Flashback...
"Jino, aku menyukaimu!"
Seorang wanita cantik berbaju merah mengungkapkan perasaannya dengan lantang dihadapan semua orang-orang kantor yang tengah berkerumun. Sarah meylani, tidak ada yang bisa menghentikan keinginannya. Termasuk untuk memiliki seorang Jino adrian, putra bungsu dari pemilik perusahaan terkenal Davidson Group. Anggara davidson.
Tapi apakah ini wajar? ketika seorang wanita berumur 24 tahun jatuh cinta pada pemuda yang masih berumur 20 tahun. Jino, tidak ada yang pernah menyangka jika dia masih belum cukup dewasa untuk membantu sang ayah dalam mengelola perusahaan. Pemberontakan sang kakak Andra syaputra, membuatnya harus berusaha dua kali lipat untuk membuat sang ayah tuan Anggara terkesan. Dan itu sudah dia rasakan sejak masih kecil.
Tapi sekarang, apakah Jino bisa melupakan kewajibannya sebagai salah seorang pewaris perusahaan Davidson Group untuk wanita cantik yang sudah lama dia sukai ini ?!
"Jino kenapa kau diam saja? apa kau tidak menyukaiku?!" tanya Sarah dengan nada yang sangat manja.
Jino menggaruk-garuk kepalanya, bagaimana bisa dia menjawab pernyataan cinta itu di depan publik. Dengan sangat hati-hati, lelaki tampan ini mengajak Sarah untuk pergi ke ruangannya. Disini tempat lebih sepi dan jauh dari kerumunan, dengan begitu imagenya sebagai seorang tuan muda Jino akan tetap bermartabat.
Sarah begitu agresif, dia langsung duduk dipangkuan Jino dengan nakalnya. Lengan lentik dan cukup mungil itu melingkar dileher lelaki yang tengah duduk dengan perasaan tegang.
"Sar-rah, bisa kau turun dari pangkuanku? rasanya tidak nyaman sekali," ucap Jino canggung.
Sarah mendekatkan bibirnya ke telinga Jino. "Kenapa? bukankah kau harusnya belajar untuk lebih dewasa sekarang?" bisik wanita itu manja.
Jantung Jino seakan berhenti berdetak, bisikan wanita cantik itu membuat bulu di seluruh tubuhnya berdiri. Rasa geli bercampur nikmat memenuhi pikiran lelaki muda ini, dia tidak bisa melakukan hal sembrono seperti ini. Karena jika sang ayah melihat akan sangat berbahaya bagi keselamatannya.
Perlahan Jino menurunkan Sarah dari pangkuannya, menatap wanita itu dengan senyum yang manis. Lengan kekar yang kini mulai beranjak dewasa menggenggam erat Sarah, memberikan sebuah penjelasan singkat tentang hubungan apa yang akan mereka jalani ke depannya. Namun wanita itu terus merengek karena ingin mencium bibir tipis Jino, dia menganggap sebuah hubungan tidak akan indah tanpa adanya sentuhan sensual.
"Sarah, maaf tapi aku belum bisa melakukan hal seperti yang kau minta. Rasanya iya begitulah aku masih terlalu muda." ucap Jino.
Sarah berdecik kesal. "Baiklah, aku akan sabar menunggu moments itu. Tapi kau menerima cintaku kan Jino?" tanya Sarah antusias.
"Iya, tentu saja. Karena aku juga sudah sejak lama menyukaimu senior!"
Senior?
Iya sebenarnya Jino, Andra dan Sarah adalah teman satu sekolah dulu. Dan sejak pertama kali Jino melihat wanita cantik ini, dia langsung jatuh cinta. Namun karena takut akan merusak persahabatan diantara keduanya, dia memilih untuk diam dan memendam semua perasaan itu sendiri. Tapi sekarang keberuntungan ada di pihaknya, Sarah dengan suka rela menyatakan perasaan suka itu terlebih dahulu. Padahal dulu Jino cukup merasa kikuk, karena sang kakak selalu menjadi pusat perhatian banyak wanita termasuk Sarah.
"Aku mencintaimu Jino," ucap Sarah dengan senyum manisnya.
"Aku lebih mencintaimu lebih dari diriku sendiri," jawab Jino.
