Chereads / Pelangi Sebelum Hujan / Chapter 11 - 11. Serangan Mendadak 2

Chapter 11 - 11. Serangan Mendadak 2

Kania masih bersembunyi dibalik mobil. Ia duduk sambil mendekap lututnya. Kepalanya tertunduk. Tubuhnya gemetar. Ia benar-benar merasa sangat shock atas kejadian yang menimpanya. Sesekali air matanya mengalir. Ia sangat ketakutan.

Tiba-tiba seseorang menghampirinya dan membelai rambutnya, "Kan, Kania!!."

"Pergi, jangan ganggu aku. Pergi!!!" Ucap Kania mengusir pria itu.

"Kania, ini aku!! Lihat aku!!"

"Mi--ko, aku takut Mik!!" Jawab Kania gugup.

"Sstt... Tenang dulu, ayo berdiri!!" Perintah Miko dengan lembut.

Miko langsung memeluk Kania erat, ia menyandarkan kepala Kania di dadanya. Miko dengan lembut membelai rambut Kania, dan menenangkannya. Kania seketika menangis sejadinya dan mendekap erat tubuh Miko. Ia meluapkan semua  kegelisahan yang ada di hatinya.

Wiuw...wiiw....

Beberapa mobil polisi datang, Miko menghela nafas lega.

"Kania!!!"

Kania menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dan ternyata itu adalah kakaknya, Delon.

"Kak Delon!!!" Kania memeluk erat kakaknya itu.

"Sudah, kamu tenang. Semua akan baik-baik saja!!" Tutur Delon sembari mengusap air mata adik kesayangannya itu.

"Miko, tolong antar Kania pulang ya. Aku dan Willy akan ke Kantor Polisi!!" Perintah Delon.

"Baik kak, akan saya antar Kania pulang!!" Jawab Delon menegaskan.

Willy hanya bisa menatap Kania dari kejauhan, ingin sekali rasanya dia memeluk Kania, dan menenangkannya. Tapi apadaya, Kania lebih memilih dada Miko untuk menyandarkan kegelisahannya. Sebenarnya hati Willy terasa sakit melihat kebersamaan mereka berdua. Tapi Willy membuang jauh-jauh rasa cemburu itu, baginya yang terpenting adalah keselamatan Kania. Ia merasa lega Kania bisa selamat dari kejadian ini.

"Will,," Delon menepuk pundak Willy.

"Aww...." Tanpa sengaja ia merasa kesakitan.

"Lu kenapa?? Ada yang luka??" Tanya Delon khawatir.

"Eng--enggak kok kak!!" Jawab Willy menepis. Padahal pundaknya memar dan memerah karena pukulan balok kayu dari perampok tadi.

"Ayok ikut aku ke Kantor Polisi!!" Ajak Delon.

"Baik kak, ayok kita pergi!!!" Jawab Willy.

Willy kembali menoleh ke arah Miko dan Kania. Ia ingin memastikan bahwa Kania baik-baik saja. Miko menuntun Kania dan membawa ke mobilnya. Akibat luka di lututnya, Kania sedikit kesusahan untuk berjalan. Miko membuka pintu mobil untuk Kania. Dan bergegas pergi.

"Willy!!! Ayokk!!" Bentak Delon yang melihat Willy masih saja diam mematung.

Willy menghela nafas panjangnya, ia merasa lega ketika tahu, Kania sudah ada yang menjaga dan mengantarkan pulang, meskipun itu bukan dia. Akhirnya Willy pun masuk ke mobil Delon dan bergegas menuju Kantor Polisi.

"Untuk saat ini, gue harap lu bisa ngerti. Kania lebih nyaman berada di samping Miko." Tutur Delon.

"Aku nggak papa Kak. Melihat Kania tersenyum. Aku sudah merasa lega" Jawab Willy.

Miko menuntun Kania masuk. Dan duduk di sofa ruang tamu. Beberapa asisten rumah tangga Kania merasa kaget melihat kondisi Kania. Apalagi bik Mirna, ia merasa shock melihat kondisi Kania.

"Non, nona Kania kenapa??" Tanya bik Mirna khawatir.

"Bik, bisa minta tolong ambilkan kotak P3k dan air hangat untuk Kania!!" Perintah Miko.

"Baik den. Saya ambilkan dulu!!"

Miko menyandarkan tubuh Kania di sofa. Tubuh Kania seperti sangat lemas. Ia mengangkat siku Kania dan membersihkan luka Kania dengan lembut dan sangat hati-hati.

