Malam ini udara terasa dingin, sang rembulan terlihat bersinar terang, indah menawan. Beberapa bintang pun masih setia menemaninya. Tapi Miko hanya menatap bayangan wajahnya di permukaan air kolam renang yang ada dibelakang rumahnya. Sambil memasukkan kedua kakinya untuk berendam, sesekali ia memercikkan air kolam ke atas, dan menendang-nendang dengan kakinya.
Entah apa yang ia rasakan saat ini, hatinya begitu gelisah. Banyangan Kania selalu terngiang di benaknya. Apalagi saat pertama kalinya ia membonceng wanita dengan motornya. Sepertinya dia memang benar-benar sedang jatuh cinta.
Evelyn, seorang wanita cantik dengan tubuh ideal. Berambut pirang, hidungnya mancung, parasnya terlihat anggun, walaupun umurnya sudah berkepala empat, dia tetap kelihatan muda dan berwibawa.
Menjadi istri pengusaha sukses adalah dambaan setiap wanita, apalagi mendapatkan pasangan keturunan Belanda, Thomas Leven. Dan akhirnya mereka dikaruniai anak bernama Angelina Leven, dan Jeremico Leven. Evelyn adalah sosok seorang ibu yang sangat mencintai anak-anaknya, tapi semenjak Thomas menderita sakit keras dan sekarang hanya bisa duduk di kursi roda membuat Evelyn melakukan segala cara untuk meraih keuntungan.
"Miko?? Kenapa belum tidur??" tanya Evelyn sembari membawa nampan berisi beberapa camilan untuk Miko.
"Mama, ngagetin aja!!!"
"Sini dong cerita sama mama, kamu kenapa???"
"Miko mau nanya nih. Mama kenal nggak sama Pak Surya Wijaya?"
"Surya Wijaya?? Pemilik Wijaya Groub?? Pengusaha mana yang gk kenal sama dia?? Semua orang pasti mengenalnya!!"
Akhirnya mereka berdua larut dalam perbincangan. Miko memang sangat dekat dengan ibunya, ia menganggap ibunya adalah sosok seorang ibu, sahabat, maupun partner dalam segala hal. Evelyn pun banyak bercerita tentang Surya Wijaya.
Beberapa tahun yang lalu saat mereka masih duduk di bangku SMA, Evelyn dan Wijaya pernah menjalin sebuah hubungan, tapi saat itu Wijaya hanyalah orang biasa yang masih tidak mempunyai apa-apa, ia hanya seorang putra pedagang kecil. Sedangkan Evelyn adalah putri seorang pengusaha sukses.
Awalnya hubungan mereka baik-baik saja. Akan tetapi setelah beberapa tahun kemudian, Wijaya datang untuk melamar Evelyn. Keluarga besar Evelyn menolak mentah-mentah niat baik Wijaya, dan langsung menjodohkan Evelyn dengan Thomas. Akhirnya kisah cinta mereka berdua sirna begitu saja. Wijaya yang kala itu sedang sakit hati, ia berusaha keras untuk menjadi seseorang yang sukses, hingga akhirnya sekarang kesuksesannya melebihi keluarga Evelyn. Meskipun sudah lama terpisah, sebenarnya Evelyn masih menyimpan rasa kepada Wijaya. Ia adalah cinta pertama Evelyn yang takkan pernah bisa dilupakan.
Miko yang mendengar cerita ibunya sangat terkejut. Mana mungkin ia berani bercerita bahwa dia mencintai anak mantan pacar ibunya sendiri. Untuk saat ini Miko benar-benar tidak bisa menceritakan semua, 'biar saja sang waktu yang menjawab.' Begitu fikirnya.
"Miko, mau kemana??"
"Pergi sebentar ma, cari angin!!!" Jawab Miko sembari mengambil kunci mobil di meja yang berada tak jauh dari tempat ia duduk.
Evelyn hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya yang aneh. Ia paham sebenarnya Miko sedang jatuh cinta, tapi Evelyn memilih diam, sampai putranya benar-benar siap untuk menceritakan semua.
...
Revan menatapi lembar demi lembar buku yang ia bawa. Seperti buku diary, tapi di dalamnya ada beberapa foto yang sengaja ia tempel. Di bawah foto tersebut ada beberapa caption.
' Aku pernah berusaha menjadi pelangi untukmu, tapi aku hanya mampu menjadi mendung, bahkan menjadi hujanpun aku belum sanggup.'
