Chereads / I Hate You, Because I Love You! / Chapter 16 - Sixteen. Selfharm (+)

Chapter 16 - Sixteen. Selfharm (+)

Nicho dan Reszha sekarang sudah sampai di rumah Nicho. Kalian tidak lupa kan? Jika Reszha dan Ocean sekarang tinggal di rumah pria anarkis itu? Kembali ke topik kita, Nicho menaruh tubuh Reszha yang masih bergemetar hebat di atas ranjang gadis itu, ia menyelimutinya, dan tak lupa menyalakan lampu tidur yang ada di atas nakas. Sembari menghela nafas kecil, Nicho berjalan menjauh dari ranjang tempat Reszha tidur sekarang, dan ia juga menyuruh Ocean untuk tidur dengannya saja, karena Reszha masih tidak bisa menerima ada seorang laki–laki di dekatnya, sekalipun ia anak kecil. "Datang kan psikiater kepercayaan, dan siapkan pasukan untuk menemui Mike besok." Ucap Nicho, pada seseorang yang sedang berada di dalam telfon. Nicho bukan khawatir, hanya saja ia geram pada Mike, karena pria itu sudah membuatnya dalam masalah besar, jika sampai terjadi sesuatu hal yang buruk pada Reszha, maka perjuangannya untuk mendapatkan 35 persen warisan omanya akan hilang begitu saja. "Paman, sebaiknya jangan buat masalah dengan Mike. Pria itu selalu membuat masalah, apalagi dengan kak Eszha." Tutur Ocean. Mendengar hal itu, Nicho hanya memutar bola malas, senbari ia menuntun Ocean untuk berjalan kearah kamarnya. Anak ini pikir Nicho takut pada Mike? Tidak.

'Prang!' Sebuah suara benda jatuh membuat langkah keduanya terhenti, Nicho membalikan badanya ke belakang, kemudian ia melihat kearah pintu kamar Reszha. Lampunya mati, dan pintunya terkunci. Sial, gadis ini mau melakukan apa? Jangan sampai ia melakukan hal bodoh yang bisa membuat nyawanya melayang! "Reszha! Buka pintunya!" Teriak Nicho dari luar, seraya ia menggedor–gedor pintu kamarnya. Namun bukannya sebuah suara sautan, lagi dan lagi, Nicho malah mendengar suara barang yang terjatuh. Ia menoleh kearah Ocean, melihat ekspresi anak itu yang mulai khawatir, tapi Nicho tidak bisa melakukan apapun, karena pintu kamar Reszha memang sangat sulit untuk didobrak. "Tunggu disini, aku cari kunci serepnya!" Ucap Nicho panik, sembari ia mengelus kecil kepala Ocean. Sekarang, giliran Ocean yang menggedor pintunya, walau dengan beatnya yang pelan. 'Ceklek..' Pintu kamar Reszha terbuka, menunjukan gadis itu yang kini sudah berganti pakaian. Eh? Reszha tidak kenapa–napa? "Kakak gapapa kan?" Tanya Ocean, sembari berlari kecil, dan masuk ke dalam kamar Reszha. Anak itu memeluk Reszha, padahal ia tahu jika kakaknya akan bergemetar saat ia memeluknya. "Once, kakak gapapa kok. Santai aja ya." Jawab Reszha, sembari mendorong tubuh kecil Ocean. Ya ampun, kenapa dampaknya harus imbas ke Ocean juga?

"Ocean! Aku sudah me–" Ucapan Nicho terpotong ketika ia melihat pintunya sudah terbuka, tak membuang waktu lama, Nicho langsung menjatuhkan kunci serep yang ia bawa, kemudian masuk ke dalam kamar Reszha, dan memeluk gadis itu yang kini berdiri disebelah nakas. Heh? Apakah pria ini sehat? Ia berlari layaknya orang yang mengejar harapan, dan ketika harapan itu ada di depan mata.. "Tuan kenapa??" Tanya Reszha spontan, sembari ia mendorong tubuh Nicho, agar melepaskan pelukannya. Nicho kemudian melepaskan pelukannya ketika ia sadar dengan apa yang ia lakukan, dan pria itu kembali memasang wajah datarnya. "Syukurlah jika kau baik–baik saja. Tolong jangan buat masalah, itu akan merepotkan diriku." Ucap Nicho, sembari ia berbalik, dan melangkah untuk meninggalkan kamar Reszha. Pria ini? Labil atau bagaimana? Bilang saja jika ia khawatir, apa sulitnya? Toh para pembaca juga menyumpahi mu akan jatuh cinta pada Reszha nantinya. "Ayo Ocean, kau harus tidur dengan ku malam ini." Lirihnya, sembari memegang knock pintu kamar Reszha. Ocean menatap sang kakak sambil tersenyum, sembari ia berlari kearah Nicho, dan mengucapkan selamat tinggal padanya.