"Aww...!!!" Teriak Kania karena lukanya yang dibersihkan Miko.

"Kamu tahan sebentar ya Kan, ini akan sedikit perih. Tapi luka ini harus segera dibersihkan, nanti bisa jadi infeksi!!!" Tutur Miko sembari mengusap luka Kania dengan kapas.

Kania masih tidak percaya, pria yang ada di depannya adalah seorang Jeremico Leven. Pria populer di sekolahnya yang terkenal angkuh. Pria yang selalu acuh dengan fans-nya yang kebanyakan adalah wanita, pria yang hanya memandang orang lain dengan sebelah mata. 'Kenapa denganku ia berbeda?? Ia begitu sabar, lembut. Beda sekali dengan karakter yang ia tau tentang Miko selama ini.' Kania masih saja bertanya-tanya.

"Bawa sini lutut kamu!!!" Perintah Miko.

"Ja-jangan Miko. Biar aku sendiri saja!!" Jawab Kania terbata-bata.

"Sudahlah Kania. Biar sekalian!!" Jawab Miko sembari tersenyum.

Kania pun mengangkat kakinya ke pangkuan Miko. Dengan sabar Miko membersihkan luka Kania dengan air hangat. Kemudia mengolesnya dengan obat merah, dan kemudian menempelnya dengan plester.

"Nah udah selesai Kan..."  Ucapan Miko terpotong saat melihat ke arah Kania. Miko tersenyum melihat Kania yang ternyata sedang tertidur pulas. Kania seperti sedang kelelahan.

"Non Kania, ini bibik buatkan teh hangat!!"

"Ssttt...." Miko menempatkan jari telunjuknya di depan bibirnya, seperti memberi tanda kepada bibik agar tidak bersuara keras, karena Kania sedang tertidur. Bibik pun terdiam, dan tersenyum melihat Kania tidur.

"Bik, tolong antar aku ke kamar Kania!!" perintah Miko sembari mengangkat Kania dan membopong memindahkan Kania ke kamarnya.

"Mari silahkan den, saya antar!!" Kata Bik Mirna.

Dengan hati-hati Miko mengangkat tubuh Kania, sembari menaiki tangga ia menuju kamar Kania yang kebetulan ada di lantai dua. Sesampainya dikamar Kania, ia merebahkan Kania diatas kasur dan memakaikan selimut. Miko terus saja memandangi wajah Kania yang sedang tertidur pulas. Ia sadar bahwa yang ia rasakan adalah benar-benar jatuh cinta. Jatuh cinta kepada wanita yang beberapa hari selalu menghantui pikirannya. Miko membelai rambut Kania, dan mencium keningnya.

"Good night Kania..." Ucap Miko sembari meninggalkan kamar Kania.

Willy melihat dengan jelas apa yang Miko lakukan terhadap Kania. Ia melihat wanita yang ia cintai dicium keningnya oleh pria lain. Ingin rasanya Willy berontak. Ia menyesal kenapa ia harus kerumah Kania, 'seharusnya dari kantor polisi aku langsung pulang aja!!' begitu pikirnya.

Tapi karena kekhawatirannya terhadap Kania, Willy menyempatkan mampir kerumah Kania, hanya ingin melihat keadaan wanita yang ia cintai. Tapi ternyata ia malah terluka melihat Miko dan Kania.

Miko kaget melihat Willy yang ternyata ada di depan kamar Kania. Miko terus saja melangkah pergi tanpa menghiraukan keberadaan Willy.

"Lu boleh bahagia bisa dekat dengan Kania. Tapi perlu lu ingat, bukan hanya elu yang mencintai Kania!!" Kata Willy saat Miko akan berjalan melewatinya.

Miko menoleh dan melirik tajam ke arah Willy.

"Asal lu tau, gue nggak akan ngelepas Kania untuk siapapun!! Biarkan Kania memilih sendiri dimana hatinya berlabuh!!" Jawab Miko sembari meninggalkan Willy yang masih berdiri mematung.

Delon yang melihat kejadian ini menggeleng-gelengakan kepalanya, ia merasa heran melihat tingkah kedua pria itu yang sangat mencintai adiknya, Willy dan Miko. Sebenarnya ia merasa bersyukur karena Kania di kelilingi oleh orang-orang yang mencintainya. Tapi disisi lain Delon juga khawatir bila nanti Kania salah memilih cinta. Delon menghembuskan nafas panjangnya, setelah meringkus perampok-perampok itu dan menyerahkannya kepada Polisi, ia merasa lega. Akan tetapi ia tetap waspada untuk lebih extra menjaga Kania.