Ban mobil Willy mendadak kempes, tentu saja ini bukan hal yang biasa. Pasti ada seseorang yang sengaja membuat ban mobilnya kempes. Amarah Willy kepada Diego semakin memanas. Ia meninggalkan mobilnya di parkir sekolah, dan pergi ke gang Flamboyan dengan berjalan kaki. Sedikit pun tak terbesit dalam hati Willy untuk takut dengan ancaman Diego. Yang paling Willy takutkan adalah, jika Diego akan tetap mengganggu Kania.
Willy berjalan santai menuju gang Flamboyan dengan tangan kosong. Ia tidak membawa senjata sama sekali. Ia pasrah dengan apa yang terjadi nanti. Baginya berkelahi adalah hal biasa.
Mobil Sonya berhenti tepat di ujung jalan masuk gang Flamboyan. Mereka bertiga mengawasi Willy dari kejauhan. Kania, Sonya dan Tania, wajah mereka tampak tegang, saat menunggu kemunculan Willy. Beberapa menit kemudian, tampak Willy berjalan memasuki gang itu.
"Ehh temen-temen, lihat itu Willy dateng!!" teriak Sonya.
Seketika mereka turun dari mobil dan mengikuti Willy.
Diego dan genknya sudah menunggu kedatangan Willy. Alangkah kagetnya Willy saat melihat jumlah mereka terlalu banyak. Ada sekitar 30 orang yang mengepung Willy dengan membawa berbagai macam senjata.
"William Agler, berani juga lu datang sendirian kesini, gue salut sama keberanian lu. Itu tandanya lu udah siap mati!!!" teriak Diego.
"Jangan banyak omong lu, gue minta setelah ini, jangan ganggu Kania lagi!!" pinta Willy.
"Hahaha, kalo lu mati sekarang. Gue dengan bebas bisa dapetin Kania!!" terang Diego.
"Brengsek lu!!!" kata Willy sembari menendang perut Diego.
Perkelahian pun tak bisa di cegah lagi. Mereka mulai menyerang Willy dengan ganas. Kania, Tania dan Sonya yang melihat hal ini merasa takut.
"Gue takut Soy, gue trauma sama orang berantem!!!" kata Kania sembari menarik-narik tangan Sonya.
"Lu mendingan sembunyi disini aja Kan, biar gue yang ngebantu Willy!!" perintah Sonya.
Kemudian Sonya melirik ke sekitar tempat, ada sebuah balok kayu yang sedikit besar Sonya pub mengambilnya..
"Nah, lu bawa ini Kan. Antisipasi kalo ada yang nyerang elu. Langsung pukul aja pake ini ya!! terang Sonya sembari memberikan balok kayu itu ke Kania.
Kania menerima balok kayu itu dan menggenggamnya erat. Sonya mengeluarkan benda dari saku rok sekolahnya. Sebuah double stick Ruyung Nunchaku, sama persis seperti yang di pakai aktor 'Bruce lee' untuk berkelahi. Kania dan Tania sontak terkejut melihat apa yang di bawa Sonya.
"Lu seriusan bawa gituan??" tanya Tania.
"Eits jangan salah. Ini alat pasti gue bawa kemana-mana!!! Yaudah gue kesana dulu!!!" kata Sonya sembari ingin berlari ke arah Willy.
"Tunggu Soy, gue ikut!!!" kata Tania.
"Lu yakin???" tanya Sonya.
"Gue yakinlah. Gue pernah ikut ekskul Karate waktu masih SD!!!" kata Tania sembari membawa balok kayu yang ada di dekatnya. Dia pun segera berlari ke arah perkelahian.
Sonya sempat berfikir sejenak, 'Waktu SD? sekarang kan udah SMA'
"Woyy sekarang lu udah umur berapa woy, tunggu!!!" teriak Sonya mengejar Tania.
Sonya dan Tania bergabung ke tengah perkelahian. Mereka memukul, menendang dan membanting musuh mereka satu persatu tanpa ampun.
"Sonya, Tania???" kata Willy terkejut saat melihat dua wanita cantik ini.
Ketiganya pun bersatu di tengah perkelahian sembari memasang kuda-kuda, punggung mereka berhimpitan sembari memutar.
"Kenapa kalian kesini? Ini berbahaya!!!" kata Willy.
"Gue nggak mungkin ngebiarin lu sendiri, ngelawan si brengsek Diego itu!!" jawab Sonya.
"Ayooo kita lawan....hiyaa!!!" Tania berteriak sembari menendang-nendang musuhnya.
