Revan menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia memutar-mutar setirnya dengan lihai. Tak peduli siapapun menghadang di depannya. Sampai pada akhirnya mobilnya terhenti di ujung gang yang terhalang oleh dinding itu.
Pasukan Diego sudah menunggu dan akan menyerang Revan, Sendy dan Satria. Revan membuka pintu mobilnya dengan kencang, hingga musuh di depannya terpental. Ia mulai menendang, memukul, membanting tanpa ampun. Ia teringat apa yang di lakukan Diego kepada Kania, wanita idamannya itu.
Begitupun dengan Satria dan Sendy, mereka melawan musuhnya dengan sadis. Kali ini keadaan sudah seimbang, meskipun jumlah orang suruhan Diego lebih banyak, mereka mampu mengatasinya dengan keahlian bela diri mereka masing-masing.
Sementara Miko masih menghajar Diego, kekuatan mereka tampak seimbang. Akan tetapi saat Diego sedikit lengah, Miko langsung membantingnya, menindihnya dan memukuli mukanya. Darah pun mengucur dari berbagai arah. Pelipis matanya, hidungnya, maupun bibirnya. Kania yang melihat hal ini sangat ketakutan, ia berlari ke arah Miko dan mencegahnya
"Stop Miko stop!!! Jangan pukul dia lagi!!" Perintah Kania sembari memegangi tangan miko agar tidak memukul lagi.
"Kenapa Kania, kenapa kamu hentikan aku, biar si brengsek ini mampus!!" umpat Miko dengan amarahnya.
"Aku nggak mau kamu kena masalah dengan polisi!! lepasin dia. Aku mohon!!" kata Kania.
Miko pun berdiri perlahan dengan sempoyongan. Keningnya terasa sakit dan perih. Miko tidak menyadari bahwa darah keluar dari keningnya. Diego yang merasa sudah tak berkutik, ia mencoba bangun pelan-pelan, langkahnya sempoyongan. Ia memegangi kepalanya. Diego melihat ke sekeliling tempat semua anak buahnya tidak ada yang berdiri lagi. Kali ini ia benar-benar kalah. Diego pun berjalan mundur, kemudian dia menghilang dan melarikan diri.
"Miko, kamu nggak papa kan??" tanya Kania khawatir.
Tetapi Miko tak menjawab sepatah kata pun, ia langsung memeluk Kania erat dan mendekapnya.
"Kamu baik-baik saja kan?? Aku khawatir" ucap Miko lirih di telinga Kania.
Kania menutup matanya tak terasa air matanya menetes, ia membalas dekapan Miko. Entah kenapa kali ini ia benar-benar merasa aman dalam pelukan Miko. Kania melihat ketulusan dalam hati Miko, orang yang paling ia cintai.
Perkelahian sudah mereda. Tak ada satupun musuh yang masih sanggup berdiri. Mereka semua pingsan. Gang yang tadinya sepi, kini seperti terkena amukan badai. Semua berantakan, serpihan kayu dan benda-benda lainnya berceceran dimana-mana. Sungguh sangat mengerikan. Sonya berdiri sempoyongan, lututnya berdarah. Begitupun Tania, kali ini pelipisnya yang tergores. Tapi mereka lega, bisa mengalahkan komplotan Diego.
"Ayo, kita segera pergi. Sebelum polisi datang!!!" kata Revan.
Iapun segera memutar balik mobilnya, Satria dan Sendy segera masuk ke mobil. Revan segera melajukan mobilnya dan menghampiri Miko. Alangkah terkejutnya ia melihat Miko memeluk erat tubuh Kania. Tiba-tiba hatinya terasa sakit, belum pernah ia merasakan sesuatu sesakit ini. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Wanita yang ia cintai ternyata kekasih sahabatnya sendiri. Revan mengklakson mobilnya beberapa kali.
Pim...pim...pim...
Miko yang menyadari hal itu langsung melepas pelukan Kania. Ia melihat mobil Revan melaju ke arahnya.
"Kania, ayo aku antar kamu pulang!!"
kata Miko.
Ia menarik tangan Kania dan masuk ke dalam mobil Revan. Revan melirik Kania dari kaca spionnya. Ia merasa Kania sangat lemas dan ketakutan. Ia sungguh tidak tega melihat Kania seperti ini.
"Revan, ke sekolah dulu. Gue mau ambil mobil!!!" perintah Miko.
