Bukankah kita sepakat untuk melupakan semua kejadian hari ini nona Marlyna?!"
Kata-kata Andra cukup menusuk hati gadis ini, melupakan? bagaimana bisa Marlyna melupakan kejadian paling bersejarah itu? dimana untuk pertama kali dalam hidupnya seorang lelaki dengan gampang menyentuh kemudian menciumnya tanpa izin?!
Murahan? ini bukan tentang istilah itu, melainkan perasaan. Karena jika tanpa ada rasa ketertarikan dari diri masing-masing, Marlyna tidak mungkin membiarkan Andra melakukan kegiatan yang sangat mengundang nafsu itu. Mereka hanya perlu menunggu, sampai perasaan keduanya benar-benar satu arah. Iya mungkin seperti itu.
"Apakah Boss selalu melakukan hal seperti itu pada setiap wanita?" tanya Marlyna memberanikan diri.
Andra tersenyum kecil. "Jujur saja iya, tapi tidak semua wanita adalah typeku," jawabnya bangga.
"Jadi kau menganggap mereka hanya mainan? jika begitu bagaimana arti ciuman tadi pagi? karena itu cukup menggangguku pikiranku," tanya Marlyna dengan wajah yang penasaran.
Jujur saja, gadis ini begitu takut dengan kata-kata yang akan keluar dari mulut Andra. Bisa saja Boss gila ini mengatakan hal yang akan menyakitinya lagi, tapi apa pun itu Marlyna harus mendengarnya! agar dia tidak salah langlah dalam mengartikan perasaannya.
"Apa kau begitu penasaran?" tanya Andra dengan smirk diwajahnya.
Marlyna hanya mengangguk dihadapan Andra, tak lama lelaki itu membelokan wajahnya ke samping. Dia dengan sengaja mengarahkan bibir itu tepat beberapa sentimeter saja ditelinga Marlyna, sontak gadis ini begitu tak karuan meraskan hembusan nafas Andra yang sangat hangat dan penuh godaan iblis.
"Kau ingin tahu kenapa aku menerimamu diperusahaanku Marlyna? karena aku sangat menyukai gadis cerewet sepertimu. Dan tentu saja sangat penasaran dengan sentuhanmu yang setiap saat selalu membuat jantungku berdebar tak karuan. Nona, bisakah kita selesaikan semuanya disini saja hm? karena dengan begitu kau akan bebas dari genggamanku," bisik Andra dengan suara khasnya yang membuat gadis ini bergidik menahan geli.
Penasaran? jadi aku bekerja disana hanya untuk menjadi mainan untuknya?! atau sebagai pajangan agar dia bisa melihat gerak-gerikku setiap saat?! wah lelaki ini benar-benar brengsek! batin Marlyna kesal.
"Mmmhh..."
Lagi-lagi Andra mencoba menguji kesabaran Marlyna, dia dengan sengaja mendesah ditelinga gadis itu dengan gaya sensualnya. Andra bahkan tidak segan untuk menyentuh sampai mengusap lembut punggung gadis itu dengan tangannya yang besar dan kekar.
"Boss jangan lakukan hal seperti itu astaga!" ucap Marlyna dengan sedikit membentak.
"Katakan, berapa yang kau inginkan agar aku bisa tidur denganmu?!" bisik Andra sembari menarik tubuh gadis itu ke hadapannya.
"Boss are you crazy!?" bentak Marlyna kaget dan langsung melepaskan dekapan itu dengan sekuat tenaga.
"No, but i love your body. Argh! kau membuatku gila Marlyna," ucap Andra dengan senyum iblisnya.
Marlyna mencubit bibir Andra yang sedari tadi terus mengeluarkan kata-kata kotor, dan dia pun langsung keluar dari mobil mewah itu dengan terburu-buru. Namun Andra tak tinggal diam dia langsung mengejar dan menggenggam erat lengan Marlyna.
"Kau mau kemana? ayo masuklah! aku akan mengantarmu pulang," ucap Andra sembari mencoba membujuk gadis dihadapannya ini.
"Boss aku tidak mau! bulu kudukku selalu berdiri jika terus bersamamu!" ucap Marlyna.
"Itukan hanya bulu kuduk, bukan bulu yang lain. Ayo cepat masuk!" ucap Andra dengan sedikit memaksa.
"Boss kau benar-benar sudah kehilangan urat malu!"
Ketika dua orang ini saling tarik menarik, seorang lelaki datang dan langsung memukul bokong Andra dengan helm ditangannya. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah pak Dimas, ayah Marlyna sendiri.
"Heh apa yang kau lakukan! jangan bilang kau ini penculik?! wah lihat wajah tampan tidak bergunamu itu, benar-benar lelaki bajingan!"
Andra mengerutkan alisnya seperti angry bird, dia tidak mengenal lelaki paruh baya yang tiba-tiba memukulnya tanpa sebab itu.
