Sudah hampir tiga jam Sonya, Kania, dan Tania berputar-putar mengelilingi Mall. Entah sudah berapa banyak belanjaan yang mereka beli. Mulai dari pakaian, sepatu, tas, make-up dan aksesoris lainnya. Sampai-sampai mereka kuwalahan untuk membawa belanjaan.
"Kan, Kania. Kenapa lu nggak minta tolong bodyguard lu aja sih buat bawa belanjaan kita??" Ide Sonya.
"Iya Kan, daripada mereka cuma mondar-mandir ngikutin kita!!" Tambah Tania.
"Bener juga sih!!" Kata Kania sembari menatapi para bodyguardnya yang berjalan santai.
"Pak Roy, tolong bantuin bawain ini semua dong, kami kuwalahan!!" pinta Kania.
"Tapi non, kita bodyguard bukan pelayan"
"Daripada kalian nggak ngapa-ngapain!!" Sahut Kania sembari memasang wajah memelas.
Setelah mereka berfikir akhirnya Roy mengiyakan. Satu demi satu barang belanjaan dibawakan oleh para bodyguard Kania, bahkan salah satu dari mereka ada yang membawa troly. Hal ini membuat para pengunjung lainnya memusatkan perhatian kepada para bodyguard Kania, bagaimana bisa dengan tubuh mereka yang besar kekar tapi mereka membawa banyak barang belanjaan. Tak sedikit dari para pengunjung pun juga tertawa sembari berbisik-bisik. Kania dan kedua temannya pun ikut tertawa kecil melihat kejadian ini.
Setelah berputar-putar cukup lama mengelilingi Mall, mereka sudah merasa lelah, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mampir ke restoran Jepang. Restoran ini merupakan restoran langganan bagi mereka. Mereka menunggu makanan disiapkan sembari mengobrol kecil bahkan terkadang sampai tertawa ceria. Hal ini akan di dapatkan Kania hanya disaat sedang bersama kedua sahabatnya ini. Akhirnya berbagai makanan pun sudah tersaji, seperti Sushi, Sashimi, onigiri dan salah satu makanan Jepang favorit Kania adalah Yakiniku. Merekapun dengan lahap menghabiskan menu makan malam ini, tanpa tersisa. Tiba-tiba Kania ingin mengecek handphonenya. Ternyata akan low bat, hanya tersisa beberapa persen saja. Ia melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Delon, Miko, Papa. Saking asyiknya mereka belanja, beberapa panggilan pun terabaikan oleh Kania. Tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Gaes, kayaknya kita udah waktunya pulang deh. Semua orang pada nyariin gue!!" terang Kania.
"Maksud lu? Bukannya lu udah ada yang jagain, kenapa masih di cariin sih?" Tanya Tania heran.
"Jangan salah Tan, meskipun udah berpuluh-puluh bodyguard di kerahkan, dia tetap anak manja yang selalu dicariin bokapnya" sahut Sonya dengan tawanya.
"Aah... Gue bukan anak manja!!" Jawab Kania dengan nada kesal karena teman-temannya selalu membulynya.
Tiba-tiba Roy datang menghampiri Kania.
"Nona Kania, mari kita pulang. Pak Wijaya sudah mencari nona!!" kata Roy penuh hormat.
"Iyaudah deh, gue pulang duluan ya gaes. Beresin semuanya!!" Kata Kania pamit.
"Oke Kan, hati-hati ya. Kabarin kita kalo udah nyampek rumah!" kata Tania cemas.
Kania pun beranjak dari tempat duduknya ,tak lupa untuk melakukan salam persahabatan, dan mencium pipi kanan kiri kedua sahabatnya. Kemudian Kania meninggalkan restoran tersebut. Kebetulan restorannya ada di lantai satu. Jadi Kania tak perlu berjalan lama untuk menuju pintu keluar. Mobil Kania sudah siap di depan pintu keluar Mall. Pak Roy membukakan pintu mobil dengan hormat. Kania segera masuk ke dalam mobil. Akan tetapi ia sempat mengecek keadaan sekitar, ada beberapa mobil yang membuat Kania curiga. Sepertinya mobil tersebut selalu mengawasi gerak gerik mobil Kania.
Willy yang mengikuti mobil Kania beberapa meter di belakang Kania, terhalang oleh tiga mobil yang ada di depannya. Willy mulai curiga terhadap ketiga mobil itu. Ia pun bergegas menelfon Delon.
"Kak Delon. Sepertinya Kania dalam bahaya. Ada tiga mobil sedang mengikutinya!!"
"Apa?? Kamu share lokasinya, aku akan segera kesana!!"
"Baik kak!!"
Willy segera menutup teleponnya dan kembali fokus mengikuti mobil Kania.
