Chereads / Love Rubik / Chapter 6 - 6 - Terkenal

Chapter 6 - 6 - Terkenal

"Bukannya dia cewek yang dapet hukuman buat nyatain perasaannya ke elo pagi tadi, ya?"

"Jadi kalian jadian?"

"Gila. Baru jadian langsung ciuman? Gue gak nyangka lo ternyata kayak gitu, bro!"

"Gak gitu, woy! Gak gitu!" kesal Bram. Ia kini tengah duduk di ruang tengah dengan dikelilingi teman-temannya.

"Lah, terus apa?! Gak jadian kok ciuman!" seru Edwin Tyaga, orang pertama yang mengajukan pertanyaan pada Bram tadi.

"Itu cuma kecelakaan, kecelakaan!" Bram menghela napas dan memijat kepalanya yang terasa pusing.

"Ya ampun, bro. Coba liat ini. Gue diserbu pertanyaan sama fans-fans, lo," kata Adnan sambil memperlihatkan dm Instagram miliknya.

Apa itu tadi? Apa?!!!!!

Siapa cewek itu???

Kak Bram punya pacar??!!

Mereka tadi gak ciuman, kan? Bilang aku cuma salah liat!

OMG, bibir dedek Bram ku udah gak suci lagi!๐Ÿ˜ญ

Oh noooooo!!!!! Bibir seksi Kak Bram!!!!!

Dan masih banyak lagi.

"Lo pikir gue enggak?" tanya balik Bram sambil memperlihat dm Instagramnya juga, yang tentunya diserbu lebih banyak orang.

"Wow. Lebih parah dari gue," gumam Adnan.

"Kalau kalian gak pacaran, kenapa dia ada di rumah lo?" tanya Bara Erlangga, teman Bram yang berkacamata.

"Dia jadi babysitter-nya Bastian," jawab Bram sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

"Hah? Babysitter? Yang bener aja. Kok bisa?" tanya Bara lagi.

"Dia ngelakuin itu buat ngebayar ganti rugi sama gue."

"Ganti rugi apa?" tanya Edwin.

"Ada lah. Kalian gak perlu tahu," jawab Bram, enggan memberikan penjelasan detail.

"Oke. Jadi dia babysitter-nya Bastian," kata Adnan sambil mengangguk-angguk. Ia kemudian menatap Bram. "Tapi! Kenapa lo harus ciuman sama dia, sih?! Liat apa yang terjadi sekarang! Cewek-cewek pada ngamuk!"

"Gue kan udah bilang, itu cuma kecelakaan! Kecelakaan! Lagian lo juga, sih! Kenapa suka banget nge-live?!" semprot Bram.

"Aduh, udah deh, udah. Napa kalian malah berantem gini, sih," lerai Edwin cepat.

"Btw, tuh cewek mana?" tanya Bara.

"Udah kabur tadi!"

๐Ÿ‘ฟ๐Ÿ˜‡๐Ÿ‘ฟ

Rhea berlari masuk ke kamarnya. Dengan cepat, ia naik ke atas tempat tidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Akh, gila, gila, gila! Ciuman pertama gue!!!" Rhea menendang-nendang selimutnya.

Rhea lalu duduk tegap dengan tatapan blank. "Kenapa ... kenapa itu harus ... harus terjadi ...???!!!!"

"ARGH!!!!"

Rhea berteriak histeris sambil mengacak rambutnya. "Kenapa juga senior sialan itu harus nge-live lagi, sih?! Kenapa, kenapa, kenapa??!!!"

๐Ÿ‘ฟ๐Ÿ˜‡๐Ÿ‘ฟ

Rhea berjalan dengan gontai memasuki gerbang sekolah. Ia benar-benar tak punya semangat pagi ini.

"RHEA!"

Rhea menoleh mendegar namanya yang dipanggil dengan nyaring. "Oh, hai Dea," sapanya dengan lemas.

"Lo kalau ditelepon angkat, dong! Lo tau gak, sih? Gue nelepon lo sampe 20 kali kemarin!" semprot Dea sesaat setelah ia tiba di depan Rhea.

"Sorry. Handphone gue mati dari kemarin. Lowbatt. Dan gue males buat nge-charger."

Dea menghela napas sambil memasang wajah kesal. Sesaat kemudian ia segera menarik tangan Rhea.

"Btw, sejak kapan lo jadian sama Kak Bram? Kok gak bilang-bilang, sih?" tanya Dea sedikit berbisik.

"Pacaran apanya. Gue gak pacaran sama dia, kok."

"Terus ciuman yang kemarin tuh apaan?"

Rhea menoleh menatap Dea. "Lo liat?!" kagetnya.

"Ya liat, lah. Seluruh Indonesia juga liat, kali."

"Hah?"

Dea menatap Rhea dengan serius. "Lo gak tahu, ya kalau lo itu sekarang jadi orang yang terkenal banget?"

