Chereads / Pelangi Sebelum Hujan / Chapter 17 - 17. Kekacauan Willy

Chapter 17 - 17. Kekacauan Willy

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Pak Panji sopir Kania sudah datang menjemput Kania. Hujan masih saja turun cukup deras. Hati Kania masih merasa tak karuan. Disisi lain ia sangat bahagia mendapat kejutan dari Miko, pria yang ia cintai. Tapi dia juga sangat khawatir dengan keadaan Willy. Meskipun ia terkadang sangat membenci Willy, tapi Kania sadar sudah beberapa kali Willy telah menyelamatkannya dari marabahaya yang akan menimpanya.

Mobil Kania melaju perlahan melewati perkotaan. Mobilnya berhenti saat lampu traffic light berwarna merah. Tepat di samping Kania ada sebuah taman yang sering ia kunjungi dengan Miko. Kania menoleh ke arah taman tersebut. Alangkah terkejutnya ia saat melihat Willy bersandar pada bagian depan body mobilnya. Ia membiarkan hujan menerpanya. Ia tertunduk, matanya terpejam. Seperti ada sesuatu yang berat menerpanya.

"Tolong berhenti sebentar Pak Panji!!" Perintah Kania kepada sopirnya.

Pak Panji pun meminggirkan mobil ke bahu jalan. Kania segera turun membawa payung. Ia berjalan ke arah Willy dan memayunginya. Seketika Willy merasa air hujan yang tadinya mengguyurnya seperti berhenti. Ia pun membuka matanya perlahan. Tampak gadis cantik dengan rambut panjangnya yang terurai berada tepat di hadapannya.

"Kamu bisa sakit jika terus hujan-hujanan seperti ini Willy!!!" ucap Kania khawatir.

"Aku sudah sakit Kania!!" jawab Willy pelan.

"Apa yang kamu lakukan disini??" tanya Kania.

"Menunggu pelangi, karena aku merasa bahagia saat melihat pelangi. Seperti halnya kamu yang selalu menunggu hadirnya pelangi!!" ungkap Willy.

Kania hanya terdiam menatap Willy. Begitupun dengan Willy ia menatap mata Kania. Mereka berdua hanyut dalam suasana. Seketika hujan deras terhenti. Hanya tinggal rintik-rintiknya saja yang terjatuh. Willy mengangkat matanya ke langit. Ia melihat pelangi hadir membawa keindahan yang menakjubkan.

"Kania, lihatlah!! pelanginya sudah muncul" kata Willy.

Seketika Kania menatap langit. Pelangi itu benar-benar sudah muncul. Ia tersenyum bahagia.

" Wahh.... Indah sekali!!!" ucap Kania sembari memandangi pelangi di langit.

Willy merasa bahagia saat melihat Kania tersenyum. Tapi tiba-tiba pandangannya berkunang-kunang dan kabur. Tubuhnya seperti berat sekali, kepalanya terasa sangat pusing. Ia hampir saja tersungkur, tapi Kania dengan sigap menangkap tubuhnya. Kepala Willy tersandar di bahu Kania.

"Willy, Willy, kamu kenapa??? Willy bangun!!!" Kania merasa panik. Ia meminta bantuan Pak Panji untuk membawa Willy ke mobilnya.

Willy jatuh pingsan. Suhu badannya terasa panas. Mungkin karena dia terlalu lama membiarkan derasnya air hujan membasahi tubuhnya. Kania bermaksud membawa Willy untuk pulang ke rumah Willy. Untung saja Pak Panji mengetahui dimana rumah Willy, itu karena Pak Panji sangat kenal akrab dengan mendiang ayahnya Willy.

Sesampainya dirumah Willy, ibu Arini sangat terkejut melihat kondisi Willy. Ia segera membawa Willy ke kamarnya dan mengganti baju Willy yang basah. Ibunya sangat terlihat khawatir melihat keadaan Willy. Kania yang melihat hal ini merasa terharu. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu sedalam ini. Ia merasa ibu Willy begitu hangat.

'seandainya saja aku memiliki ibu yang begitu menyayangiku seperti ibu Willy' Kania terus saja berangan-angan.

"Biar aku saja bu!!!" kata Kania saat melihat ibu Willy yang memeras handuk kecil dan akan mengompres kening Willy.

Ibu Kania menoleh. Ia melihat gadis cantik berada di pintu kamar Willy. Ibu Willy tersenyum lembut. Ia membiarkan Kania yang mengompres Willy.

"Siapa namamu nak???" tanya ibu Willy.