"Ocean! Aku sudah me–" Ucapan Nicho terpotong ketika ia melihat pintunya sudah terbuka, tak membuang waktu lama, Nicho langsung menjatuhkan kunci serep yang ia bawa, kemudian masuk ke dalam kamar Reszha, dan memeluk gadis itu yang kini berdiri disebelah nakas. Heh? Apakah pria ini sehat? Ia berlari layaknya orang yang mengejar harapan, dan ketika harapan itu ada di depan mata.. "Tuan kenapa??" Tanya Reszha spontan, sembari ia mendorong tubuh Nicho, agar melepaskan pelukannya. Nicho kemudian melepaskan pelukannya ketika ia sadar dengan apa yang ia lakukan, dan pria itu kembali memasang wajah datarnya. "Syukurlah jika kau baik–baik saja. Tolong jangan buat masalah, itu akan merepotkan diriku." Ucap Nicho, sembari ia berbalik, dan melangkah untuk meninggalkan kamar Reszha. Pria ini? Labil atau bagaimana? Bilang saja jika ia khawatir, apa sulitnya? Toh para pembaca juga menyumpahi mu akan jatuh cinta pada Reszha nantinya. "Ayo Ocean, kau harus tidur dengan ku malam ini." Lirihnya, sembari memegang knock pintu kamar Reszha. Ocean menatap sang kakak sambil tersenyum, sembari ia berlari kearah Nicho, dan mengucapkan selamat tinggal padanya.

Nicho salah jika Reszha akan melakukan self harm lagi setelah kejadian ini, salah jika ia mengiranya sekarang. Tidak mungkin jika Reszha akan melakukan self harm dan melukai dirinya ketika orang–orang masih terjaga. Tentunya Reszha akan melakukan hal itu ketika semua orang yang ada di rumah ini tertidur, mungkin setelah ini ia akan meluapkan semua rasa marahnya pada benda–benda yang berada disekitarnya. "Emang ya, barang jatuh selalu merepotkan." Tutur Reszha, sembari memunguti serpihan kaca yang berantakan. Bagus lah ada serpihan kaca, jadi ia bisa menggunakannya untuk melukai tangannya menggunakan serpihan kaca itu. Yeah, that's is selfharm. "Semoga aqja mereka udah pada tidur, jadi gak akan bisa denger apa yang bakal aku lakuin disini." Ucapnya lagi, kali ini dengan air mata yang menetes dari pelupuk matanya. Orang–orang jarang mengetahui jika kondisi mental seorang Fareszha sangat lah minus, ia mengalami traumatik, aniexty, dan depression. Dari luar bsaja gadis itu terlihat bahagia, tapi keadaan hatinya sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi di dalam hatinya.

Sedangkan di sisi lain, Nicho masih memikirkan tentang kemungkinan Reszha yang akan melakukan selfharm pada dirinya sendiri. "Aku tidak yakin jika gadis itu akan tidur dengan nyenyak. Tapi aku tidak mau dia berpikir jika aku peduli padanya, padahal aku melakukan hal ini hanya untuk warisan saja." Ucap Nicho frustasi, sembari berjalan mondar–mandir. Sekarang sudah jam setengah sebelas malam, Ocean sudah tertidur pulas, hanya tinggal dirinya saja yang masih penasaran dengan Reszha. "Apa aku harus datangi kamarnya? Atau diam saja disini?" Tahyanya pada diri sendiri, sembari melihat pantulan wajahnya di cermin. Seolah mendapat jawaban dari cermin itu, Nicho mengambil swaternya, kemudian ia mekakainya sembari berjalan keluar kamar. Ya ampun, hanya satu orang saja, tapi sudah membuatnya khawatir seperti ini.

Dan sekarang, Nicho sudah berada tepat di depan pintu kamar Reszha, gelap dan... Sedikit menimbulkan bau yang asing. "Darah?" Tanya Nicho lagi, sembari ia memegang knock pintunya, dan berusaha untuk membuka pintu itu. Dan tebak, pintunya kembali terkunci. Namun kali ini Nicho benar–benar khawatir, feelingnya sebagai seorang manusia berkata jika ada sesuatu yang terjadi pada Reszha.—Maaf nih Thor? Emangnya selama ini Nicho hewan, gitu maksud u?—"Aku masih memegang kunci serepnya, semoga aku bisa membukanya." Lirih Nicho pelan, sembari ia memasukan kunci pintu itu. Semoga saja Reszha tidak menyadarinya, dan Nicho bisa melihat keadaanya secara langsung sekarang. "Zha...." Tubuh Nicho menegang sempurna ketika melihat kamarnya Reszha yang berantakan, dan gadis itu yang kini sedang meringkuk sembari memeluk lututnya, ia menangis. Ditambah ketika Nicho masuk, banyak darah yang berceceran, serpihan kaca semakin banyak, dan... Nakas kayu yang berada tepat disebelah kasur hampir patah atasnya. "Reszha are you okay?" Tanya Nicho pelan, dengan nada suaranya yabg bergetar dan sumbang. Jangan menangis Nicho, Reszha menjadi seperti ini juga salah satu penyebab utamanya adalah dirimu.

"Leave me... Alone.."

~~~~