Akan tetapi perkelahian mereka belumlah seimbang, 30:3 orang. Mereka bertiga masih kuwalahan dengan lawan sebanyak ini.
Diego heran melihat Tania dan Sonya yang tiba-tiba ada di tempat ini. 'Pasti Kania ada di sekitar sini juga' pikirnya.
Ia pun menyerahkan semuanya kepada anak buahnya, ia meninggalkan perkelahian dan mencari Kania. Diego memeriksa semua sudut-sudut tempat. Dan akhirnya ia menemukan Kania.
"Kania lu disini rupanya!!!" kata Diego.
Kania merasa kaget melihat Diego yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Jangan mendekat, pergi. Jangan ganggu gue!!!" kata Kania sembari mengangkat balok kayu yang tadi diberi Sonya.
"Tenang Kania, gue nggak akan nyakitin elu." Kata Diego sembari mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
Kania merasa sangat ketakutan. Ia teringat beberapa waktu yang lalu, perkelahian antara pengawalnya dan perampok itu. Suara ledakan baku tembak masih terngiang di telinganya. Keringat dinginnya mulai bercucuran. Tangannya gemetar.
"Tenanglah Kania!!!"
Setelah Diego melihat Kania lengah, Diego mengambil balok kayu itu dari tangan Kania dan melemparnya jauh. Kali ini Kania tidak punya senjata apapun. Ia merasa sangat ketakutan. Ia melangkahkan kakinya mudur. Selangkah demi selangkah, dan akhirnya punggungnya sudah menyentuh sebuah dinding.
"Lu mau kemana lagi Kania? Lu nggak bakalan bisa lari!! ingat Kania sampai kapanpun gue nggak akan terima lu nolak cinta gue!!!." Diego berusaha mendekati Kania. Ia mencengkram kedua pundak Kania, dan berusaha mencium Kania.
Kania terus berontak, dan berteriak, "Lepasin gue, lepasin.!!!"
Kania mendorong dorong Diego dan mencoba memukulnya. Tapi tenaga Diego begitu kuat, cengkeramannya membuat Kania tidak bisa bergerak.
Tiba-tiba seseorang menendang keras Diego dan iapun terpental.
"Miko???" Kania terkejut.
"Brengsek lu, beraninya sama cewek!!." Kemarahan Miko meluap. Ia segera menghajar Diego tanpa ampun. Kania yang melihat hal ini terduduk lemas. Ia menundukka kepalanya dan memegang telinganya dengan erat.
"Wow... Ini menyenangkan sekali!!." Kata Revan saat melihat perkelahian di depannya. Satria, Sendy dan Revan masih ada di dalam mobil. Sebelumnya Miko keluar dari mobil terlebih dahulu saat melihat Diego yang berusaha menyerang Kania.
"Kalian siap??" tanya Revan meyakinkan teman-temannya.
"Siap dong!!" jawab Sendy dan Satria serentak.
Revanpun menginjak pedal gas mobilnya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mobil itu melesat ke tengah-tengah perkelahian. Menabrak semua orang yang ada di depannya. Willy yang mengetahui akan hal ini, ia langsung menarik Sonya.
"Awas Soy!!!" teriak Willy. Merekapun akhirnya terjatuh bersama. Sonya terjatuh dalam pelukan Willy.
"Lu nggak papa kan??" tanya Willy sembari menatap Sonya.
Tiba-tiba jantung Sonya berdetak hebat. Gadis tomboy yang jarang jatuh cinta ini baru menyadari pria yang ada di dekatnya itu begitu sangat tampan. wajahnya putih berseri, alisnya tebal dan bulu matanya sangatlah panjang dan melengkung. Sonya terus saja memandangi wajah Willy. Begitupun sebaliknya. Mereka berdua terhanyut dalam moment ini. Tangan Willy masih memeluk tubuh Sonya, sampai akhirnya Willy sadar ada yang menduduki kakinya. Dan terasa sangat berat.
"Soy lu berat banget sih!!" ungkap Willy.
Sonya yang menyadari hal itu langsung berdiri dan menepuk-nepuk bajunya yang kotor karena terjatuh tadi. Dia merasa malu, dan berusaha menghindari rasa malu itu dengan pura-pura membersihkan bajunya.
"So-sory gue nggak sadar Wil, udah nindihin elu!!!" kata Sonya gugup. Ia pun mengulurkan tangannya ke Willy.
"Ayok gue bantu berdiri!!" kata Sonya.
Willy pun menatap Sonya, dan meraih tangannya, kemudian berdiri sembari membersihkan bajunya yang kotor.