Chereads / Pelangi Sebelum Hujan / Chapter 5 - 5. Jeremico Leven

Chapter 5 - 5. Jeremico Leven

Mobil Miko melaju dengan kencang. Kaniya terlihat santai, karena dia sering diajak kebut-kebutan oleh Sonya. Miko sedari tadi hanya diam dan  melirik Kaniya. Begitupun dengan Kaniya, ia merasa canggung berada semobil dengan seseorang yang dengan singkat menyentuh hatinya. Sebenarnya dadanya bergetar, tapi ia berusaha menutupinya, agar tidak kelihatan grogi.

Baru pertama kali Kaniya semobil dengan pria lain. Selain ayah dan kakaknya. Kaniya memang harus berada dalam pengawalan ketat. Apalagi bodyguard- bodyguard ayahnya selalu siap siaga membuntuti Kaniya jika pergi kemana-mana. Maka dari itu dia akan merasa malu jika memulai kencannya  akan tetapi harus di ikuti bodyguard ayahnya. Tapi kali ini ayahnya tidak tahu kalau Kaniya pergi dengan seorang pria. Kalaupun tiba-tiba ayahnya tahu, Delon lah seseorang yang patut di curigai.

Semakin lama Miko merasa ada yang janggal, mereka sedang berdua dan semobil. Tapi rasanya sunyi dan hampa. Ia pun memberanikan diri untuk mulai angkat bicara.

"Kaniya!!!"

"Iya! Kenapa Mik??"

"Aku tak apa, kalau ini semua hanya untuk pelampiasan!"

"Maksud kamu??"

Kaniya menatap tajam wajah Miko. Dia sangat penasaran dengan apa yang dimaksud Miko.

"Kamu ingin pergi denganku, hanya ingin melarikan diri dari Willy kan??." Sontak Kaniya kaget dengan apa yang di tanyakan Miko. Sebenarnya apa yang dikatakan Miko itu benar, tapi tidak mungkin Kaniya berkata jujur, itu semua akan melukai hati Miko.

"Eng--enggak kok Mik" jawab Kaniya gugup.

"Syukurlah kalo nggak, kita ke bengkel dulu ya ambil motor!!"

Kaniya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.

Sesampainya di bengkel motor, Kaniya dibuat takjub oleh bengkel motor yang begitu besar dan luas, bahkan bengkel mobil yang biasa Kaniya datangi tak ada apa-apanya dengan ini. Alat-alatnya begitu canggih. Di lantai bawah tempat untuk mereparasi, sedangkan di lantai atas sebagai tempat onderdil motor sekaligus seperti mini market penjualan onderdil motor. Dan yang paling membuat Kaniya heran, semua orang merunduk dan memberi salam saat melihat Miko.

Miko berjalan agak cepat, sedangkan Kaniya berjarak 1meter di belakang mengikuti langkah Miko. Tiba-tiba Miko berhenti, dan membuat Kaniya menabraknya.

"Aww...!!" teriak Kaniya kaget.

"Aku sampai lupa kalo aku sedang tidak sendiri!!" kata Miko sembari tersenyum manis. Ia pun segera meraih tangan lembut Kaniya dan menggandengnya.

"Ayus, tolong siapkan motornya, aku mau ke atas dulu!!"

"Baik mas Miko" perintah Miko kepada pekerja yang ada di bengkel itu.

Kaniya semakin heran, 'sebenarnya Miko ini siapa? Kenapa semua orang menunduk kepadanya?.' Kaniya terus saja bertanya-tanya dalam hatinya. Kemudian Miko menuju lantai atas, dia tidak melepaskan tangan Kaniya sedetikpun.

"Laura, tolong  laporan hari ini kasih ke saya!!"

"Baik, pak"

Miko menggandeng Kaniya ke sebuah ruangan kecil namun sangat tertata rapi. Miko kemudian duduk dan seperti mengotak-atik komputernya. Kaniya duduk di sebuah sofa kecil dan masih saja seperti merasa keheranan.

Tok..tok..

"Masuk!!"

Tiba-tiba datang seorang gadis berparas cantik, tinggi dengan rambut panjang yang terikat rapi.  Dia adalah gadis yang sebelumnya diperintahkan Miko untuk mengantar laporan.

"Permisi Pak, ini laporannya!!" Kata gadis itu sembari memberikan sebuah map kepada Miko.

Miko tampak membuka map itu dan mengoreksinya satu-persatu.

"Bagus, pendapatkan kita semakin meningkat, jangan lupa kamu harus selalu update di sosial media soal bengkel kita ini, dan juga tolong tambahan bahwa disini juga ada minimarket khusus untuk menjual berbagai macam onderdil motor" perintah Miko.

