Hari telah berganti. Tidak seperti sebelumnya, Willy selalu berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Tapi kali ini ia hanya terdiam lemas. Willy membuka mata dari tidurnya. Ia tidur di kursi kayu bersandarkan dinding. Di sisi lain, Delon terbaring di sofa panjang, sementara Miko duduk disebelah ranjang Kania dan meletakkan kepalanya di sebelah Kania. Sinar matahari pagi menyelinap masuk diantara gorden jendela rumah sakit, dan menyentuh mata Kania. Seketika ia terbangun, dan melihat seisi ruangan. Dia melihat Miko yang tertidur disebelahnya. Kania pun membangunkan Miko dengan lembut.
"Miko, bangun. Kamu harus sekolah!!" kata Kania sembari mengusap kepala Miko.
Seketika Miko membuka matanya. Dan melihat Kania sembari tersenyum.
"Kamu sudah bangun Kan??" tanya Miko.
"Iya. Kamu cepet ke sekolah gih. Biar aku sama kak Delon aja!!"
"Baiklah, jika kamu yang minta. Aku akan pergi. Tunggu aku, nanti pulang sekolah, aku langsung kesini!!" papar Miko.
"Iya, aku tunggu!!!" jawab Kania.
Miko pun beranjak dari tempat duduknya. Ia melihat kearah Willy yang ternyata sudah terbangun.
"Willy ayo kita pergi!!" ajak Miko.
Willy juga beranjak dari tempat duduknya. Tanpa mengatakan sepatah katapun, ia hanya menatap Kania, kemudian berlalu.
Kania merasa haus, ia meraih gelas berisi air putih yang ada di meja sebelah ranjangnya. Tiba-tiba dirinya teringat sesuatu.
'Willy?? Siapa dia??'
Kania mencoba mengingatnya sekuat tenaga. Tiba-tiba terlintas dalam benaknya. Baku tembak pada malam hari. Perkelahian di sebuah gang. Menyaksikan keindahan pelangi seusai hujan. Perkelahian di gudang sekolah, sampai akhirnya.
Pyaarrr....
Gelas di sebelah Kaniai terjatuh.
Tubuh Kania terasa sakit sekali. Seperti ada sesuatu yang menghantamnya.
"Aww...." Kania berteriak sembari memegangi kepalanya. Seketika Delon terbangun dari tidurnya.
"Kania, kamu kenapa??" kata Delon sembari berlari ke arah Kania.
"Kepalaku pusing kak!!" jawab Kania.
"Kamu tunggu disini. Aku panggil dokter" kata Delon kemudian berlari memanggil dokter.
...
Sudah dua hari Miko tidak pulang kerumah. Hal ini membuat Evelyn penasaran apa yang sebenarnya dilakukan putranya itu. Bahkan telepon darinya pun di abaikan oleh Miko. Beberapa menit yang lalu Miko sudah berangkat sekolah. Evelyn berinisiatif untuk memeriksa kamar Miko. Ia merasa penasaran kemana Miko pergi dari dua hari kemarin.
Evelyn pun memasuki kamar Miko. Setelah berapa lama, baru kali ini ia memasuki kamar putranya. Sebelumnya ia tak pernah memiliki waktu luang untuk anak-anaknya. Jangankan memeriksa kamar, bertemu untuk makan bersama pun jarang, dan hampir tidak pernah.
Ia melihat beberapa foto terpajang di meja Miko. Foto Miko waktu kecil. Foto Miko bersama kakaknya, Angel. Foto Miko bersama kedua orang tuanya. Dan yang terakhir, foto seorang gadis memakai dress bermotif bunga, berambut panjang, dan memakai bando berwarna pink.
Evelyn merasa asing melihat gadis yang ada di foto itu. Ia mengambil foto itu dan melihat dengan seksama. Evelyn membalikkan foto itu, dan melihat sisi belakang. Ada beberapa tulisan yang tertera di belakang foto itu.
I love u Kania...
Evelyn tersenyum melihatnya. Tak terasa, putranya sudah sebesar ini. Bahkan sudah mulai jatuh cinta. 'Jadi, Kania namanya??'
Ia kembali meletakkan foto itu di meja Miko. Tiba-tiba ia melihat sebuah kertas yang terlipat di atas meja Miko. Ia merasa penasaran dan akhirnya Evelyn pun membuka kertas itu.