Kedua orang ini saling berpelukan, menikmati hari jadi mereka yang pertama. Jino tidak bisa menjelaskan betapa bahagianya dia sekarang, bersama dengan kakak cantik yang sangat populer dan disukai banyak lelaki sejak sekolah dulu.
***
Bugh !
Satu pukulan keras mendarat di wajah Andra, tuan Anggara benar-benar muak dengan putra sulungnya itu. Setiap hari dia hanya bisa menghambur-hamburkan uang, bergaul dengan anak nakal dan tidur dengan banyak gadis di klub. Semua laporan terus datang setiap saat ditelinga sang ayah, dan membuatnya muak bahkan sangat muak. Anggara selalu menyalahkan semua itu pada Dea istrinya, karena sejak dulu dia terlalu memanjakan Andra dengan kasih sayangnya.
"Anak sialan! kau ingin membuat keluarga ini malu hah?! percuma saja aku memasukkan mu ke sekolah mahal, akhlak mu jauh lebih rendah dari binatang!" bentak tuan Anggara marah.
Nyonya Dea mencoba mereda amarah suaminya, dia menarik lengan yang sudah terangkat tinggi itu. "Sayang sudah, jangan kasar begitu pada putra kita! bagaimana pun Andra tetap anakmu!" ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
Anggara menepis lengan istrinya, dia kembali memukul Andra berkali-kali sampai darah pun ikut keluar dari hidung mancung itu. Tidak ada perlawanan setimpal dari putra sulungnya, dia hanya bisa diam dengan tatapan tajamnya. Selama ini dia sudah tidak dianggap putra oleh ayahnya, jadi untuk apa Andra menuruti semua perintah lelaki itu?!
"Kau ingin aku mencoret namamu dari kartu keluarga hah? cepat bangun anak sialan!" bentak tuan Anggara.
"Apa peduli ayah? pukul saja aku sampai mati. Aku pun tidak perduli." ucap Andra dengan smirk iblisnya.
Amarah sang ayah kembali meluap, dia mengambil sebuah vas bunga dimeja dan hendak melemparnya ke Andra. Namun Dea menjerit keras kemudian memeluk putra kesayangannya itu.
"Ayah cukup! kenapa kau melakukan semua ini pada putra kita! berikan dia kesempatan. Aku yakin Andra bisa seperti Jino!" bentak Dea.
"Itu mustahil, anak bodoh ini tidak pernah mau belajar dari kesalahannya. Dia hanya pandai dalam hal tidak berguna!" ucap tuan Anggara lirih.
Ketika suasana mulai kembali memanas, Jino datang dan menarik lengan sang ayah. Dia tidak ingin hal seperti ini terjadi di keluarga kecilnya. Terlebih hanya karena sebuah hal spele. Lelaki berumur 21 tahun ini mencoba menenangkan hati dan emosi tuan Anggara, memberinya sedikit penjelasan agar sang kakak tidak terus ditindas. Dia juga berjanji akan mengajari Andra semaksimal mungkin untuk menjadi seorang lelaki yang sukses dan membanggakan ayahnya.
Tapi disudut lain, Andra merasa seperti dipermainkan oleh adiknya sendiri. Posisinya sebagai kakak tidak ada harganya! bagaimana bisa sang ayah lebih mendengarkan ucapan Jino daripada dirinya?! Andra tidak akan pernah menerima semua perlakuan itu, dia bahkan berjanji pada dirinya sendiri untuk membuktikan jika Andra lebih pantas dihormati di keluarga Davidson ini.
"Pergi kau anak brengsek! kali ini aku akan memaafkan semua kelakuan bejad mu. Tapi lain kali jika kau melakukan kesalahan lagi, aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai putraku!" ancam tuan Anggara.
"Ayah sudah!" bentak nyonya Dea.
Jino menarik lengan sang kakak untuk segera pergi dari tempat yang sangat panas akan perseteruan ini. Dia membawanya ke kamar, kemudian hendak membersihkan luka bekas pukulan sang ayah tadi. Namun situasi tak terduga pun terjadi, Andra mendorong tubuh Jino sampai terkapar dilantai. Dia menendang kakinya beberapa kali kemudian mencengkram kerah kemeja berwarna biru muda itu. Menatapnya tajam bagai melihat sebuah buruan.
"Jangan bertindak seolah kau pahlawan, aku benci orang penjilat seperti dirimu Jino!"