Setelah cukup lama berdebat, akhirnya kelima orang itu memutuskan untuk naik bis umum saja. Firda duduk bersama Marlyna, sementara ketiga lelaki itu duduk bersamaan di belakang. Penumpang yang naik cukup padat, dan karena tidak ada waktu untuk menunggu lagi akhirnya mereka terpaksa memakai kendaraan yang ada.
Udara segar melewati celah-celah jendela bis, Marlyna melamun dengan segala pikiran yang menumpuk dikepalanya. Dia teringat akan kejadian beberapa tahun lalu, ketika dirinya sering bolos sekolah karena datang terlambat. Dan masa-masa itu cukup terkenang dengan jelas dihatinya. Sejak kecil dia selalu mendapat didikan keras dari kedua orang tuanya, Marlyna merasa begitu terkekang, dia bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar kecil tanpa bisa keluar atau bahkan bergerak. Bahkan untuk berkencan atau bahkan keluar saja dari rumah rasanya sulit sekali, dia hanya bisa mengekspresikan dirinya sendiri ketika disekolah. Menjadi seorang gadis nakal yang sangat populer dan mungkin bisa dikatakan. Dibenci banyak orang.
"Hey, apa yang kau pikirkan Marlyna?!" tanya Firda sembari menepuk bahu sahabatnya itu.
Marlyna tersenyum kecil. "Apa kau masih ingat? kita dulu sering bolos sekolah dulu, menaiki bis yang penuh ini sampai akhirnya sampai ke tempat karaoke yang sering kita kunjungi." ucap Marlyna.
"Tentu saja, itu adalah masa-masa yang sangat indah dan penuh dengan kekonyolan. Memangnya ada apa? kau teringat akan sesuatu?" tanya Firda.
"Tidak, aku hanya merasa tidak pantas untuk diperebutkan oleh dua lelaki itu. Apalagi dengan wajah, sikap dan perilaku diriku sangat yang buruk. Coba kau pikir apa yang mereka sukai dari gadis sepertiku?" tanya gadis itu dengan wajah penuh kesedihan.
"Hey! kenapa kau berkata seperti itu? kau itu cantik, ramah dan juga sangat pengertian. Mungkin mereka suka dengan sikapmu yang seperti itu, heh kadal mesir! dengarkan aku! jangan pernah merendahkan dirimu sendiri okay?! setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi jangan pikirkan hal yang aneh!" ucap Firda.
"Iya aku tahu, tapi rasanya aneh saja. Jika dahulu aku sangat dibenci karena sikap dan keburukan ku. Kenapa lelaki seperti mereka malah menyukai gadis yang suka sekali mengumpat sepertiku jika bukan hanya ingin yang aneh saja!" ucap Marlyna.
Firda menepuk bahu sahabatnya itu, dia benar-benar paham dengan apa yang dirasakan Marlyna saat ini. Perubahan hidup dan situasi yang sangat signifikan bagi gadis ini mungkin membuatnya belum terbiasa. Tapi apa pun itu, orang yang jujur dengan perasaan mereka tidak akan pernah memandang baik atau pun buruk sikapnya. Dia bahkan akan menerima dengan lapang dada apa yang dimilikinya.
"Sudahlah jangan pikirkan itu! nimati saja dengan apa yang kau rasakan sekarang!" tegas Firda.
"Iya itu benar tap--"
"Cukup jangan bicara lagi ! percayalah padaku, salah satu dari mereka akan menunjukan sikap yang tulus jika benar-benar menyukaimu. Jika bukan Andra pasti Jino, iya itu pasti asalkan jangan Chanda karena pisangnya itu adalah milikku!" gurau Firda.
Marlyna memukul paha sahabatnya, sedikit senyuman terlihat dari wajah gadis yang tengah dilanda resah, gelisah dan galau ini. Candaan kecil itu memang tidak terlalu lucu, tapi setidaknya bisa membuat Marlyna tersenyum.
Cekittttt
Bis itu berhenti di tempat tujuan yang ingin Firda dan Marlyna datangi, sebuah pusat perbelanjaan beserta resto dan tempat terkenal lainnya siap menyambut kelima orang ini. Andra dan Jino langsung buru-buru menggenggam erat satu dari lengan gadis ini kemudian menariknya masuk.