Miko kembali menelfon Kania. Dan kali ini Kania mengangkat panggilan dari Miko.
"Iya Mik!!"
"Kania, kamu kemana aja? Aku barusan nyari kamu kerumah tapi kamu nggak ada?"
"Aku udah jalan pulang kok"
"Bisa kita ketemu sebentar aja!!"
"Emm... Baiklah. Di taman biasa ya"
Miko menutup teleponnya. Ia memutar arah dan menuju ke taman yang dimaksud Kania. Akan tetapi Kali ini perasaannya sedikit tak karuan. Ia membuka kembali handphonenya dan melacak keberadaan Kania dan mengurungkan niatnya untuk ke taman. Akhirnya ia memilih menuju arah dimana mobil Kania berada.
Sementara Kania menyadari beberapa mobil tak dikenal sedang mengikutinya. Kali ini hanya ada empat pengawal yang menjaganya. Sedangkan mobil tersebut berjumlah tiga. Kania sedikit cemas, sepertinya jumlah mereka sangat banyak.
"Pak Roy, siapa mereka yang mengikuti kita??" Kania mulai sedikit panik.
"Non Kania tenang dulu, sebenarnya kita sudah menyadarinya dari tadi." Terang Roy.
"Kalian, tolong siapkan pistol. Kamu fokus menyetir aku akan mengawasi mereka!!" perintah Roy kepada anak buahnya.
Akan tetapi beberapa menit kemudian, seseorang dari dalam mobil tak dikenal mengeluarkan sebuah pistol dan menembak kaca mobil Kania.
Dorr...
"Aawww...." Kania berteriak sekuat tenaga.
"Kania...!!!" Willy yang menyadari Kania dalam bahaya segera mengeluarkan pistolnya juga. Ia melanjukan mobilnya dengan kencang dan menyerempet mobil-mobil yang menyerang Kania. Suara-suara pistol itu membuat Kania ketakutan, ia terus menundukkan kepalanya. Untung saja mobil Kania di lengkapi dengan kaca anti peluru. Jadi kaca mobil Kania tak retak sedikitpun.
Aksi tembak menembak masih terjadi, tiba-tiba mobil Kania hilang kendali dan hampir menabrak sebuah pohon. Kania terpental dan sedikit melukai keningnya. Setelah mobil Kania terhenti, para bodyguard Kania turun dari mobil dan terlibat aksi perkelahian. Jumlah mereka cukup banyak, bodyguard Kania sepertinya tak mampu mengatasinya, untung saja Willy segera bergabung dan ikut menghajar para penjahat itu. Kania tetap berada di dalam mobil, menundukkan kepalanya dan menutup telinganya dengan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba pintu mobil Kania terbuka, ada beberapa orang menarik tubuhnya. Seketika orang itu menyekap Kania dan mengarahkan pistol ke kepala Kania.
"Kalian semua, angkat tangan!! buang senjata kalian!!! atau nyawa nonamu ini tak akan tertolong!!!" perintah perampok itu sembari menerkam leher Kania.
Willy dan para bodyguard Kania yang melihat hal ini tidak bisa berkutik lagi. Merekapun terpaksa membuang pistol ke bawah dan mengangkat tangan.
"Tolong lepaskan Kania, jangan sentuh dia!!!" Perintah Willy.
"Willy, gu-gue takut!!" Ucap Kania terbata-bata.
"Diam lu!!!" Gertak perampok itu.
Semakim Kania bergerak, semakin kencang perampok itu menerkam Kania.
"Apa mau lu?? Lepasin Kania sekarang!!" Perintah Willy.
"Hahahahha... Gue mau uang tebusan!! Anak gadis Surya Wijaya ini, sumber uang buat gue.!!!"
"Bedebah kalian!!!" Tiba-tiba sebuah tendangan keras menendang kepala perampok yang menerkam Kania. perampok itu langsung terpental. Kania pun terlempar.
"Langkahi mayat gue dulu, kalo lu mau nyakitin Kania. Hiiyyaaa...!!"
Ternyata Miko datang tepat waktu. Willy yang menyadari akan kedatangan Miko langsung melanjutkan aksinya berkelahi melawan para penjahat itu. Satu demi satu mereka lumpuhkan. Berkat kedatangan Miko, tenaga mereka jadi seimbang, meskipun para perampok itu berjumlah lebih banyak, akan tetapi dengan keahlian Miko dan Willy dalam bela diri sangat mudah untuk melumpuhkan mereka. Sedangkan Kania, ia pun berlari dan memilih bersembunyi di balik mobil. Sungguh ia tidak pernah menyangka akan terjadi hal seperti ini. Ia memeriksa lengan dan lututnya yang berdarah, tapi ia tak menghiraukan perihnya luka itu. Ia tetap saja bersembunyi ketakutan.