Sinar mentari telah menyambut hadirnya pagi. Akan tetapi pagi ini tampak berbeda. Angin sepoi-sepoi berhembus sedikit kencang. Jendela kamar Sonya terbuka. Gorden di kamarnya mulai bergoyang-goyang di terpa angin. Sonya Edrea. Gadis berumur 18th ini merasa kedinginan, ia kembali meraih selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tiba-tiba terdengar suara orang membuka pintu kamarnya.
Blak...
"Sonya, ayo bangun!! Ini sudah pagi!! Sampai kapan kamu selalu bermalas-malasan seperti ini??" perintah Clara dengan nada meninggi.
Tapi Sonya tetap diam tak bergerak sedikitpun. Ia masih bersembunyi dibalik selimut tebalnya.
"Sonya, bangun!!!" Clara berteriak sembari menarik selimut Sonya dengan sekuat tenaga.
"Ahh... Mama, sepuluh menit lagi. Pliss!!!" pinta Sonya merengek.
"Salah sendiri kenapa kemarin pulang malam. Sekarang masih ngantuk kan???" gerutu Clara.
"Sonya cuma main kerumah Kania ma!!!" jawab Sonya masih dengan matanya yang terpejam.
Tiba-tiba Clara melihat memar di kening Sonya. Ia memeriksa Kening Sonya, dan semua bagian tubuh Sonya.
"Kenapa semuanya memar begini?? Keningmu, lenganmu, kakimu?? Kamu berantem lagi??"
"Ahh... Mama tanyanya nanti aja ya!!"
"Sonya, jangan bandel. Ayo bangun!!"
Kali ini Clara ibu kandung Sonya, sudah tidak punya kesabaran menyikapi perilaku putrinya itu. Sonya adalah anak tunggal mereka. Setelah melahirkan Sonya, Clara mengalami kecelakaan. Hal ini menyebabkan kandungan dalam rahimnya harus diangkat, karena itulah Sonya menjadi anak satu-satunya yang nantinya akan menjadi pewaris tunggal perusahaan orang tuanya.
Akan tetapi Sonya masih saja belum peduli akan hal itu. Dia masih ingin bersenang-senang dan bemain dengan kedua sahabatnya, Kania dan Tania.
"Mama nggak akan tinggal diam. Kali ini mama akan telfon papa kamu!!"
Seketika mata Sonya terbuka lebar saat mendengar mamanya akan menelfon papanya. Ia segera membuka selimutnya dan berlari mengejar mamanya.
"Ma, jangan ma. Aku mohon, jangan aduin ini ke papa!!"
"Kalo gitu, kamu cepetan mandi, sarapan dan pergi ke sekolah!!"
Sonya pun membalikkan badannya, ia berjalan dengan langkah yang berat menuju kamar mandinya. Sungguh hari ini adalah hari menyebalkan untuk Sonya. Badannya masih terasa perih dan sakit semua akibat perkelahian kemarin, tapi apadaya jika ia jujur kepada mamanya, berita ini akan sampai ke Seoul. Tempat dimana papanya bertugas. Sonya pun memilih untuk pasrah dengan keadaan ini.
...
"Willy bagaimana keadaanmu??" tanya Delon.
"Aku baik kak!!"
"Syukurlah!! Apa kamu berantem karena Kania lagi??"
Willy melirik Kania yang kebetulan ada di depannya. Mereka sedang menikmati hidangan sarapan bersama. Kania memandang Willy dengan wajah gelisah. Sepertinya Kania khawatir dengan jawaban Willy.
"Bukan kak, ini bukan karena Kania!!!" jawab Willy sambil menunduk, ia enggan menatap wajah Delon.
Delon paham sebenarnya Willy berbohong, karena Willy tidak berani menatap matanya.
"Hari ini kamu berangkat sama Kania!!" perintah Delon.
"Baik kak!!!" jawab Willy sembari menatap Kania.
Setelah sampai di sekolah. Kania mencari Miko ke kelasnya. Tapi hari ini Miko tidak masuk sekolah. Teman-temannya pun tidak ada yang tahu kemana perginya Miko. Ponselnya tidak bisa di hubungi. Kania merasa sangat bersalah, 'Apa karena kejadian semalam, Miko sekarang enggan masuk sekolah?' Kania terus bertanya-tanya dalam hatinya.
...
Ranjang dorong itu melaju dengan kencang, Miko ikut mendorongnya menuju ruang IGD. Entah kenapa wajah wanita itu mengingatkannya dengan kakaknya, Angel.
