Hiii...
Happy Reading!
***
"POKOKNYA ELU SALAH! NGAPAIN SOK NANYA-NANYA SEGALA?! KAN BISA LANGSUNG DIRI DI DEPAN GUE BUAT MENGHALAU MATAHARI!" teriak Rindu merasa akan kalah.
Tidak mau kalah, Samudera membalas. "KALAU GUE BERTINDAK SENDIRI TAR ELU NGOMEL LAGI ANJ*R!"
Donggg!
Nyawa murid lainnya terasa melayang saat perdebatan dua orang itu semakin kasar dan mulai mengabsen penghuni kebun binatang, hei, jika lupa, seluruh guru ada di sana. "Rindu, Samudera ... tolong jangan bertengkar, lihatlah para guru ingin meledak.."
"DIEM!"
Doeng!
'Huee, gue salah apa?' rintih Bunga dalam hati.
Merasa mentalnya agak terguncang setelah mendapat bentakan dari dua sahabatnya, Bunga hanya bisa termenung dengan raut pasrah. Sudahlah, Bunga telah mendapat firasat kalau mereka semua akan di hukum lagi.
Sial sekali Bunga, padahal ini hari pertamanya sekolah setelah sakit beberapa waktu lalu. Sudah datang dengan menghilangnya dasi milik Bunga, sekarang dua sejoli itu asik mengabsen penghuni kebun binatang.
"Jadi lu gamau ngalah sama gue?" tanya Rindu bersidekap, matanya menatap lurus ke arah Samudera dengan tatapan menyelidik.
Tidak suka di tatap seperti itu, menggunakan telapak tangan kanannya, Samudera berhasil menutup seluruh wajah kecil Rindu. Risih dengan perlakuan kekasihnya, gadis itu berusaha keras menepis tangan Samudera, tentunya perjuangan Rindu tidak berhasil sama sekali. "Barbar boleh, tapi kalau gak jago gausah sok barbar!"
Doeng!
Ah, benar-benar ... pria itu berhasil menyulut emosinya!
"SAMUDERA TIMURRRRRRR! GUE BENCI ELOOOOO!"
"I love you too, Rindu."
Duar!
Seketika lapangan upacara yang dipenuhi manusia terasa sunyi, keluhan karena cahaya matahari, riuh saat ada yang pingsan kini menghilang. Antara percaya atau tidak, sosok Rindu, gadis famous di kalangan para lelaki. Serta Samudera, si peringkat satu abadi. Apa mungkin, mereka berdua menjalin sebuah hubungan?!
"Mereka ada hubungan?"
"Mana mungkin! Dia kan Samudera Timur! Masa lu lupa, tahun lalu dia nyiram Rindu pake jus alpukat! Masa lu lupa, sih?!"
"Iya, sih ... tapi kalo diperhatiin, akhir-akhir ini Rindu emang sering kelihatan bareng Samudera kan? Apa ini adalah kisah romansa dari benci jadi cinta?"
"Lebih tepatnya, mereka udah sering bareng sejak dua bulan, sepuluh hari, 22 jam."
"Ebuseet! Gamma, elu gaada kerjaan lain apa?! Masa ngitung yang gak penting!"
"Apa sih yang engga, kalo menyangkut Rindu.."
"Ah ... Fanboy nya Rindu ternyata,"
Celotehan para siswa/siswi yang penasaran dengan hubungan Rindu dan Samudera memenuhi area lapangan, para guru yang menyadari kericuhan pun segera bergerak untuk menghukum para murid yang tidak menghormati upacara. Tidak lupa menambah hukuman Rindu, Samudera, Bunga, dan beberapa siswa lainnya.
Masing-masing mendapat cubitan yang cukup menyakitkan dari Bu Ariana, "Sudah berapa kali ibu tegur! Jangan mengacau saat upacara berjalan! Kenapa kalian justru berdebat mengenai hal yang tidak penting?!"
Omelan keras nan penuh emosi meletus kepada 6 murid di hadapannya, sudah tidak berseragam lengkap, mengacaukan upacara pula. Lama-lama dia akan terkena darah tinggi jika terus menghadapi muridnya, terutama Rindu.
"..."
Urat-urat Bu Ariana semakin mengencang saat tidak ada yang berani menjawab, kesal diabaikan Hukuman membersihkan toilet di lantai dua pun dijatuhkan pada enam murid didiknya.
"TUNGGU APA LAGI?! CEPAT BERGERAK MENUJU TOILET DI LANTAI DUA!" bentak Bu Ariana ketika enam muridnya justru terbengong, ketimbang segera bergerak memenuhi hukuman.
Sadar akan hukuman yang tidak seharusnya mereka dapat, perotesan pun keluar dari mulutnya. "T-tapi Bu, yang salah kan Samudera sama Rindu, kok kita ikutan dapet hukuman?"
Sring!
Doeng!
Tatapan tajam dari Bu Ariana membuat murid yang tengah protes kincep seketika, tanpa membantah lebih jauh mereka berjalan menjauhi lapangan upacara menuju toilet di lantai dua. "Kenapa masih diem di sini?! Sana pergi!" usir Bu Ariana ketika Rindu dan Samudera bahkan enggan beranjak, lain dengan Bunga yang sudah pergi karena tidak ingin mendapat hukuman ekstra dari Bu Ariana.
"Mager, Bu.." rengek Rindu mengeluarkan tatapan memelas pada Bu Ariana, berharap guru tersebut mengampuni kesalahannya.
