Dengan wajah pucatnya, Reszha masuk ke dalam rumah. Gadis itu diantar oleh Nicho, sekalian pria itu juga yang akan membawa Reszha ke acara besar keluarga mereka. Yeah, itung–itung menaikkan citra Nicho dimata keluarga yang lain, agar ia terlihat lebih bijaksana dan berwibawa. Yaa.. sebenarnya sih memang seperti itu, hanya saja yang ia tunjukan adalah sikap arogan dan tanpa belas kasihnya. Itu memang sifat Nicho, dan akan sulit diubah, walau oleh orang yang ia cintai sekalipun. "Jangan membuat ku malu, jika tidak kau akan tahu apa hukumannya." Ancam Nicho, pada Reszha yang berjalan disampingnya.
Mendengar apa yang Nicho ucapkan, Reszha hanya memutar bola malas, gadis itu kemudian melangkah ke kanan, agar sedikit jauh dengan posisi Nicho. Karena jujur saja, banyak pasang mata yang terus memperhatikan mereka, serasi memang, tapi keduanya tidak pernah berpikir jika orang–orang akan memandang mereka kagum sebagai seorang pasangan. Tapi tidak bisa dipungkiri, jika banyak juga pasang mata yang menatap tak suka, entah itu pada Nicho, atau bahkan pada Reszha. "Kenapa kau bawa gadis pembawa sial itu kesini?" Tanya Mike, seraya dirinya menarik tangan Nicho agar bisa berbisik pada orang itu. "Warisan ku lebih penting." Jawan Nicho datar, membuat pria yang berada disebelahnya memutar bola malas.
Dasar Nicho, demi warisan saja ia rela melakukan apapun, bahkan jika Omanya meminta Nicho yang menikah dengan Reszha, sepertinya pria itu akan setuju–setuju saja. Dan sekarang, Omanya akan meminta Nicho untuk menahan Reszha agar tidak pergi ke Australia. Kalian tahu bukan? Jika Nicho memang ingin Reszha pergi jauh dari hidupnya? Tapi sialnya, permintaan sang Oma selalu bertolak belakang dengan kemauannya. "Maaf Oma, tapi izinkan Reszha buat pergi dari Indonesia, dan bersekolah di Australia. Reszha janji, sebelum masuk kuliah, Reszha bakal pulang kesini." Ucap Reszha memohon, tapi Oma besar keluarga Ibunya Rezsha hanya memutar bola matanya malas.
Jika Reszha pergi, semua rencananya akan berantakan, perusahaan yang ia impikan untuk jatuh ketangannya dengan segera akan sirna. Karena jika Reszha tetap berada disini, ia akan bisa memanfaatkan gadis itu sesuka hatinya. Aish, pasti kalian berfikir jika Oma besar keluarga ini berhati mulia? Kalian salah. Jika cucunya saja licik, lalu apakabar dengan yang terdahulu? "Aku harus memikirkan kembali tentang ini. Nicho wali mu, tidak bagus jika kau di Australia dan Nicho ada di Indonesia." Balasnya, yang membuat Reszha menatap Nicho sejenak. Beberapa orang yang ikut ambil peran dalam pembicaraan ini sebenarnya ingin membantu Reszha, tapi sayang, kekuasaan Omanya Nicho terlalu besar disini.
"Untuk sementara waktu ini, sebelum kau lulus SMA. Kau dan adik mu harus tinggal bersama Nicho di rumah pribadinya. Dan itu adalah keputusan mutlak." Ucapnya lagi, membuat Reszha menatapnya dengan tatapan tak percaya. Ya ampun, Reszha sudah berusaja menjauh dari Nicho dengan mengontrakan rumah utama, dan pindah ke rumah sederha milik Ayahnya di Kota Jakarta Selatan, tapi dengan seenak jidatnya, Oma menyuruh Reszha untuk tinggal dengan Nicho yang memiliki rumah jauh di Jakarta Pusat sana. Definisi ada yang sulit kenapa harus yang mudah? Dan akses Reszha ke sekolahnya pun akan memakan banyak waktu.
"Keputusan diterima." Balas Nicho, kali ini bukan hanya Reszha yang terkejut, tapi semua orang yang ada disana, termasuk Intan. Pria iblis itu? Dia mau menerima Reszha di mansionnya? Waw, ini sebuah keajaiban yang akan sangat sulit terjadi. Reszha dan Ocean sontak menoleh kearah Nicho, gadis itu tidak senang jika harus tinggak bersama Nicho, atau lebih tepatnya, ia tidak sudi satu rumah denga Nicho. Lalu bagaimana dengan Ocean? Yah namanya anak kecil, tahu mansion Nicho besar dan ada kolam renangnya tentu saja ia akan dengan senang hati ia mau tinggal di dalamnya.