"kamu harus bertahan, kamu pasti selamat!!" kata Miko.
Setelah menyelamatkan wanita yang hampir saja masuk ke jurang, Miko langsung membawanya ke rumah sakit. Tidak ada keluarga yang bisa di hubungi karena identitas dan ponsel gadis itu ada di dalam mobilnya yang jatuh ke jurang. Dengan sangat terpaksa akhirnya Miko menemani gadis itu sampai keluarganya tiba. Miko memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah, sampai gadis itu benar-benar siuman.
Dokter berjalan ke arah Miko yang sedang menunggu di kursi depan ruang IGD, "Apakah anda keluarga pasien??"
"Saya yang menolongnya dok, bagaimana kondisi pasien??"
"Kondisi pasien sudah melewati masa kritis, anda bisa menjenguknya sekarang!!"
"Terimakasih dok!!!"
Miko pun masuk ke ruang IGD, ia melihat gadis itu sudah siuman. Wajahnya masih terlihat pucat dan kondisinya masih lemas. Ia sepertinya tampak kebingungan.
"Tenang saja, kamu baik-baik saja. Dokter sudah menanganimu dengan baik!!"
"Kamu??"
"Aku Miko, kamu siapa??" kata Miko sembari mengulurkan tangannya.
"Vi-viona!!" ucap gadis itu terbata-bata sembari menjabat tangan Miko.
"Oh iya, apa kamu punya nomor keluarga yang bisa di hubungi??"
"Aku nggak ingat, aku cuma ingat alamat rumahku!!"
"Baiklah, aku akan cari tau soal keluargamu!!"
"Makasih banyak Miko"
Miko hanya membalasnya dengan senyuman. Viona merasa bahwa Miko adalah malaikat sang penyelamat bagi hidupnya. Jika terlambat sedikit saja, ia akan terjun bersama mobilnya ke jurang. Wajah Miko yang tampan membuat Viona semakin terpaku. Selain tampan, Miko juga baik dan perhatian kepadanya. Sampai-sampai Viona berdoa dalam hatinya bahwa ia ingin sekali menjadikan Miko tempat terakhir untuk hatinya berlabuh.
"Kamu tunggu disini dulu, aku urus administrasinya!!"
"Miko tunggu!!!" Viona menarik tangan Miko.
"Aku takut sendirian!!!"
"Tak apa. Hanya sebentar saja!!!" ucap Miko sembari tersenyum. Dan senyuman manisnya itu telah meluluh lantakkan hati Viona.
Akan tetapi tak sedikitpun keinginan Miko untuk berpaling dari Kania. Ia telah yakin bahwa Kania adalah wanita terakhir untuknya. Miko hanya menolong Viona, dan tidak ada maksud lain. Sementara Viona, menganggap Miko memberinya sebuah harapan. Hati kecilnya berkata Miko harus menjadi miliknya, apapun yang menghalanginya. Ia akan menerjangnya. Tak peduli jika Miko sudah memiliki kekasih sekalipun, Viona harus mendapatkan Miko.
Setelah bekerja sama dengan pihak kepolisian, akhirnya mereka menemukan identitas Viona. Viona Agatha Christie. Putri dari pengusaha sukses, yang baru saja pindah beberapa hari dari Kanada. Paras wajahnya begitu cantik, dengan rambut bawah bergelombang yang panjangnya sebahu. Sebelumnya ia tinggal beberapa tahun di Kanada karena bisnis orang tuanya, akan tetapi setelah sukses di Kanada, keluarganya memutuskan untuk kembali lagi ke Indonesia dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Malam itu Viona bertengkar dengan mamanya karena perbedaan pendapat, ia pun pergi ke bukit itu hanya untuk menenangkan pikiran. Akan tetapi keberuntungan tak berpihak kepadanya, ban mobil Viona bagian kanan pecah karena Viona belum paham betul medan jalan di perbukitan itu. Akhirnya mobilnya oleng menabrak pembatas jalan dan jatuh ke jurang, untung saja ada Miko yang menolongnya.
Beberapa menit kemudian Miko, datang dan membawa bubur ayam. Miko sendiri juga merasa lapar karena dari semalam ia belum makan, dan tenaganya sudah terkuras gegara menangis dan mati-matian menolong Viona.
"Kamu makan dulu ya!! Aku bawakan bubur ayam!!!" kata Miko.
Viona mengangguk sembari tersenyum. Miko mulai membuka bungkusan bubur itu dan menyuapi Viona sendok demi sendok dengan lembut.