Plak!
Tubuh Rindu tersentak saat merasakan panas menyebar dari punggungnya, aah, ternyata Bu Ariana benar-benar kesal dengan tingkahnya. "Oke, Ibu Ariana yang cantik! Ampuun!" pekik Rindu berlari menyusul Bunga dan yang lain.
Sebelum mengikuti Rindu, sebuah peringatan Samudera berikan pada guru didiknya. "Lain kali tangannya hati-hati Bu, saya gasuka Rindu disakiti."
Puas memberikan teguran, Samudera pun segera menyusul Rindu yang sudah tidak terlihat. Pikiran Samudera berantakan saat mendengar suara tepukan keras di punggung Rindu-nya, pasti itu sakit sekali' pikirnya mengerutkan keningnya tak suka.
"Beli salep aja kali ya?" gumam Samudera mengubah arah tujuannya.
***
"La la la la.."
"La la la.."
Senandung lagu yang lagi hits Rindh lantunkan sambil duduk di atas wastafel, ketika teman seperjuangannya tengah bersusah payah membersihkan toilet, gadis itu justru menjadi penonton mereka dengan tatapan mengantuk.
Dugh!
Kepala Rindu jatuh ke bahu Samudera yang sengaja berdiri di samping kekasihnya, pria itu menoleh dan tersenyum. "Bosan, yah?" tanya Samudera lembut.
Anggukkan kepala dari Rindu menjawab pertanyaannya, pria berkacamata itu kembali menatap empat murid yang tengah membersihkan toilet. "Kalian capek? Mau udahan gak?" tawar Samudeta menarik perhatian empat orang yang tengah berjongkok membersihkan lantai kotor.
"Jangan yang aneh-aneh deh Tim, gue gamau hukumannya di tambah lagi." cetus Bunga yang tampilannya sudah tidak serapi tadi pagi.
Oh iya, Bunga tak lagi memanggil Samudera seperti Rindu, kini dia memanggil pria itu dengan nama belakangnya, yaitu Timur. Bagi Bunga, nama depan pacar sahabatnya itu sangat tabu di sebut orang lain.
Samudera terkekeh, rasa ingin menjahili Bunga sebenarnya meluap-luap, tetapi, perasaan Rindu lebih utama. "Engga, elu kok gak percaya sama gue?"
Mendengar itu, Bunga tak tahan dan merotasikan matanya malas. Menghilang sudah rasa kagum pada Samudera yang dia pikir adalah sosok misterius nan dingin, pria itu hanyalah lelaki jahil dalam selimut kalemnya!
"Gak." jawab Bunga singkat dan mulai mengabaikan Samudera.
Ketika Samudera berdecih tak suka karena tidak di percaya oleh sahabat Pacarnya, Rindu langsung menabok mulut Samudera tanpa peringatan. "Apa sih babii?!"
Doeng!
Sadar akan kesalahannya, Samudera melotot dan menatap Rindu yang seketika terdiam. "Elu ... manggil gue, Babi?"
Samudera menggeleng, dia tidak berniat memanggil kekasihnya dengan nama binatang haram tersebut, "E-engga, Rindu! Lidah gue kepeleset!"
Dengan panik Samudera memberikan penjelasan, sayang, Rindu sudah terlanjur badmood dan tidak ingin mendengarkan pe penjelasan apapun dari kekasihnya. "Lidah kok kepeleset, kaya abis di pel aja!" ketus Rindu beranjak pergi meninggalkan area toilet.
"RIN! TUNGGU! ELO SALAH PAHAM WEH!"
Sambil berteriak kencang, Samudera segera berlari menyusul Rindu. Tetapi, langkahnya terhenti saat sadar kedua kakinya tengah di pegangi oleh beberapa orang, ketika matanya melirik ke bawah, betapa terkejutnya Samudera melihat wajah empat temannya tertekan. "Lu pada kenapa anj*r?! Kea Zombie elaah!" protes Samudera frustrasi melihat tingkah teman satu hukumannya.
"L-lu, jangan bilang mau kabur juga? H-heii, kami lelah! Bantu lah! Kan hukuman bersama!" lirih keempatnya kompak, toilet di lantai dua memang terkenal sangat kotor, jadi jangan heran empat orang itu kini kelelahan.
Kening Samudera berkerut, setelah berhasil melepaskan pegangan empat orang di bawahnya, pria itu membuka mulut. "Ada atau gaada nya gue, sama aja kali. Toh dari awal gue gak niat bantuin kalian!"
DUAR!
Begitu puas mengeluarkan unek-uneknya, Samudera berlari menyusul Rindu yang sengaja menunggu di depan pintu toilet.
Keduanya berjalan ke arah belakang sekolah, tempat para berandal biasa berada. Tidak, bukan keduanya, lebih tepatnya Samudera hanya mengkuti langkah Rindu tanpa bertanya sedikitpun.
Greb!
"Ngapain?!" tanya Samudera panik ketika Rindu dengan mudahnya meloncat pada pagar sekolah yang memiliki tinggi 2 meter.
Beruntung pria itu bisa menangkap satu kaki Rindu sebelum gadisnya meloncat ke sisi lain pagar sekolah. "Lu nanya?" tanya Rindu balik.
Dengan geram Samudera membalas, "Ya! Tentu saja aku bertanya padamu! Jawab, Rindu Senja!" tekan Samudera memicing.
"Bolos lah!"
***
Makasih udah baca!
luv yuuuu!