Dengan keringat yang masih bercucuran, Nicho berlari sembari membawa Reszha digendongannya, pria itu panik, entah kemana lagi ia harus membawa Reszha, karena tiga rumah sakit yang ia datangi sebelumnya sudah menolak untuk menerima pasien, dengan alasan tidak ada dokter, atau suster yang bisa menangani Reszha. Memang benar sih, orang yang sakit akan fisin dan mental sulit untuk disembuhkan oleh siapapun, terkecuali rasa cinta dan sebuah pengertian yang dalam. "Tolong, aku sudah kesana kemari, namun tidak ada yang mau membantunya! Dia sudah kehilangan banyaj darah, kumohon terima dia untuk dirawat disini!" Pinta Nicho, dengan suara gusarnya. Suster yang melihat Nicho dengan keadaan yang seperti ini tentunya merasa iba, ia meminta beberapa suster dan perawat untuk membantu Nicho, salah satu dari mereka mengambil brankar, dan perawat itu menyuruh Nicho untuk menaruh Reszha di atasnya. Akhirnya, setelah lama ia berkeliling ada juga rumah sakit yang mau menerima Reszha. Dan lihat saja, Nicho akan melakukan sesuatu oada perawat ditiga rumah sakit itu, mereka tidak tahu siapa orang yang sudah mereka persulit hidupnya.
"Ardian, cepat datang ke rumah sakit. Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu." Ucap Nicho dingin, melalui ponsel yang kini berada tepat di sebelah telinganya. Ardian yang mendapat telfon langsung mengucek matanya, ia melihat jam di dinding, ini jam sebelas malam, dan Nicho menyuruh dirinya untuk datang ke rumah sakit? Siapa memangnya yang sakit? "Kenapa kau menn– sial, orang ini menutup telfonnya!" Umpat Ardian, sembari melempar ponselnya ke atas ranjang, dan bangkit dari posisinya untuk bersiap. Tapi jujur saja, perasaan Ardian juga tidak enak, seolah ada sesuatu buruk yang terjadi sekarang, but, what is that? Tidak mau banyak berpikir lagi, Ardian langsung mengambil kunci mobilnya, dan bergegas turun ke bawah untuk datang ke garasi rumahnya. Walau seorang supir, Ardian bukan lah orang miskin. "Rumah sakit ini? Dia tidak trauma datang kesini?" Ujar Ardian, ketika membaca nama rumah sakit itu. Wajar saja Ardian berpikir demi kian, karena di rumah sakit ini juga, Nicho menyaksikan detik–detik kematian seorang Ema, miris sekali memang.
Dan sekarang, Ardian sudah berada di Primaya Evasari Hospital, rumah sakit yang memang menerima keadaan genting, atau hal semacamnya. Ardian tak membuang waktu lama, ia kini berada di depan ruang UGD, dan dihadapannya sudah ada pria dengan kemejanya yang penuh bercak darah, siapa lagi jika itu bukan.. "Nic? Apa yang terjadi?" Tanya Ardian, membuat Nicho berbalik kearahnya. Wajah tegang Nicho kini mendominasi, dan itu membuat Ardian penasaran sekaligus khawatir, pria ini kenapa? Dan apa yang sebenarnya terjadi? "Reszha... Dia.. dia melukai dirinya sendiri.." Jawab Nicho, sembari ia menundukkan kepalanya. Mendengar jawaban dari Nicho, aliran darah di dalam tubuh Ardian terasa semakin naik dan cepat, tangannya mulai mengepal, dan hampir melayang ke wajah Nicho sekarang. "Kenapa kau tidak menjaganya dengan baik?!" Tanya Ardian lagi, dengan nada tingginya yang menyita perhatian. Kali ini Nicho mengakui kesalahannya, ia sudah teledor sebanyak dua kali, dan itu membuat Reszha dalam masalah yang besar. "Aku tahu aku salah Ardi, tapi aku tidak mengira jika dia akan melakukan hal ini!" Balas Nicho tak mau kalah, sembari ia kembali menatap Ardian.
Sekarang sudah tidak ada apapun lagi yang bisa mereka lakukan, Ardian juga tidak mungkin menghajar Nicho, karena semuanya sudah terjadi. Toh jika ia memukul Nicho, pria itu juga tidak akan bisa menukar Reszha dengan keadaannya yang seperti semula. "Apa rencana mu sekarang?" Tanya Ardian, masih dengan nadanya yang dingin. Nicho menghela nafas sejenak, kemudian ia kembali menatap wajag Ardian, dan menjawab. "Aku akan menemui Mike malam ini juga, setelah para perawat itu memindahkan Reszha." Jawab Nicho, tidak kalah dingin. Ardian menatap manik mata pria itu, mencari sebuah kebenaran dalam sorot matanya. Kali ini Nicho benar–benar serius dengan ucapannya, mungkin Nicho akan membuat perhitungan dengan Mike, walau ada sedikit hal yang mengganjal dalam pikiran Ardian, tentang mengapa Nicho mau berbuat hal semacam ini, dan tentunya itu demi gadis yang bahkan ia benci. "Aku tidak akan memaafkan pria itu kali ini." Ucap Nicho lagi, dengan sorot matanya yang tajam. Syukurlah jika Nicho sudah mau berubah, dan tidak membenci Reszha lagi, mungkin.
