"Woah! Kalian liat gak, guys?! Ketos ganteng kita, Bramasta Neandro Abrisam abis ditembak! Bukan ditembak pake pistol, tapi ditembak pake pernyataan perasaan dari seorang junior!"
Rhea menoleh dan melihat Adnan yang memegang tripod lengkap dengan handphone.
Rhea mengernyit.
Tunggu.
Jangan bilang ....
Dia ... lagi live Instagram????!!!!
Kedua mata Rhea seketika membulat. Nih orang gila, ya?!
"Oke, oke. Gimana nih, tanggapan Bram, orang yang baru aja dapet pernyataan suka?" Tak memperhatikan Rhea yang tengah menatapnya dengan tatapan membunuh, Adnan mendekat pada Bram.
Bram melirik dengan malas. "Ngapain lo live Instagram, sih?"
"Buat seru-seruan, dong! Hal-hal kayak gini harus diabadikan dan ditonton banyak orang!"
"Ya gak, guys?" Adnan menoleh menatap layar handphone-nya dan tersenyum melihat komentar-komentar yang mengiyakan ucapannya.
Bram menghela napas dan menatap Rhea yang wajahnya masih memerah. "Balik ke tempat lo."
Rhea mendongak menatap Bram dengan bingung. "Ya?"
"Balik ke tempat lo, sekarang!" ulang Bram.
Rhea mengerjap cepat. Serius, nih? Dia bisa langsung balik?
"Lho, kok gitu sih, Bram? Balas pernyataannya dulu, dong!" tuntut Adnan.
Sekali lagi, Bram menghela napas lalu melirik Adnan. "Matiin sekarang," katanya singkat.
"Apaan?" bingung Adnan.
"Handphone lo!" kesal Bram.
"Apa? Tapi—"
"Gue mau kita fokus ke kegiatan PLS ini. Matiin sekarang! Dan lo!" Bram menaikkan telunjuk tepat di depan wajah Rhea. "Balik ke tempat lo sekarang. Kita bakal beralih ke kegiatan selanjutnya."
"A—ah, iya, Kak!" seru Rhea cepat lalu segera melangkah menuju barisan kelasnya dan duduk kembali di samping Dea.
Rhea menghela napas lega. Ia bersyukur, Bram segera menghentikan Adnan dan tak memperpanjang urusan dengannya.
Sementara itu, Adnan mengakhiri live-nya dengan wajah cemberut. "Ah, gak asik banget sih, lo," gerutunya.
👿😇👿
Selesai PLS, Rhea segera berangkat menuju rumah Bram seperti kemarin. Ia pun sudah membawa baju ganti seperti yang diteriakkan Bram padanya sebelum ia pulang.
Harinya cukup kacau tadi. Ia terus-terusan diledek oleh teman-temannya perihal pengungkapan perasaannya pada Bram. Bahkan Dea, sahabatnya sendiri juga ikut-ikutan menggodanya. Benar-benar membuatnya malu sekaligus kesal.
Rhea berdiri di depan kamar main Bastian untuk beberapa saat. Ia perlu mempersiapkan hati dan mental untuk berhadapan dengan bocah itu.
Ceklek!
"Hai!" sapa Rhea ceria sambil tersenyum tepat ketika ia masuk.
Seperti halnya kemarin, Bastian hanya menatap Rhea beberapa saat dan kembali ke kesibukannya. Kali ini, anak itu tidak melempar-lemparkan mainannya. Bastian sedang fokus mencoret-coret di sebuah kertas yang cukup besar.
Tak ingin mendapat masalah, Rhea memilih untuk segera duduk tak jauh dari Bastian. Rhea hanya memperhatikan Bastian dalam diam, tak ingin mengusiknya yang sedang dalam mode tenang.
"Uhu!"
Rhea sedikit tersentak dengan teriakan tiba-tiba Bastian. Tapi kemudian ia tersenyum dan segera berdiri. "Oke. Tunggu bentar, ya. Kakak buatin kamu susu," katanya lalu keluar dari kamar.
Selesai membuat susu, Rhea segera kembali ke kamar main Bastian dan mendapati Bram yang sudah pulang. Cowok itu duduk tenang di samping adiknya yang masih sibuk mencoret-coret.
"Nih, susu kamu," kata Rhea sambil meletakkan susu yang baru saja ia buat di depan Bastian. Segera saja, Bastian menyambar susu itu dan meminumnya dengan cepat.