"Saya Kania. Kania Wijaya Wang!!" jawab Kania.

"No--na, Nona Kania!!!" ibu Willy merasa terkejut, saat tau yang ada di hadapannya adalah anak pak Wijaya. Selama ini dia hanya mendengar kisah-kisah Kania dari mendiang suaminya. Dan sekarang Kania berada tepat di hadapannya.

"Ibu jangan memanggilku seperti itu. Panggil saja aku Kania!!" kata Kania sembari tersenyum.

"Ibu, istirahat saja. Biar saya yang menjaga Willy!!" Perintah Kania.

Ibu Willy tersenyum melihat sikap Kania begitu lembut. Ia menyerahkan handuk kecil itu kepada Kania.

"Baiklah Kania ibu pergi dulu!!" kata bu Arini beranjak pergi dari kamar Willy.

Kania dengan lembut meletakkan handuk kecil itu di kening Willy. Ia sangat khawatir dengan keadaan Willy. Ia merasa sangat bersalah, ini semua terjadi karenanya. Willy merasa sakit saat melihat Miko menyatakan perasaannya ke Kania. Kania meletakkan telapak tangannya ke wajah Willy yang masih belum juga sadar.

"Willy, maafkan aku!!!" Ucap Kania sembari terisak.

"Kamu baik-baik ya. Aku pulang dulu!!" Kata Kania sembari akan beranjak dari tempat tidur Willy.

Tiba-tiba Willy menarik tangan Kania saat Kania akan bermaksud pergi.

"Jangan tinggalin aku Kan!!!" Ucap Willy lirih.

Kania menoleh kearah Willy, "Kamu sudah sadar???"

Terpaut senyuman Kania saat melihat Willy sudah sadar dari pingsannya. Ia pun kembali duduk di sebelah Willy. Kania tersenyum lebar.

"Syukurlah kamu baik-baik saja??" ucap Kania lega.

Tiba-tiba ibu Arini datang membawa nampan berisi bubur hangat.

"Willy, ini ibu buatkan bubur kesukaan kamu. Kamu makan dulu ya!!!" Ibu Arini meletakkan bubur itu di meja sebelah ranjang Willy dan kemudian pergi.

"Biar aku yang menyuapimu!!" Kata Kania sembari mengambil mangkuk bubur tersebut.

Bu Arini menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Willy dan Kania. Meskipun Willy sedang sakit, ia merasa putranya sangatlah bahagia saat ada Kania berada di dekatnya. Ibu Arini sangat paham kalau Willy sangatlah mencintai Kania. Karena perasaan ibu tak bisa di pungkiri, meskipun Willy tak pernah menceritakan hal ini kepada ibunya.

"Ayo buka mulutmu!!!" Kata Kania sembari menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Willy.

Willy pun membuka mulutnya perlahan. Ini semua seperti mimpi baginya. Wanita yang sangat ia cintai, berada tepat di hadapannya dan sedang menyuapinya makan bubur. Ia seperti tak percaya, apakah ia sudah bangun, atau masih pingsan.

"Kania pukul aku!!!" perintah Willy.

"Hah?? Kenapa aku harus memukulmu??" jawab Kania heran.

"Aku hanya ingin memastikan, apakah aku sedang bermimpi, atau tidak???" terang Willy.

Kania pun mencubit lengan Willy dengan kencang.

"Awww... Sakit Kania!!!" teriak Willy kesakitan.

"Tuh kan kamu nggak mimpi!!" kata Kania sembari tertawa kecil.

Mereka pun hanyut akan berbagai macam gurauan kecil. Sepertinya Willy sudah tidak sakit lagi saat Kania ada di sampingnya. Demamnya langsung turun. Mungkin memang ini yang di namakan cinta, cinta bisa mengobati sakit, tapi cinta juga bisa membuat sakit.

"Willy, kamu punya fotoku waktu kecil??" Tanya Kania saat ia melihat foto dirinya dan Willy waktu ulang tahunnya ke 10th.

"Iya Kania. Aku masih menyimpannya!!" ungkap Willy.

"Kamu imut sekali ya waktu masih kecil!!" kata Kania.

"Apa sekarang aku sudah nggak imut lagi" canda Willy.

Kania pun tertawa saat mendengar pernyataan Willy. Ia memukul mukul pelan tubuh Willy. Willy merasa sangat bahagia saat bercanda seperti ini dengan Kania.

'Kania, meskipun aku tak bisa memilikimu. Ijinkan aku untuk mencintaimu saja tanpa harus memiliki.' ucap Willy dalam hatinya.