"Jangan ikut campur urusan kami dan cepat pergilah!" bentak Andra.
"Heh anak kurang ajar! berani sekali kau membentak orang tua hah?!" ucap pak Dimas sembari memukulkan kembali helmnya dibokong Andra.
"Awhh pantatku yang berharga!"
"Ayah sudah jangan pukul orang ini, dia itu Bossku!"
Teriakan Marlyna membuat dua orang ini terdiam dan saling menatap, ayah? Bossku? ini benar-benar situasi yang sangat akward bagi keduanya.
Astaga! jadi lelaki tua menyebalkan itu dalah ayah gadis cerewet ini? mati aku! batin Andra.
Demi siluman gagang sapu, jadi lelaki tampan dan arogan ini adalah atasan putriku?! kasian sekali dia. Batin pak Dimas.
***
"Silahkan Boss kopinya, maaf soal ayahku tadi hehe," ucap Marlyna dengan tawa kecilnya.
"Heh ayah! cepat minta maaf pada atasan Marlyna. Duh nak Andra maafkan suami tante ya, dia ini memang sedikit iya terganggu kejiwaannya hehe," ucap bu Anna sembari mencubit paha suaminya dengan sangat keras.
Pak Dimas membulatkan matanya ketika sang istri dengan sengaja mengatakan hal buruk tentang dirinya. Sedangkan Marlyna hanya bisa menahan kesal melihat tingkah sang ibu yang benar-benar berlebihan dalam menggadapi Andra.
"Soal kejadian tadi maaf ya nak Andra, aku kira kau ini lelaki yang akan menyakiti putri semata wayangku," ucap pak Dimas.
"Tidak om, saya yang salah. Maaf karena telah menarik lengan Marlyna seperti tadi. Saya benar-benar menyesal," ucap Andra sembari menundukan kepalanya.
"Ah tidak nak Andra, putri kami pasti melakukan kesalahan. Jadi tidak masalah jika dia dihukum seperti itu!" -memukul paha putrinya- "Marlyna ibu kan pernah bilang padamu untuk selalu menuruti apa yang atasanmu ini katakan, jangan membantah ingat!" ucap bu Anna pada putrinya.
Marlyna hanya mengangguk, dia tidak bisa berkutik ketika sang ibu negara sudah berbicara. Akhirnya semua kesalah pahaman ini selesai, dan untuk menghormati kedua orang tua Marlyna dia pun duduk serta meluangkan waktunya untuk mengobrol sebentar disini. Walau sebenarnya Andra tidak terlalu nyaman, karena Anna terus memuji-mujinya secara berlebihan.
Namun ada satu hal yang Andra sukai dari keluarga ini, yaitu kehangatan dan candaan-candaan kecil yang tidak pernah dia dapatkan dari orang tuanya sendiri. Karena sejak kecil, dia hanya tinggal bersama sang adik dengan para pengasuh bayaran yang setiap saat selalu mengawasi mereka. Sedangkan ayah dan ibunya pergi untuk berbisnis diluar negri, membesarkan usaha Davidson Group tanpa melirik kebahagiaan anak-anaknya. Oleh karena itu Andra tumbuh menjadi lelaki yang begitu haus akan kasih sayang dan perhatian seorang wanita, dan semua itu bisa dia dapatkan dengan mudah dari wanita-wanita yang setiap saat selalu mengantri untuk dia kencani.
Namun pertemuannya dengan Marlyna, membuat pola pikir Andra mulai berubah. Dia begitu ingin memiliki gadis aneh ini seutuhnya, dan meninggalkan semua wanita yang dia kencani.
"Maaf soal ayahku tadi Boss, dia tidak bermaksud untuk memukulmu. Dan juga tentang ibuku, argh lupakan saja semua yang dia katakan! aku benar-benar malu!" ucap Marlyna.
Andra hanya tertawa kecil, dia langsung masuk ke dalam mobil mewahnya dan memegang lengan mungil itu dengan erat.
"Jangan khawatirkan itu! aku suka sekali keluargamu, mereka unik dan juga hangat," ucap Andra dengan senyum manisnya.
"Benarkah? syukurlah jika begitu!" balas Marlyna sembari menepis lengan kekar itu perlahan.
"Jangan lupa, pikirkan hal yang aku katakan tadi," ucap Andra dengan smirk nakalnya.
Gadis itu membulatkan matanya, "Boss! kau ini benar-benar!" bentak Marlyna.
"Jangan khawatir, sekali kau mencoba kau pasti akan menyukainya aku jamin. Jadi sampai jumpa besok gadis aneh!"
Andra meninggalkan rumah Marlyna dengan tawa kecilnya, sedangkan gadis ini masih berdiri dengan wajah kusut yang menggemaskan.
"Lelaki itu memang sudah tidak waras!"