namanya bahkan belum sempat Bunga tanyakan pergi meninggalkannya. Tidak paham kenapa pria itu pergi, Bunga berinisiatif mengejarnya.
'Anj*r! Kenapa tuh cewe ngejer?!'
Keringat dingin berjatuhan dari pria asing tersebut ketika sadar Bunga mengejarnya dengan ekspresi yang horor, bagaimana tidak, wajah memerah dengan senyuman lebar di bibir, itu bahkan lebih horor dari setan!
Dia merubah haluan menaiki tangga, harusnya pria itu menuju ruang kepala sekolah, tetapi, hadirnya gadis yang di tolong olehnya sendiri membuat mau tak mau berusaha lepas dari gadis aneh di belakangnya.
"Tunggu!"
Seketika bulu kuduk pria itu berdiri saat suara Bunga menyuruh berhenti, boro-boro berhenti, pria tersebut semakin menaikkan kecepatan larinya.
Gubrak!
Bunga berhasil menangkap pria itu ketika sampai di lantai dua, tentu saja seluruh perhatian tertuju pada Bunga yang menimpa tubuh seorang pria dari belakang. "Kok elu kabur sih?" keluh Bunga ngos-ngosan.
Karena kelelahan kepala Bunga terjatuh ke punggung pria asing yang mampu membuatnya jatuh hati, napasnya tidak teratur karena berlari secepat tadi, aah, sepertinya penyakit Tifus Bunga akan kambuh lagi.
****
Pelajaran telah dimulai sejak setengah jam lalu, Rindu sudah menghela napas berulang kali karena dari awal sampai sekarang Bunga, sahabat yang menyuruhnya masuk kelas justru tidak ada di sini!
Sudah kepikiran tentang hilangnya Samudera, sekarang kepalanya harus meledak oleh rumus rumus kimia yang tidak Rindu pahami! Apakah tidak ada belas kasihan padanya? Dia harus memikirkan kemana Samudera pergi meninggalkannya seorang diri, serta, hukuman apa yang akan Rindu berikan ketika Samudera telah kembali.
Di tengah kegundahan hatinya, Bunga baru datang bersama seorang pria yang tampilannya sangat tidak Rindu sukai, acak-acakan!
Mungkin karena terbiasa melihat Samudera yang rapi nan wangi, selera Rindu melihat seorang pria bertambah tinggi. Melihat pria berantakan parah seperti itu, Ingin rasanya Rindu mengguyurkan air dingin. "Maaf bu! Ada sedikit masalah tadi," ringis Bunga ketika guru Kimia mengomelinya yang baru datang.
"Masalah terus kamu! Yasudah cepat duduk!" usir guru Kimia menyuruh Bunga segera duduk.
Rindu langsung menyerang Bunga dengan banyak pertanyaan, tentu gadis itu kewalahan menghadapi sifat agresif Rindu. "Udah doong, gue pusing jadinya.." rengek Bunga memeluk Rindu dari samping.
Kasihan dengan sahabatnya, Rindu menepuk-nepuk puncak kepala gadis tersebut dan kembali pokus pada dua orang di depan kelas.
'Kira-kira, ada hubungan apa Bunga sama tuh cowo? Kok, kaya-nya Bunga suka sama dia? Tapi ... .' batin Rindu berperang dengan logikanya.
Begitu Bunga telah menjauh dari depan kelas, baru lah guru tersebut menanyakan siapa pria acak-acakan di depannya. "Kamu siapa? Perasaan saya tidak pernah melihat siswa sepertimu.." sindir guru Kimia merotasikan matanya tak suka.
Guru Kimia, Pak Polin memang tidak suka dengan murid nakal, ketika melihat pakaian siswa didepannya acak-acakan, serta banyak tindik di telinga, sudah bisa di pastikan. Calon langganan BK!
"Ah, saya murid baru ... karena kepala sekolah sedang ada rapat dadakan, dan kebetulan kelas saya di sini, jadi beliau menyuruh Bunga mengantar saya." Terang pria itu formal.
Pak Polin mengangguk paham, segera dia menyuruh murid barunya untuk memperkenalkan diri secepat mungkin karena ingin melanjutkan pelajarannya yang sempat tertunda karena kedatangan Bunga dan murid baru.
Pria itu mengangguk paham, matanya menatap ke depan, dimana para teman sekelas barunya sedang bertanya-tanya. "Perkenalkan, nama gue Kamboja Dirgantara, murid pindahan asal Bogor. Oh iya, jangan salfok sama nama gue."
Duar!
Seketika satu kelas ricuh, mereka benar-benar tidak percaya, sosok sangar dengan tubuh preman itu memiliki nama yang aneh, nama bunga? Yang benar saja!
Ah, di saat heboh memikirkan nama si murid baru, mata mereka serempak menatap Bunga yang terbengong di tempat. "Anj*r! Bung! Ada couple-an elu tuh! Bunga Kamboja, beuh! Sabi lahh!"
"Bener tuh! Lama-lama gue kasian lu dideketin Eduard, mending sama Kamboja aja, Bung! kami dukung deeh!"
"Ayo Bung, tembaak!"
"Ayo, Bungaa!"
"Tembak, Bung, tembak!"
"Daripada lu jomblo! Ayo dong, berani! Lu kan strong!"
Kericuhan tambah parah, saking parahnya kebisingan ini mengundang murid dari kelas sebelah untuk mengintip apa gerangan yang terjadi di kelas 11 Ipa 4 tersebut.
"DIH! KOK MAKSA?!" bentak Bunga dengan wajah memerah.
Melihat pipi Bunga memerah seperti itu, teman satu kelasnya bertambah semangat menjahili gadis tersebut, puncaknya, mereka berhasil memaksa Kamboja ikut bicara. "Kalian, kenapa sih? Emang hobi yah, jodoh-jodohin orang? Elu pada aja, jomblo, kok malah comblangin orang? Gak malu?"
Duar!
****
Makasih udah bacaa
Luv yuuu!