Debat calon ketua BEM sudah dimulai satu jam yang lalu. Satu jam sesi itu berisi tentang pemaparan program, dan visi misi kedua calon. Selain itu, satu jam itu termasuk sesi dimana kedua pasangan calon itu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh anggota BEM yang masih menjabat, dekan fakultas, dan kepala departemen. Dipimpin oleh Adam dan Renatta selaku moderator, acara debat calon ketua BEM itu berlangsung lancar sejauh ini. Hingga saatnya tiba untuk sesi yang paling panjang, yaitu sesi tanya jawab dengan audience umum.
"Oke, tadi sudah kita dengarkan ya pemaparan gagasan dan jawaban luar biasa dari kedua pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM Fakultas Teknik periode 2020/2021 nih Ren, tepuk tangan dulu dong ..." ujar Adam yang kemudian diiringi suara tepuk tangan yang meriah. Pendukung pasangan Erlangga-Fatan bahkan menerikan yel-yel untuk mendukung perwakilan departemennya itu. Mereka jauh lebih heboh dibandingkan pendukung pasangan Januar-Gandhi.
"Mantap banget nih semangatnya, apalagi departemen teknik sipil," ujar Renatta yang lagi-lagi disahuti tepuk tangan dan yel-yel, bahkan lebih keras kali ini. Sementara itu, kedua pasangan calon hanya tersenyum melihat antusiasme audience.
Tatib atau petugas tata tertib acara debat itu memberikan instruksi pada audience untuk tenang, karena sesi tanya jawab akan segera dimulai.
"Oke, untuk termin pertama, akan saya buka 5 pertanyaan. Bagi yang ingin bertanya silakan angkat tangannya ya!"
"Langsung aja di hitungan ke-3 ya, 1, 2, 3!"
"Oke ada 1 ... 2 ... 3 ... baru 3 ya, oh! Ada 4 nih Kak Adam!"
"Masih kurang satu lagi nih, ayo siapa?" ujar Adam dengan nada jenaka.
"Kalau gak ada Saya akan tunjuk aja ya," ujarnya kemudian. Tidak perlu waktu lama, matanya melirik cepat ke arah Adri dan Theo di bangku depan sayap kanan tempatnya berdiri.
"Nah, ini dia, ada Mapres kita disini, tepuk tangan dulu dong buat Adriana dan Theo yang sempat datang di sela-sela kesibukannya," ujar Adam seraya menghampiri keduanya. Adri sudah menatap tajam kakak kosnya itu.
"Adri siapin satu pertanyaan ya, buat kedua paslon."
"Terus karena disini juga ada Theo, kalian boleh deh rembukin satu pertanyaan bersama, oke?"
Adri dan Theo hanya memberi tanda OK sebagai respon.
"Okedeh berarti udah pas ya 5 pertanyaan, sekarang kita mulai dari teteh yang pertama angkat tangan nih, sebutkan nama dan asal departemen dulu ya, lalu langsung saja pertanyaannya," ujar Renatta sembari memberikan mikrofon pada gadis berhijab merah itu.
"Oke terimakasih, perkenalkan Saya Devina, dari Teknik Industri."
Suara sorakan dari tim pendukung Januar-Gandhi terdengar heboh.
"Pertanyaan Saya untuk kedua paslon, bagaimana strategi Anda kedepan dalam memperjuangkan mahasiswa beasiswa yang diambang drop out karena masalah SKS, atau IPK? Padahal mereka tinggal selangkah lagi untuk lulus? Terimakasih."
"Oke tepuk tangan dulu dong yang meriah buat Teh Devina, kayaknya tim Januar-Gandhi ya dari Teknik Industri nih, hehehe."
Sorakan dari timses Januar-Gandhi semakin riuh.
"Sekarang kami persilakan kepada kedua paslon untuk menjawab pertanyaan, dimulai dari paslon nomor urut 1 ya."
Suara sorakan dan yel-yel pendukung Erlangga-Fatan kembali mendominasi.
"Oke, terimakasih atas kesempatannya. Pertama, terkait mahasiswa beasiswa yang terancam drop-out, kami dapat berdiskusi dengan pihak administrasi fakultas dan universitas untuk mewajibkan mahasiswa-mahasiswa tersebut mengambil SKS atau meningkatkan nilai mereka di semester rendah untuk mencegah hal itu terjadi .... " ujar Erlangga panjang lebar selama lebih dari dua menit.
"Oke waktu habis, mohon maaf, selanjutnya dipersilakan kepada paslon nomor urut dua."
Suara tim Januar-Gandhi kembali heboh.
Januar bersiap mengambil mikrofonnya, "Baik, terimakasih atas kesempatan dan pertanyaannya. Untuk mengatasi masalah yang disebutkan, kami akan membentuk tim khusus di fakultas, kemungkinan besar dari departemen humas BEM untuk terus memantau dan mendaftar mahasiswa-mahasiswa yang mungkin bermasalah tersebut. Kami juga akan membuka program konsultasi untuk mediasi antara mahasiswa tersebut dengan dosen dan tendik lain di fakultas. Harapannya, masalah tersebut dapat selesai di tingkat fakultas dan tidak perlu sampai dibawa hingga tingkat universitas, terimakasih," ujar Januar lugas.
Suara tepuk tangan dan sorakan terdengar meriah begitu Januar selesai dengan jawabannya. Tak terkecuali dengan Adri yang sedari tadi aktif menyimak jawaban kedua paslon. Ia mencatat beberapa point penting bersama dengan pertanyaan yang akan diajukannya nanti.
Acara tanya jawab itu terus berlangsung hingga tiba saatnya giliran Adri bertanya.
Adri berdiri dari duduknya, dan kembali Ia menjadi pusat perhatian audience. Bahkan para pimpinan fakultas menatapnya penasaran akan apa yang akan gadis itu tanyakan. Bagaimana tidak, gadis itu cantik dan cerdas walaupun sifatnya sangat tertutup, membuat kesan misterius.
Di sisi lain, Januar bersiap dengan pena dan catatannya. Entah mengapa Ia lebih gugup dibanding ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Hingga akhirnya, mata Januar bertemu dengan mata Adri. Sorot mata gadis itu terasa sangat dingin dan tajam hingga Januar akhirnya memalingkan pandangan ke arah lain.
"Terimakasih atas kesempatannya. Dibanding bertanya pertanyaan baru, disini Saya lebih ingin menanyakan jawaban-jawaban Anda sebelumnya."
Suasana aula itu mendadak hening, bahkan tim teknik sipil yang biasanya ribut tak terkendali baik ketika Erlangga berbicara atau tidak pun ikut terdiam.
"Jadi disini total Saya memiliki lima pertanyaan namun terintegrasi menjadi satu."