Ternyata beberapa foto yang ia tempel di buku itu adalah foto Kania. Sejak ia bertemu Kania di kelas satu, ia sudah menaruh hati kepada Kania. Tapi apadaya waktu itu, Revan bukanlah seseorang yang begitu terkenal, Sampai akhirnya dia bertemu dengan Miko, dan kedua teman lainnya. Dan akhirnya mereka sekarang begitu populer. Tapi tetap saja ia tidak punya nyali untuk mengungkapkan isi hatinya. Ia hanya bisa mengawasi Kania dari jauh, ia tau semua tentang Kania. Bahkan dia membuat daftar tentang Kania.
*Kania suka warna pink
*Kania suka pelangi
*Kania suka hujan-hujanan
*Kania suka sosis bakar
*Kania paling benci menunggu
*Kania hobby bikin kue
*Kania paling suka bunga mawar
*Kania benci di bilang manja
*Kania suka pakai dress
*Kania sangat setia kawan
*Kania rela memberikan bekalnya, dari pada melihat sahabatnya kelaparan
*Kania tidak suka berdebat
*Kania suka es kelapa muda
*Kania suka pantai
Kania, Kania, dan Kania.
Revan menulis setiap sesuatu yang ia tau tentang Kania. Entah berapa lembar lagi yang harus dia habiskan untuk menulis tentang Kania. Tapi hal yang paling mengagumkan adalah sampai detik ini, tidak seorangpun tahu kalau Revan mengagumi Kania. Ia lebih memilih menyembunyikan semuanya. Apalagi saat ia tahu Miko dan Willy bertaruh untuk mendapatkan Kania. Ingin rasanya ia berontak, tapi apadaya, dia bukan siapa-siapanya Kania.
Revan sadar akan hal itu. Sebenarnya ia juga tahu, bahwa Miko sahabatnya sendiri juga mencintai Kania. Pertama saat Kania akan terjatuh di parkiran mobil, tanpa sengaja Revan mengamati gerak gerik Miko. Apalagi saat mereka berdua hujan-hujanan dan menanti datangnya pelangi. Ingin sekali ia yang menjadi Miko, yang berada disamping Kania sampai pelangi itu muncul, tapi apadaya, Revan hanya mampu menatapnya dari kejauhan.
Revan kembali menutup buku pribadinya itu, setelah menulis satu kalimat tentang Kania, yaitu;
. Kania suka lagu melow.
Kemudian dia menaruh buku itu kembali ke laci meja belajarnya. Sesekali ia membuka handphonenya. Ia sudah lama menyimpan nomor handphone Kania, tapi ketika dia ingin menekan tombol telepon, ia selalu ragu. Ia hanya melihat nomor itu, membaca namanya, 'Pelangi Kania', melihat foto profilnya dan kemudian menutup handphonenya lagi. Ia sering melakukan itu berkali-kali, tetapi ia urungkan kembali niatnya. Ia hanya takut kecewa, padahal ia sadar betapa pengecutnya dirinya selama ini. Tapi ia hanya memilih tetap pasrah.
...
Mobil Miko melaju berlahan, entah kemana angin akan pergi membawanya, yang jelas untuk saat ini, ia hanya ingin bertemu dengan Kania. Ia mencoba menelfon Kania berkali-kali. Tapi handphonenya tetap tidak aktif. Tanpa berfikir panjang ia melajukan mobilnya menuju kerumah Kania.
"Maaf Mas, nona Kania belum pulang semenjak tadi pagi. Mungkin sedang jalan-jalan" jawab satpam penjaga rumah Kania.
Miko pun memutar mobilnya dan beranjak pergi dari rumah Kania. Entah kemana ia akan mencari Kania. Ia hanya menyusuri jalanan tanpa arah. Udara pun semakin dingin, sampai-sampai kaca mobil Miko tertutup embun. Ia semakin khawatir dengan Kania.
Sampai akhirnya dia melacak keberadaan Kania lewat handphonenya. Dan akhirnya Miko menyusul Kania ke Mall tempat Kania dan teman-temannya menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan. Tanpa berfikir panjang Miko pun melaju dengan kecepatan tinggi. Tak sabar ia ingin sekali bertemu dengan Kania. 'Apa ini yang dinamakan jatuh cinta?' angannya pun melayang - layang.