Sebagai seorang sahabat Firda hanya bisa tersenyum manis, akhirnya dari semua cobaan hidup yang Marlyna lewati selama ini bisa sampai di tahap yang sangat membahagiakan.
"Sayang kau tahu? aku senang sekali melihat sahabatku itu pergi dengan laki-laki." ucap Firda pada Chandra.
"Memangnya kenapa?" tanya Chandra.
"Heh kau tahu? ibunya sangat ketat dan kejam! dia tidak memperbolehkan Marlyna kencan atau bahkan keluar untuk main bersamaku. Tapi sekarang lihatlah?! dua lelaki sekaligus hahaha!"
"Benar-benar double love hahaha!"
***
Karena lebih mengenal fashion daripada sang kakak, Jino membawa Marlyna ke tempat yang mungkin akan menyenangkan hati gadis ini. Dia menunjukan beberapa produk mewah serta baju buatan designer terkenal. Namun Andra langsung kembali menarik lengan Marlyna untuk pergi bersamanya.
Dia membawa gadis itu ke tempat pakaian kerja kantoran, memilih kemeja dengan stelan rok yang seksi. Jino hanya bisa melongo melihat kelakuan kakaknya itu, tidak di kantor atau pun dirumah. Otaknya masih terus saja memikirkan hal-hal mesum!
"Ayo cepat pilih yang kau suka! atau perlu aku membeli semuanya?" tanya Andra dengan wajah sombongnya.
"Ah tidak-tidak! aku tidak mau memakai pakaian seksi seperti itu."
Marlyna berlari meninggalkan kedua lelaki tampan ini, menghampiri sahabatnya yang sedang asik memilih baju diskonan.
"Dia benar-benar murahan." gumam Andra.
"Cocok sekali jika aku nikahi." gumam Jino.
Marlyna, dia memang berbeda dari semua wanita yang pernah Andra dan Jino temui. Sikap dan penampilan yang terkesan apa adanya, membuat kedua lelaki ini semakin tertarik. Dimana lagi ada wanita yang barbar dan ceplas-ceplos seperti dia? mungkin sulit sekali untuk ditemui.
Setelah selesai berbelanja, mereka berlima mampir untuk makan siang. Semua menu Andra pesan, bahkan Jino ikut membayar untuk menyewa seluruh resto itu. Firda dan Marlyna hanya bisa terdiam dengan sikap berlebihan yang dilakukan kedua lelaki itu, apalagi Chandra! dia merasa berubah menjadi upil sekarang ini. Berada diantara para pegawai kantor yang sukses membuatnya minder.
"Katakan! kenapa kalian menyukaiku?!" tanya Marlyna lantang.
Andra dan Jino langsung tersedak ketika tengah asik makan, mereka bingung! kenapa Marlyna tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?!
"Wah kau ini benar-benar Mar, jangan tanya mereka sekarang!" ucap Firda.
Marlyna tidak mendengarkan ucapan sahabatnya itu, dia masih terus menatap tajam ke arah Andra dan Jino secara bergantian. Mencari tahu asal muasal perkataan 'menarik' yang selalu saja mereka ucapkan ketika tengah bersama. Gadis ini tidak ingin terus dibuat bingung dengan perilaku mereka berdua, apa itu cinta? atau hanya sekedar nafsu belaka.
"Kenapa kalian diam? baiklah sedikit aku jelaskan. Aku ini bukanlah gadis cantik atau bahkan wanita yang mengerti tentang fashion, sifat ku juga sangat buruk. Aku tidak bisa pura-pura anggun di depan kalian berdua, keluargaku miskin dan tidak punya harta yang banyak seperti keluarga kalian! jadi apa untungnya memperebutkan gadis payah sepertiku?!"
Andra dan Jino masih terdiam membisu menatap mata Marlyna yang melotot tajam ke arah mereka. Sebenarnya bukan tidak ingin menjawab tetapi rasa gengsi kedua lelaki tampan ini sangat besar, mereka tidak bisa mengungkapkan semua perasaan itu di depan orang lain.
"Marlyna, mungkin mereka terlalu canggung untuk menjawab." ucap Firda sembari mengusap lengan sahabatnya.
"Tidak, aku sudah tahu jawaban mereka. Sepertinya lebih baik aku pergi saja. Dan oh untuk kalian berdua! lebih baik jangan pernah mempermainkan perasaan seorang wanita, terutama kau Andra! permisi."
"Astaga, mar mau kemana?!"