"Tidak ada penolakan Reszha. Setidaknya sebelum kau pergi ke Australia, kalian harus menjalin hubungan yang baik sebagai paman dan keponakan." Timpal Dean, kakeknya Reszha itu berkata seolah Reszha benar–benar akan pergi dengan tenang ke Australia sana. Padahal ia tidak tahu saja, ada rencana jahat dibalik keputusan sang kakak kali ini.
Dan sialnya, mulai malam ini juga Reszha harus tinggal bersama Nicho, masalah barang–barangnya akan diurus nanti, dan yang terpenting sekarang adalah, Nicho bisa terus mengawasi Reszha, walau tidak 24 jam. Iya, kalian benar, Reszha akan dikekang oleh Nicho, kebebasan gadis itu akan sirna, dan Reszha akan mendekam dalam neraka dunianya. Jangan lupa, jika Nicho adalah orang yang kejam dan licik, belum lagi semua pikiran negatifnya tentang Reszha. Inilah efek karena sering datang ke bar, dan melihat gadis seusia Reszha yang bekerja disana.
"Ada apa? Kau khawatir tidak bisa mendapatkan uang ditempat haram? Atau kau khawatir tidak bisa bertemu dengan om–om yang memberi mu uang?" Ucap Nicho tiba–tiba, dan membuat Reszha menautkan kedua alisnya. Setelah Nicho mengatakan itu, ia pergi begitu saja, dan meninggalkan Reszha yang kini memasang raut wajah herannya. "Itu orang mulai gak waras apa gimana?" Tanya Reszha dalam hati, sembari ia menggelengkan kepalanya kecil.
Haish, dasar Nicho, dia yang berbuat maksiat, tapi dia juga yang menyalahkan orang lain atas maksiat itu. Apakah semua manusia harus memiliki sikap yang seperti Nicho? Sepertinya tidak. "Zha, kalo gini lo gabisa keluar malem dong?" Tanya Intan, sembari menyenggol bahu Reszha. Yang merasa ditanya menoleh, kemudian ia berucap. "Tenang aja, itu bisa diatur." Balas Reszha pelan, sembari ia menatap tajam Nicho yang sedang memegang segelas anggur putih.
Ocean sedang sibuk bermain dengan anak–anak seusianya, dan Intan kini berkumpul dengab keluarga inti mereka. Padahal belum lama ini ada acara keluarga, sekarang sudah ada lagi, walau sifatnya lebih ke keluarga inti. Dan kalian tahu, inilah saatnya bagi peran antagonis untuk bertindak.
Reszha sedang berjalan di lorong yang mengarah ke kamar mandi, gadis itu ingin membenarkan hijab yang ia gunakan. Lorong lurus dengan pintu yang berjajar di kanan kirinya, membuat kesan tersendiri. Elegan ada, dan seramnya juga ada, itu sebenarnya hanya pikiran overthingkingnya Reszha saja.
"Lepass!!" Ucap Reszha tiba–tiba, ketika ada lengan kekar yang menariknya secara tiba–tiba. Reszha berhasil melepaskan cekalan tangan itu, dan ia melihat siapa pria yang menarik keras dirinya ke dalam gudang lorong ini. "Mike, apa yang kau inginkan?!" Tanya Reszha spontan, sembari sorot matanya menatap tiga pria yang berada di bekakang Mike. Sial, perasaan Reszha tidak baik kali ini.
"Jangan macam–macam! Mike kau gila?!" Teriak Reszha, sembari melangkah mundur saat melihat salah satu pria melangkah kearahnya, seraya jari jemari tanganya membuka satu persatu kancing kemeja. Sial, pria itu berniat untuk melakukan hal keji pada Reszha. "Cukup ikat dia, dan tinggalkan dia di dalam sini." Tegas Mike, ketika melihat wajah panik Reszha.
Mendengar hal itu, Reszha kemudian bergegas kearah pintu, namun Mike mencekal tanganya, dan melempar gadis itu ke tumpukan kardus yang ada di dalam gudang. "Diam atau kau akan benar–benar menjadi pelampiasan nafsu mereka!" Ucap Mike sarkas, kemudian melemparkan talinya pada seorang pria yang ada dibelakangnya.
"I'm Sorry, i can't help you." Bisiknya, sembari mengikat tangan dan kaki Reszha.
~~~~