Chereads / Pelangi Sebelum Hujan / Chapter 22 - 22. Cemburu

Chapter 22 - 22. Cemburu

Sonya dan Tania segera masuk kerumah Kania. Dan ternyata, Kania belum sampai dirumahnya. Willy terkejut saat Sonya ternyata berbelok ke rumah Kania. Tapi apadaya, tubuhnya seperti tak sanggup lagi untuk berdiri. Willy akhirnya berjalan menuju taman belakang rumah Kania. Ada sebuah Gazebo yang terletak di samping kolam renang. Ia menuju Gazebo tersebut dan merebahkan tubuhnya. Tak terasa air matanya pun tertutup.

Sonya dan Kania melempar tas mereka ke lantai kamar Kania. Kemudian mereka berdua langsung berbaring di ranjang Kania tanpa melepas seragam ataupun sepatu mereka. Ini adalah hari yang melelahkan untuk mereka. Setelah menghabiskan tenaganya untuk melawan Diego dan komplotannya, tubuh merekapun merasa sangat lemas.

Beberapa menit kemudian, Kania sampai dirumah. Ia terkejut saat membuka kamarnya. Ternyata dua sahabatnya tertidur pulas di ranjangnya. Kania pun merasa kasian, akhirnya ia membiarkan kedua sahabatnya untuk tidur. Sementara itu Kania mandi dan berganti pakaian. Setelah beberapa menit selesai, Kania bergegas.ke dapur, ia menyuruh asisten rumah tangganya untuk memasak banyak makanan untuk teman-temannya.

"Non Kania maaf, ibuk lihat di taman belakang ada laki-laki sedang tertidur!!" kata Buk Mirna.

"Hah, laki-laki???"

Kania merasa heran, siapa lelaki tersebut. Karena Miko memutuskan untuk pulang saat mengantar Kania. 'Lalu siapa pria tersebut??' Kania bertanya-tanya dalam hatinya.

Setelah meneguk sedikit air putih, Kania bermaksud mencari tahu siapa pria yang dimaksud Buk Mirna tadi. Kania segera berjalan menuju taman, ia melihat seseorang tergeletak di Gazebo. Kania segera menghampirinya. Dan ternyata dia adalah Willy.

"Willy???"

"Will, bangun Will. Will, buka matamu!!!" perintah Kania sembari menepuk-nepuk wajah Willy. Tapi Willy tetap saja menutup matanya. Kania yang ketakutan melihat kondisi Willy segera menyuruh orang-orang mengangkat Willy ke kamar tamu. Dan Kania pun segera memanggil dokter untuk memeriksa Willy.

...

Setelah sampai di rumahnya, Miko segera turun dari mobilnya. Akan tetapi dia terkejut saat melihat ponsel Kania tertinggal di mobilnya. Ia mengambil ponsel tersebut dan bermaksud akan mengembalikan ponsel Kania setelah ia berbenah diri.

"Miko?? kenapa wajah kamu?? baju kamu juga kotor semua? apa yang terjadi??" tanya Evelyn saat melihat anak laki-lakinya berantakan.

"Aku nggak apa-apa ma, biasa cowok berantem itu wajar??" jawab Miko singkat sembari menuju ke kamarnya.

Setelah selesai mandi, Miko segera berganti pakaian dan akan pergi kerumah Kania mengantarkan ponsel Kania yang tertinggal di mobilnya. Miko juga melewatkan makan malamnya. Yang terlintas dalam benaknya hanya Kania.

...

Dokter telah sampai di rumah Kania. Willy masih juga belum siuman. Kania sangat menghawatirkan keadaan Willy. Bagaimanapun ini semua terjadi karena Kania, itulah yang selalu melintas di pikiran Kania.

"Kania, sepertinya temanmu kelelahan. Ada banyak memar di sekujur tubuhnya. Segera kompres di bagian memarnya ya!!! akan saya berikan obatnya. Saya harap dia rutin meminumnya agar dia segera pulih!!." Papar Dokter yang memeriksa Willy.

"Baik dokter terimakasih!!!" ucap Kania.

Dokter itu pun pergi meninggalkan kamar tamu. Kania tak tega melihat Willy terbaring dengan pakaian kotor dan sobek-sobek karena perkelahian itu. Ia pun bermaksud akan mengganti pakaian Willy dengan meminjam pakaian kakaknya Delon. Perlahan ia membuka kancing baju Willy yang masih belum siuman. Dada Kania terasa bergetar, ia mulai gugup. Detak jantungnya mulai tak beraturan. 'Kenapa aku segugup ini??' pikir Kania.