Bram tersenyum dan mengelus lembut rambut adiknya itu. "Minumnya pelan-pelan aja, dong."
Ketika susunya baru habis setengah, Bastian beranjak dari duduknya dan mulai berlari-larian mengitari kamar itu. Sesekali, anak itu berhenti dan memilah-milah mainan miliknya. Mengeluarkannya dari kotak, memainkannya sebentar, lalu kemudian melemparnya begitu saja ketika sudah merasa bosan.
Rhea hanya bisa menghela napas melihat itu. Tentunya, ia yang harus membereskan semua itu nantinya. Bram sendiri tersenyum kecil melihat tingkah aktif adiknya.
Bastian terus berlari-lari sambil tertawa riang. Ia mengambil sebuah bola karet dan melemparkannya. Bola itu mengenai botol susunya, membuat botol susu itu terbaring dan isinya tumpah.
"Duh!" seru Bastian lalu kemudian menoleh menatap Kakaknya dan Rhea dengan tatapan polos.
Bram dan Rhea serempak berdiri.
"Gue keluar ambil kain lap dulu. Lo beresin kamar ini aja," kata Bram pada Rhea.
Rhea mengangguk. "Iya, Kak."
Bram pun mulai melangkah keluar, dan Rhea sendiri berjalan untuk mengumpulkan mainan Bastian yang berserakan.
Baru selangkah Rhea berjalan, ia secara tak sengaja menginjak bola kecil milik Bastian. Membuat dirinya kehilangan keseimbangan.
Bagaikan gerakan slowmotion, ia segera meraih lengan baju Bram untuk berpegangan. Bram yang kaget dan tak menduga hal itu juga tak bisa menjaga keseimbangannya, membuatnya berbalik dan ikut terjatuh hingga akhirnya menimpa Rhea.
Brugh!
Akh!
Bram menahan dirinya di atas Rhea dengan kedua tangan yang bertumpu di lantai layaknya pose seseorang yang sedang melakukan push up. Ia menatap Rhea dengan wajah yang berjarak hanya beberapa sentimeter dari wajahnya.
"Lo gila, ya? Ngapain narik-narik gue, sih?!" kesalnya.
Rhea tak menjawab apa-apa. Ia terlalu kaget dan gugup. Kaget karena terjatuh secara tiba-tiba, dan gugup karena wajah Bram yang sangat dekat dengan wajahnya. Ia bahkan bisa merasakan dengan jelas napas hangat berbau mint yang menyegarkan dari Bram.
Tiba-tiba, sebuah bola mendarat dengan cukup keras di belakang kepala Bram. Seketika, Bram dan Rhea melotot. Kepala Bram yang mendapat dorongan secara tiba-tiba itu membuat bibirnya mendarat tepat di atas bibir Rhea.
Oh, ya.
Mereka ... berciuman secara tak sengaja.
Dan yang menjadi penyebab kejadian itu tak lain dan tak bukan adalah Bastian David Abraham.
"Oke, guys. Mari kita bertemu dengan Ketos ganteng kesayangan kita dan juga adiknya, Bram—"
Adnan yang baru saja tiba menghentikan ucapannya dan menganga melihat apa yang ada di depannya. Teman-teman Bram yang lainnya pun juga ikut menganga.
Ketos mereka, Bramasta Neandro Abrisam, tengah berada di sebuah kamar bersama dengan seorang cewek. Yang lebih menghebohkannya lagi, ia dan cewek itu berciuman dengan posisi Bram yang tengah menindih cewek itu!
Adnan yang akhirnya teringat kalau ia masih melakukan live Instagram segera beralih menatap handphone-nya dan melotot. Beragam komentar tentang Bram membanjirinya.
"E—eh, so—sorry guys. Kuota gue kayaknya udah mau abis. Live-nya udahan dulu, ya. Bye, bye!"
Dengan cepat, ia mengakhiri live-nya dan kembali menatap dua manusia itu.
Gila. Benar-benar gila.
Dapat dipastikan, beberapa jam kemudian akan muncul berita menghebohkan dengan judul,
BRAMASTA NEANDRO ABRISAM, PUTRA SULUNG DARI AKTOR TERKENAL SYAHREZA PRADANA, KEDAPATAN BERCIUMAN DENGAN SEORANG GADIS SECARA LIVE!
👿😇👿
To be continued