'Apa?? Kwitansi rumah sakit?? Viona Agatha Christie?? Siapa lagi dia? bukankah foto gadis tadi bernama Kania??'
Evelyn merasa sangat bingung. Ternyata banyak sekali hal yang tidak ia ketahui karena kesibukannya. Selai menemukan kwitansi pembayaran rumah sakit, ia juga menemukan sebuah kartu nama. Nominal pembayaran rumah sakit yang dibayarkan Miko tidaklah sedikit, mana mungkin Evelyn membiarkan hal ini terjadi begitu saja. Evelyn adalah orang yang selalu perhitungan soal uang. Ia harus tahu kemana, untuk apa uang itu di gunakan. Meskipun itu adalah uang tabungan Miko, ia tak akan membiarkan begitu saja. Bahkan ia tidak mengenal siapa Viona. Evelyn mengambil ponselnya dan mencoba menelfon nomor yang ada dikartu nama itu.
"{Halo selamat siang, dengan siapa ini?}"
"{Selamat siang. Saya adalah orang tua dari Miko. Apakah anda berhubungan dengan pasien yang bernama Viona Agatha Christie??}"
"{Ia betul. Saya papanya. Ada yang bisa saya bantu}"
"{Disini tertera kwitansi pembayaran rumah sakit atas nama anak anda. Dan saya tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Nominalnya juga tidak sedikit. Apakah anda bisa meluangkan waktu sebentar saja??}"
"{Kebetulan sekali. Sebelum saya sempat mengembalikan uang yang di keluarkan Miko, saya sudah kehilangan jejaknya. Dan saya bermaksud untuk mengundang anda sekeluarga kerumah saya nanti malam. Saya harap anda bisa hadir"}
"{Dengan senang hati. Terimakasih.}"
Evelyn menutup percakapan teleponnya. Ia segera mengirimkan pesan kepada Miko agar ia bisa pulang tepat waktu.
...
"Kania? Gimana keadaanmu?? Masih pusing??" tanya Delon menghawatirkan adiknya.
"Sudah baikan kak" jawab Kania.
"Kalau begitu. Kamu makan ini ya. Kakak suapin!!" perintah Delon sembari menyuapi makanan ke mulut Kania.
Tok..tok..
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruangan Kania. Setelah Delon mempersilahkan masuk, ternyata yang datang adalah Wildan.
"Bisa minta waktumu sebentar??" tanya Wildan kepada Delon.
Delon menganggukan kepalanya. Ia pun meminta ijin Kania untuk keluar sebentar.
"Ada apa Wil?? Bukannya aku sudah menyuruhmu menghandle semuanya??"
"Pak Wijaya tidak percaya saat aku bilang kamu dan Kania sedang liburan. Sepertinya beliau mendengar kabar bahwa Kania masuk ke rumah sakit. Beliau menyuruh orang-orangnya untuk mencari keberadaan Kania!!" papar Wildane.
"Segera berkemas. Kania akan aku bawa pergi!!" perintah Delon.
"Baik!!"
Delon dan Wildane mulai berkemas. Delon tidak ingin papanya mengetahui kondisi Kania saat ini. Apalagi dengan kondisi Kania yang mengalami amnesia ringan. Ia tidak ingin membuat kesehatan papanya terganggu. Untuk itu Delon berinisiatif membawa Kania ke Villa pribadinya yang terletak di sebuah lereng gunung. Villa itu terletak si sebuah desa terpencil. Hal itu akan menyulitkan seseorang untuk mencari alamat Villa tersebut. Setelah selesai berkemas, Delon segera membawa Kania pergi ke Villa tersebut.
"Willy?? Dia pergi sekolah hari ini??"tanya Delon kepada Wildane.
"Kak Delon??"
Delon sangat terkejut saat melihat Willy datang. Ternyata ia enggan pergi ke sekolah. Bagi Willy tanggung jawab untuk menjaga Kania lebih besar dari pada pergi ke sekolah. Ia sudah berjanji kepada mendiang ayahnya untuk selalu mengabdi kepada keluarga Kania. Selain itu Delon menyiapkan gaji yang tidak sedikit kepada Willy, hanya untuk menjaga Kania. Untuk itu Willy memilih pulang kerumah untuk mandi dan ganti baju kemudian kembali lagi ke rumah sakit untuk menjaga Kania.
"Untunglah kamu datang. Kita akan pergi ke Villa. Ayo ikut kami!!!" perintah Delon.