"Maksud lo apa?" tanya Rhea tak mengerti.

"Gara-gara lo ciuman sama Kak Bram, lo jadi trending topik dimana-mana, Rhe!"

Rhea menghentikan langkahnya. "Treโ€”trending topik?"

Dea mengangguk. "Iya. Nih, liat, nih." Dea membuka twitternya, memperlihatkan bagian trending, dimana nama 'Bram' ada di trending topik nomor 1, 'Kiss' di trending topik nomor 2, dan 'cewek itu' di trending nomor 3.

Dea kemudian mengklik salah satu postingan yang trending, dimana nama, foto, dan akun Instagram Rhea tertera dengan jelas di situ.

Rhea membelalak. "Gila! Apa-apaan, nih?! Kak Bram itu kan bukan artis, kenapa bisaโ€”"

"Ya Kak Bram emang bukan artis, tapi dia anak artis terkenal, plus mukanya super duper ganteng. Jadi dia punya banyak fans. Lo liat aja Ig dia, udah ada centang birunya. Jumlah followers dia bahkan ngalahin banyak artis," jelas Dea.

Rhea hanya bisa menganga mendengar itu.

Dea menepuk bahu Rhea. "Gue bener-bener gak nyangka, temen gue bisa jadi seterkenal ini."

"Eh, btw lo belum jelasin lo ada hubungan apa sama Kak Bram. Kok lo bisa ada di rumahnya?" tanya Dea kemudian.

Rhea menghela napas panjang sebelum menjawab. "Gue ngerusakin rubik mahal dia, dan karena itu gue harus ganti rugi dengan jadi babysitter adeknya," jelas Rhea dengan lemah.

"Rubik?" Dea berpikir sejenak. "Aaah. Dia emang terkenal sebagai pecinta rubik, sih. Tapi lo emangnya ngerusak rubik apa sampai harus jadi babysitter?"

"Gue ngerusak rubiknya yang seharga 20 milyar," jawab Rhea datar.

"What?! 20 milyar?! Gila!" kaget Dea. Ia kemudian menatap sahabatnya itu prihatin. "Yang sabar ya, Rhe. Ambil sisi positifnya aja. Lo jadi bisa nikmatin wajah ganteng Kak Bram dari jarak dekat, bahkan ciuman sama dia."

Rhea mendelik menatap Dea. "Sisi positif apanya?! Gue malah mau gila rasanya!"

Dea hanya tersenyum tipis melihat reaksi Rhea. Sahabatnya itu tampaknya sudah hampir gila.

"Oh, ya. Gimana reaksi Kakak lo?" tanya Dea kemudian.

"Kakak gue gak pulang semalem. Beberapa hari ini dia emang sibuk banget di kantor," jawab Rhea.

"Menurut lo, Kakak gue udah tahu tentang gue atau belum?" tanya Rhea pada Dea dengan serius.

Dea berpikir sejenak. "Hm ... kalau Kakak lo ... kayaknya 50 : 50, deh. Bisa jadi dia belum tahu karena terlalu fokus dan sibuk sama kerjaannya. Dia juga tipe yang gak terlalu tertarik sama artis-artis. Tapi bisa jadi juga dia tahu setelah denger cerita dari karyawan-karyawan yang lain."

Rhea menghela napas. "Hah. Gue gak bisa bayangin gimana reaksi Kakak gue kalau tahu."

"Aduh, aduh. Jangan lesu gitu, dong. Pulang sekolah nanti gue traktir ice cream, deh," kata Dea berusaha menghibur Rhea.

Rhea menatap Dea dengan bibir manyun. "Gue kan harus kerja jadi babysitter setelah pulang sekolah, De."

"Ah, gue lupa. Kasian banget sahabat gue ini. Fighting, ya!"

Rhea hanya tersenyum tipis melihat Dea yang memberikannya semangat dengan wajah konyolnya.

"Eh, eh, itu dia 'kan?"

"Gak terlalu cantik, kok. Cantikan gue."

"Ck. Bisa-bisanya cewek kayak dia nyuri ciuman Kak Bram."

"Harusnya dia tahu diri."

"Dia pasti sengaja manfaatin Kak Bram biar bisa terkenal."

"Jangan didengerin, Rhe." Dea menggenggam tangan Rhea mendengar bisikan-bisikan dari orang-orang yang melewati mereka.

Rhea menunduk. Rasanya ia ingin menangis. Siapa juga yang ingin terkenal? Kejadian itu juga terjadi bukan karena keinginannya. Orang-orang terus saja berbicara tanpa mengetahui kebenaran yang ada. Mereka hanya mempercayai apa yang ingin mereka percayai.

Well, menjadi terkenal memang tidak selamanya bagus.

๐Ÿ‘ฟ๐Ÿ˜‡๐Ÿ‘ฟ

To be continued