"Baiklah...!!!" jawab Revan. Ia memutar setirnya menuju sekolah.
"Kania lu nggak papa kan??" tanya Satria yang duduk di sebelah Miko.
"Gue nggak papa!!!" jawab Kania lembut.
"Syukurlah, kalo lu sampai kenapa-kenapa, gue rasa Miko nggak akan maafin dirinya sendiri!!!" sambung Sendy sembari cengengesan.
"Apa'an sih kalian!!!" kata Miko mengelak.
Merekapun serentak tertawa. Mereka sangat paham bagaimana Miko sangat mencintai wanitanya. Hal ini membuat mereka iri, karena teman-teman Miko belum menemukan wanita yang pas di hati mereka. Revan memperhatikan Kania diam-diam dari kaca yang ada di atasnya. Alangkah bahagianya dia yang hanya melihat Kania tersenyum. Belum pernah ia mendengar suara Kania sedekat ini. Ia pun menghembuskan napas panjangnya, 'Revan sadarlah. Kania kekasih sahabatmu sendiri' angannya terus melayang - layang.
"Loh Kania kemana??" Tanya Sonya yang kebingungan mencari Kania.
"Dia udah pergi sama Miko" terang Tania.
"Yaudah kita kerumahnya yukk!!! nggaj mungkin gue pulang dengan keadaan kayak gini. Nyokap gue bisa marah besar!! papar Sonya.
"Gue juga. Papa gue ada dirumah sekarang. Kita kerumah Kania dulu aja!!" terang Tania.
Sonya dan Tania segera menuju ke mobilnya. Ia tersadar Willy masih ada di belakangnya.
"Will, Willy ayo bareng gue!!!" ajak Sonya.
"Gue mau ambil mobil di sekolah!!!" teriak Willy.
"Mobil lu kan kempes. Udah sama gue aja!!" kata Sonya.
Willy baru menyadari kalau ban mobilnya masih kempes. Sedangkan ia merasa badannya sakit semua. Ia ingin segera terbaring di kamar tidurnya. Tapi apadaya dari pada ia menunggu montir datang. Dan juga tidak pasti berapa lama lagi. Akhirnya Willy mengiyakan ajakan Sonya.
"Iyaudah deh. Gue nebeng lu!!" kata Willy.
Willy segera membuka pintu mobil Sonya dan duduk di jok belakang. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Tampaknya Willy menderita luka serius. Sonya melirik Willy dari kaca mobil diatasnya. Willy seperti kesakitan sembari memejamkan matanya.
"Lu nggak papa kan Will??" tanya Sonya khawatir.
"Gue nggak papa, gue cuma mendadak pusing aja!!" ungkap Willy.
"Kalo gitu kita ke rumah sakit aja dulu!!" sahut Tania.
"Nggak, nggak usah. Gue nggak apa-apa!!" jawab Willy.
Mobil Sonya pun melesat menuju rumah Kania. Sementara Kania berada di mobil Miko dan akan beranjak pulang menuju rumahnya.
"Kania, boleh aku tanya sesuatu??" kata Miko.
"Iya. Kenapa?"
"Kenapa kamu khawatir sekali saat Willy akan menemui Diego??"
"Aku khawatir karena aku merasa berhutang budi kepadanya. Diego mengancamnya, itu semua karena aku!!"
"Benarkah?? Apa ada hal yang lain??"
"Hal lain?? Maksud kamu??"
"Hal lain seperti kamu mencintai Willy??"
Kania terdiam saat mendengar pertanyaan Miko yang terakhir. Ia menatap Miko yang sedang fokus menyetir mobil. Miko bertanya kepada Kania, tapi dia sendiri tidak berani menatap wajah Kania. Kania tersenyum melihat Miko, sepertinya pria di sebelahnya itu sedang cemburu.
"Aku nggak akan mencintai pria lain, selain kamu!!!"
Seketika Miko mendadak mengerem mobilnya.
Ciitt.....
Ia seperti terkejut mendengar pernyataan Kania. Untung saja mereka menggunakan self belt. Kalau tidak mereka bisa terpental.
"Miko, hati-hati dong!!!" ucap Kania sedikit kesal.
Miko tersenyum melihat Kania. Ia mengusap kepala Kania sembari melanjutkan perjalanan. Ia merasa lega mendengar jawaban Kania soal Willy.