"Baik Pak, akan saya laksanakan!!"

Deg...

Jantung Kaniya seketika serasa jatuh. 'Ternyata bengkel sebesar ini milik Miko. Aku seperti tak percaya, bahkan Miko saja masih sekolah.' Kaniya masih saja bertanya-tanya dalam hatinya.

Tok..tok..

"Masuk"

"Mas Miko, motornya sudah saya siapkan!!"

"Oke terimakasih, sebentar lagi saya turun"

Kedua pekerja itupun keluar meninggalkan ruangan. Miko mendatangi Kaniya dan tersenyum.

"Apa yang sedang kamu pikirkan Kan??" tanya Miko, seolah-olah dia memahami tampang Kaniya yang kebingungan.

"Ini semua punya kamu Mik??"

"Bukan, ini punya papa Aku!! Aku hanya mengelolanya"

Kaniya tersenyum manis menatap Miko. Ia sangat kagum dengan Miko, meskipun masih sekolah, ia juga mau membantu bisnis papanya.

"Kamu sudah siap Kan??"

"Siap untuk apa??" tanya Kaniya heran.

"Kita mau naik motor!!"

"Apa?? Dengan dress tanpa lengan seperti ini?? Tau gitu aku tadi pake celana panjang dulu Mik!!"

"Aku tadi udah bilang Kan, kalo aku mau latihan motor. Tenang aja semua akan baik-baik aja!!" Kata Miko meyakinkan Kaniya.

Kaniya menganggukkan kepalanya. Akhirnya mereka bersiap untuk naik motor, Miko seperti kesusahan untuk membawa ranselnya.

"Sini tas kamu!!" perintah Kaniya.

"Seriusan??" tanya Miko.

"Iya beneran, biar aku yang bawain tas kamu!!" kata Kaniya sembari menarik tas Miko.

Merekapun mulai berkeliling kota dengan motor  milik Miko yang biasa ia pakai untuk balapan di arena sirkuit. Langit sudah mulai menguning, pertanda sore akan datang. Miko melajukan motornya agak cepat. Tiba-tiba dia meraih tangan Kaniya dan meletakkan di pinggangnya. Jantung Kaniya berdetak kencang, sepertinya Miko akan paham soal ini, tangannya mulai dingin. Angin sore mulai membuat tubuh Kaniya kedinginan, karena salah kostumnya hari ini. Perlahan ia mencoba memberanikan diri menyandarkan kepalanya di pundak Miko. Kaniya merasa tenang dan damai. 'Apa ini yang disebut cinta?' Kaniya terus saja bertanya-tanya.

Akhirnya mereka sampai di sebuah bukit kecil. Di cela bukit tampak sebuah arena sirkuit, jalannya berkelok-kelok, bahkan ada gumpalan tanah yang jika melewatinya akan melambung tinggi ke atas. Kaniya tak percaya Miko akan melakukan hal mencengangkan ini.

"Hai bro, ini dia yang di tunggu-tunggu!!"

"Eits, kali ini dia nggak sendiri loh"

Sindir teman-teman genk Miko. Ada Satria, Revan, dan Sandy.

"Kamu Kaniya kan??" tanya Sandy.

"Iya, kenalin aku Kaniya" kata Kaniya sembari mengulurkan tangannya.

Dengan sigap mereka bertiga berebut untuk menjabat tangan Kaniya.

"Eh, eh biasa aja kali, giliran ada cewek cantik kalian langsung maju" sindir Miko di ikuti tawa kecilnya.

Kaniya tersenyum lebar, bahkan ia tertawa kecil. Baru kali ini Kaniya merasa sangat bahagia memiliki banyak teman. Karena selain dua sahabat akrabnya Sonya dan Tania. Kaniya tidak di perbolehkan untuk berteman dengan orang lain, karena menurut Papanya itu akan menjadi sebuah ancaman untuk putri tercintanya itu.

Sekilas Kaniya memperhatikan teman-teman Miko ini, tapi ada satu orang yang mungkin membuatnya penasaran, dia pendiam, bicara seadanya saja, senyumnya manis dan seperti tipikal pria lembut. Dia adalah Revan.

"Kan, kamu tunggu disini ya, kita mau latihan dulu, kamu nggak papa kan?" Kata Miko khawatir.

"Aku nggak apa-apa kok," jawab Kaniya.

"Kalo ada apa-apa kamu panggil teman-teman yang disana ya, itu crew aku" terang Miko sembari menunjuk ke segerombolan orang.

"Iya Miko" jawab Kaniya sembari tersenyum manis.