"Atas nama Fareszha?" Ucap salah satu perawat, membuat kedua pria ini menoleh. Nicho segera berjalan menghampiri perawat itu, untuk bertanya bagaimana keadaan Fareszha, dan perawat itu menjawab. "Untuk saat ini, sebelum dokter datang kami hanya bisa memberikan perawatan yang tidak Maksimal padanya tuan. Tapi, kondisi nona Fareszha sudah lumayan membaik, dan sekarang kami akan memindahkan nona Fareszha ke ruangan lain." Jelas perawat itu, ywng yang di balas helaan nafas lega Nicho dan Ardian. Syukurlah tidak ada hal serius yang terjadi pada Reszha, sekarang Nicho dan Ardian bisa pergi meninggalkan Reszha dengan leluasa, hanya tinggal menitipkan gadis itu pada suster yang bekerja disana, dan memberi tip lebih padanya. "Maaf tuan, sebaiknya pasien keluarganya saja yang menunggu. Kami takut ada sesuatu buruk yang terjadi." Ucap susternya, ketika Ardian dan Nicho hendak pergi. Nicho kembali menoleh, dan menarik suster itu untuk kembali masuk. "Apakah ini cukup? Kami tidak akan lama." Balas Nicho, sembari memberikan sejumlah uang pada susternya. Suster itu tidak bisa berbuat apapun, toh mau melawan juga ia tidak punya kekuasaan, rekan–rekannya juga tahu jika Nicho itu tidak bisa ditentang, karena pria itu memang sudah sering datang kemari, hanya untuk menjenguk sang Ibu kandung, dan melihat pasfoto Ema yang masih terpajang di tembok selamat tinggal.
Sekarang Nicho dan Ardian berjalan saling beriringan, di tengah malam seperti ini, keduanya akan pergi menemui Mike yang kini berada di sebuah bar. Bar langganan para pembisnis dan aparat negara. Di dunia hitam, hal seperti itu sudah lumrah, dan tidak ada yang perlu diherankan, karena mereka datang memang untuk bersenang–senang, dan melepas penat mereka selama bekerja. "Suruh Rob mengumpulkan anak buah yang lain, dan cari Mike di dalam bar itu." Titah Nicho, dan Ardian membalasnya dengan anggukan. Sembari menyetir mobilnya, Ardian mencari nama Rob di dalam kontaknya, setalah ia menemukannya, pria itu kemudian menelepon gadis yang Nicho maksud, dan segera memberi tahu hal apa yang harus ia lakukan sekarang. Iya, Rob adalah seorang perempuan. "Kebetulan Rob sedang berada di bar, tuan." Balas Ardian, yang kembali menggunakan bahasa formalnya pada Nicho. Pria itu hanya mengangguk kecil, dengan tatapan yang terus lurus ke depan. Lihat saja Mike, Nicho tidak akan memberikan mu ampunan, pria itu akan benar–benar menghajar dirimu, sampai kau tidak bisa berkutik lagi ditangannya. Baginya, Mike itu hanya sebuah kutu yang perlu ia basmi sekarang, karenanya, rencana demi rencana Nicho jadi berantakan.
And then, Nicho sudah sampai di bar tempat Mike bersenang–senang, Rob sudah memberitahu Nicho jika Mike sedang berada di lantai dansa, pria itu bermain dengan gadis–gadis yang ada disana, sembari meneguk sedikit demi sedikit wine yang ada ditangannya. Oh ya tuhan, lihat lah kelakuan pria itu, wajahnya seperti tidak memiliki dosa, dan ia seolah tidak pernah berbuat kesalahan apapun. 'Bugh!' Tubuh Mike terpental jauh ketika Nicho menonjok wajah pria itu, dan Nicho tidak meninggalkan Mike begitu saja, ia berjalan kearah Mike, menarik kerah pria itu, dan kembali memukul wajahnya Mike. Nicho tahu jika Mike belum sepenuhnya mabuk, jadi pasti sekarang, ia sadar dengan apa yang sedang terjadi padanya. "Apa masalah mu?!" Tanya Mike, sembari melepaskan cengkeraman Nicho. Bukannya menjawab, Nicho kembali menarik kerah baju Mike, dan.. 'Dugh! Dugh! Dugh!' Nicho menendang perut Mike menggunakan lututnya sebanyak tiga kali. Pria itu, tidak memberi ampun pada Mike, hingga dirinya puas, disitulah ia akan melepaskan Mike, dan meninggalkan pria itu dalam kondisi yang mungkin, mengenaskan.
"Kau ingat ini baik–baik! Orang yang boleh menyakiti Reszha, dan bisa berbuat kasar padanya hanya lah aku! Jika kau berusaha untuk macam–macam lagi dengannya, maka akan aku pastikan, jika kau tidak akan bisa melihat dunia ini lagi!" Tegas Nicho, membuat semua orang yang berada disana terdiam, termasuk Ardian.