Setelah membuka pakaian Willy, Kania merasa terkejut. Ia menemukan memar dibagian dada Willy, diperut bagian samping, dan di lengannya. Sungguh Kania tak sampai hati melihatnya. Ia mengambil handuk kecil yang sudah direndam air hangat. Kania dengan lembut mengompres di bagian yang memar. Entah kenapa, rasa yang sebelumnya selalu membenci Willy, kini menjadi rasa yang berbeda. Kania merasa takut akan kehilangan Willy. Ia merasa Willy selalu berjasa untuknya dan keluarganya.

Kania teringat saat-saat ia mengusir Willy, berkata kasar kepada Willy, ataupun mengacuhkan Willy. Bayangan kesalahan itu terus terlintas dalam pikiran Kania. Tak terasa air matanya jatuh terurai, dan tepat mengenai wajah Willy. Willy perlahan membuka matanya, ia melihat Kania mengompres lukanya. Kania tak menyadari bahwa Willy sudah siuman. Kania masih saja mengompres bagian dada Willy. Tiba-tiba Willy memegang tangan Kania yang masih membawa handuk kecil itu.

"Kania!!!"

"Willy???" Kania merasa terkejut.

"Jangan terlalu khawatir, aku nggak apa-apa kok!!!" ungkap Willy.

Kania merasa malu saat Willy mengetahui ia sedang menangis. Kania pun mulai mencari bahan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Yee... siapa bilang gue khawatir. gue biasa aja!! udah kompres sendiri lukamu!!!" Kania melempar handuk kecil itu ke dada Willy.

"Awww...!!!" teriak Willy karena merasa kesakitan.

"Willy, maaf. Gue nggak sengaja. Mana yang sakit, biar gue aja yang ngompres!!!" kata Kania panik.

Willy tersenyum melihat kepanikan Kania. Ia memang sengaja berteriak untuk mengetahui, apakan Kania menghawatirkannya atau tidak.

Tiba-tiba terdengar suara ponselnya berdering. Ia baru ingat dari sepulang sekolah tadi ia tak mengecek ponselnya sekalipun. Kania segera berdiri dan beranjak mencari sumber suara tersebut. Alangkah kagetnya saat ia melihat Miko berdiri di pintu kamar. Willy yang menyadari keberadaan Miko segera menutupi tubuhnya yang tanpa baju dengan selimut.

"Mi--Miko!! sejak kapan kamu ada disitu??" tanya Kania gugup.

"Setengah jam yang lalu!!" jawab Miko singkat.

"Aku hanya ingin mengembalikan ini, ponsel yang tertinggal di mobilku??" Miko mengulurkan tangannya yang menggenggam ponsel Kania.

Tiba-tiba Sonya yang baru bangun tidur melihat Miko dan Kania. Sonya pun segera menghampiri mereka, karena sedari tadi ia mencari Kania tapi tak ketemu.

"Lu disini rupanya Kan. Gue telpon dari tadi nggak lu angkat!!" kata Sonya.

Sonya merasa heran ketika melihat Miko dan Kania yang hanya diam bertatap muka dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sonya merasa ada yang aneh diantara mereka berdua.

"Aku pamit!!!!" kata Miko sembari meninggalkan kamar tersebut.

Kania merasa sangat hancur dengan sikap Miko yang mendadak berubah. Ia segera berlari mengejar Miko. Sonya yang melihat hal ini agak sedikit linglung, karena ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Willy mendongakkan kepalanya melihat keadaan di sekelilingnya dan menghembuskan nafas panjangnya. Ia sendiri tak menyadari adanya Miko yang sudah setengah jam yang lalu berdiri dipintu kamar.

"Miko, Miko tunggu dengarkan aku!!!"

Miko pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kania.

"Apa yang kamu lihat, tidak seperti dengan apa yang kau pikirkan!!!

"Dengan keadaan Willy yang tak memakai baju???"

Kania sangat terkejut mendengar pernyataan Miko. Miko salah paham dengan apa yang ia lihat. Kania merasa bingung bagaimana ia menjelaskannya. Sementara amarah Miko masih saja bergejolak. Ia benar-benar merasa cemburu.